III - SEJARAH KANTOR POS

24 5 0
                                    

Kali ini aku tidak bersama dengan Anraka. Tetapi, aku sedang menyempatkan waktuku bersama dengan Harspico. Kami telah resmi menjalani hubungan, meskipun tidak banyak yang mengetahui. Karena ini akan membahayakan dirinya, bukan aku.

Kenapa? Orang-orang lebih menganggapku berharga daripada Harspico. Semuanya begitu teratur, kreativitas otakku sangat diperlukan oleh mereka semua, dan mereka ingin sekali memeras itu semua lalu dipergunakan untuk keuntungan mereka.

Ya, itu normal. Normal untuk kehidupan masyarakat yang lebih mencari uang tanpa memikirkan bagaimana kemampuan manusia yang bisa dibilang dianggap sebagai makhluk hidup yang membutuhkan makanan dan kita harus bekerja untuk mendapatkan segala sesuatunya.

Aku sedang duduk di salah satu toko kopi yang menarik, Harspico sedang memesan minum untuk kami berdua. Lalu toko kopi ini sebenarnya adalah salah satu gedung sejarah yang digunakan sebagai tempat mengantar surat-surat, ya kantor pos surat.

Gedung kantor pos ini beroperasi sekitar tahun 1900-an, lalu ditutupi dan dijadikan salah satu tempat bersejarah. Aku sangat menyukai kantor pos tua ini, karena tempatnya benar-benar nyaman dan membuatku bisa tenang untuk berpikir. Jika seseorang melihat gedung ini terlalu tua, dia tidak memahami dunia yang selalu bisa kita lihat dan sejarah yang ada.

"Roe, kamu engga kepanasan?" Harspico menghampiriku di meja kami dan kemudian meletakkan pesanan kami.

Entah ia tidak menunjukkan ekspresi bahagia saat kami sedang bersama. Aku mencoba untuk menghiburnya, padahal hubungan kami sudah melangkah ke bulan ke 3. Tetapi, ia terlihat terbebani oleh sesuatu.

"Engga kok, kamu kepanasan? Mau pindah ke indoornya?" Aku mencoba untuk mengangkat tangan dan kemudian Harspico menahan tanganku lalu menggeleng. "Engga papa, yang penting kamu hepi disini. Gimana kerjaanmu, Roe?"

Ia mengalihkan pembicaraan kami. Aku pun tetap menceritakan meskipun Harspico tak lama mengambil handphonenya dan memainkannya. Ia sama sekali tidak menatapku bahkan merespon ceritaku.

"Pico, ada kesibukan?" Aku memegang telapak tangannya. "Oh, engga. Aku sambil dengerin kamu kok. Ada apa?" Harspico menatapku dan membalas genggaman tanganku. "Engga, aku pikir kamu ada kesibukan." Aku tersenyum lalu merapikan beberapa barangku.

"Roe, aku sangat menyayangimu. Lalu kamu tau itu kan?" Ia memegang pipiku. Aku menatapnya dan mengangguk sambil tersenyum. Harspico selalu berhasil untuk membuatku tidak marah kepada dirinya.

Setelah selesai makan, kami menemukan tempat photobox di dekat kantor pos tersebut. "Yuk, foto disitu" Harspico menarikku mendekat ke tempat photobox itu.

Lucu sekali saat Harspico masuk ke dalam tempat photobox dan langsung berpose bersama dengan diriku. Aku masih menyimpan semua foto-foto itu tanpa diketahui oleh dirinya.

"Rambutku lagi jelek banget nih." Aku tau itu akan menjadi keluhannya.

Kita seringkali mengabadikan foto bersama, ya karena dia memang menyukainya dan aku sama sekali tidak akan melarangnya. Aku juga suka untuk mengabadikan momen seperti itu.

Lalu kami kembali pulang ke rumah, ia mengantarkanku sampai di apartemenku. Ia turun dari mobilnya dan menghampiriku yang sudah berdiri di lobby, "Terima kasih, Pico. Aku seneng banget hari ini bisa jalan-jalan sama dirimu."

Seketika, ia memelukku. "Terima kasih kembali, Roe. Aku sayang banget sama kamu dan aku bahagia banget bisa ngabisin waktu bareng sama kamu hari ini." Itu bisiknya kepadaku. Lalu ia mengucapkan perpisahan kepadaku dan kembali ke rumahnya. 

Hilang Tetapi DiketahuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang