Kali ini aku mengawali kisahku dengan begitu banyak rasa manis layaknya permen kapas dalam mulut gadis kecil, kisah pertemuan pertama yang aku ceritakan pada awal. Aku ingin menceritakan kisah empat tahun lalu yang terjadi dalam kehidupanku, diawali dengan rasa penasaranku mengenai dirinya.
Anraka Akarsa. Seseorang laki-laki yang aku pikir tidak ada hebatnya, ia tidak begitu menarik karena lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan belajar, tidak berinteraksi dengan banyak orang.
Namun, aku begitu menyukai pertemuan pertama kami yang begitu mengesankan dan terasa begitu unik juga lucu. Karena aku tidak menyangka semua akan berjalan dan mengalir begitu saja.
Hari itu aku sedang ada di kampus, aku baru saja selesai menjaga booth penerimaan mahasiswa baru saat itu. Lalu tanpa sengaja Anraka hadir dan melihatku, kami telah sempat berbincang memang melalui media sosial kami. Tetapi, kami tidak pernah bertemu langsung hingga hari itu tiba.
"Haii Anraka" Aku mengangkat telapak tanganku dan mengajaknya toss.
Anraka dengan ragu secara tiba-tiba menarik telapak tanganku yang aku angkat untuk toss menyapanya, lalu menyalaminya.
"Halo Anraka, kamu Rinami bener?", itu kalimat pertamanya berbincang denganku secara langsung. Aku merasa saat itu begitu magis dan aku seperti merasa akan mengenalnya begitu dekat.
"Iya, panggil Roe aja. Kalau kamu mending dipanggil?" tanyaku kembali kepada dirinya. "Aka aja" Ia menyebut nama panggilannya dengan begitu lembut tetapi penuh dengan keyakinan.
Setelah itu kami banyak berbincang di kantin kampusku, ya ini sebelum aku benar-benar sibuk atau menjadi salah satu orang yang benar-benar sibuk. Aku menyukainya untuk menjadi seorang teman yang baik.
Aku tapi cukup banyak memperhatikannya sedari awal. Kalau dia menatapku dengan begitu tajam dan berbeda dari teman-temanku yang lain, ia seperti begitu terpesona dengan segala yang ada dengan diriku. Sayang sekali hari itu masih satu tahun berikutnya dirinya akan menjadi mahasiswa resmi di tempat kampusku nantinya aku bekerja disana, meski itu baru terjadi saat dirinya ada di tingkat 3.
"Ohiya Roe, kamu pulang naik apa?" Anraka memastikan kalau aku akan baik-baik saja untuk perjalanan pulang nanti. "Kayaknya naik angkot darisini bisa kok, Aka." ucapku dengan begitu santai.
"Kalau aku anterin sekalian mau?" tanyanya dengan ragu. Aku pun menangguk senang dan setuju atas tawarannya, lalu mengajak dirinya ke loker untuk mengambil tasku. Ini perjalanan pulang yang menyenangkan menurutku.
Setelah sampai di apartemenku sendiri, akhirnya Anraka menanyakan beberapa pertemuan berikutnya. Aku benar-benar salah satu perempuan yang paling tidak peka hingga empat tahun telah berlalu.
Hari itu aku sedang sibuk di kampus dan baru saja selesai dari segala keruwetan acara juga magangku yang tinggal beberapa hari akan selesai, lalu suara HPku berbunyi dan muncul nama Anraka disana. Awalnya aku senang sekali ada yang menelponku, tetapi bukan Anraka yang aku tunggu untuk suara di handphone itu.
Ya, aku menunggu Harspico Elforte. Seseorang yang sempat memenangkan hatiku tanpa ada yang tau kalau aku begitu jatuh cinta dengan dirinya. Bahkan hampir terobsesi dengan dirinya, tetapi baru 1 minggu dia ada pekerjaan keluar yang membuat dirinya pergi jauh dariku dan Pico sama sekali tidak mengabariku.
Tapi, aku tetap senang Anraka menelponku. Selalu ada tempat untuk dirinya.
"Haii Roe, kamu di kampus?" aku mendengar suaranya yang begitu semangat untuk mengangguku hari ini.
"Iya Aka, kenapa?"
"Aku udah sampe di lobby kampusmu nih. Ketemu juga sama belahan hidup jiwamu, si Ilpram." Kemudian terdengar suara Ilpram dari jauh menyapaku.
"Aneh-aneh emang kan kamu, Aka. Aku masih baru kelar kerja ini." Aku menghembuskan nafas berat persis saat dirinya sedang menelponku.
"Gapapa, udah sejam lagi kamu juga kelar kan? Aku susah banget nemuin dirimu sejak kamu deket sama Harspico lho. Kita nanti cerita ya, aku ada banyak hal yang pengen banget ceritain ke kamu." Anraka selalu berusaha menyemangatiku.
"Iyaa, kapan kamu kesininya? Katanya tadi udah di lobby kampus,..." tiba-tiba pintu studio-ku dibuka oleh mereka, Anraka dan Ilpram.
"Haii Roe! Nih, si Aka baru aja dateng," Ilpram langsung menyapaku dan Anraka menghampiriku. Mereka benar-benar menghiburku sambil membawa dua bungkus coklat kesukaanku.
"Nih, Roe. Biar kamu engga stress, kerjaanmu keliatan banyak banget soalnya." Anraka memberikan bungkusan coklat itu kepadaku dan aku tersenyum menerimanya.
"Jadi, inget dulu pas awal kita ketemu Aka. Kamu nyelipin coklat ginian di tasku, abis itu aku cari orangnya engga ada," balasku sambil tersenyum menatap batang coklat lalu melemparkan pandanganku ke Anraka. Kami berdua saling bertatapan, mata kami bertemu.
Namun, pertama kalinya aku merasakan ketenangan yang tidak aku kira saat menatap matanya. Aku sama sekali tidak menyangka akan setenang itu. "Kamu paling suka coklat, aku tau itu, Roe. Jadi, aku sengaja beliin kamu coklat. Kamu mau ikut engga bentar lagi?" Anraka tersenyum melihatku.
Kemana? Kita akan pergi kemana? Sepertinya ia tau kalau aku sedang tidak baik-baik saja, sehingga aku mengangguk mengiyakan lalu kembali tersenyum menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Tetapi Diketahui
Novela JuvenilAku hilang dalam pengetahuanku tentang dunia, tetapi ragaku tidak bisa menerima semua realitas yang ada. Jadi, untuk apa aku bisa tenang dalam kepalaku?