4

91 13 1
                                    

Hanbin pernah berharap untuk tak dapat bertemu Ricky lagi, namun pada kenyataannya ia selalu bertemu lelaki itu secara tak terduga. Selain itu penggemar rahasianya masih tetap rutin memberikannya mawar hitam. Hanbin berusaha tak ambil pusing lagi dengan tindakan penggemar rahasianya tersebut, setidaknya tak ada hal buruk yang terjadi padanya.

Pertemuan tak terduganya dengan Ricky awalnya tak begitu disukainya, namun perlahan-lahan ia mulai terbiasa. Menurutnya lelaki itu sebenarnya cukup menarik saat diajak mengobrol, ia humoris meskipun tak luput juga untuk menggodanya. Hanbin pikir kebersamaannya dengan lelaki itu berangsur-angsur mulai menyenangkan dan tanpa sadar ia menikmati kenyamanan yang tersaji.

"Aku tak menduga kau mau bertemu denganku lagi. Aku masih ingat ekspresimu tiap kali bertemu denganku," kekeh Ricky.

"Oh, diamlah. Itu sudah berlalu," sahut Hanbin cemberut. "Lagipula kau sendiri selalu muncul entah darimana. Aku bahkan pernah berpikir mungkin saja kau adalah penguntitku."

"Hm, harusnya kau merasa senang memiliki penguntit tampan sepertiku," ujar Ricky dengan percaya diri.

"Ah, ucapanmu yang narsis itu selalu terdengar menyebalkan," gerutu Hanbin. "Meskipun kau narsis, tukang rayu, dan terkadang menyebalkan, entah kenapa aku masih bisa menahannya. Kupikir di balik semua hal menyebalkan itu kau adalah teman yang lumayan menyenangkan," katanya yang kini tersenyum.

"Aku tahu kau akan menyukaiku," balas Ricky yang semakin percaya diri. "Aku pun juga menyukaimu, Hanbin."

"Apa barusan kau menyatakan perasaanmu padaku?" Hanbin terkekeh.

"Kupikir begitu. Aku selalu berdebar-debar tiap kali bertemu denganmu. Mungkin kita bisa mulai berkencan." Ricky tersenyum atas pernyataan tiba-tibanya.

"Apa kau sudah mulai lelah dicampakkan teman kencanmu sehingga mulai mengincarku?" Balas Hanbin yang tak ingin jatuh pada rayuan Ricky.

"Mungkin. Lagipula mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dirimu. Mungkin lebih baik aku mendekatimu dan membuatmu jatuh cinta padaku," kata Ricky yang membuat Hanbin tersipu.

"Mulutmu selalu manis ya, Tuan Pirang. Aku nyaris jatuh dalam jebakanmu," ujar Hanbin yang berusaha tenang. Lagipula ucapan sarat godaan semacam ini telah sering didengarnya tiap kali pertemuan mereka.

"Aku akan merasa senang kalau kau sungguhan jatuh dalam jebakanku. Kupikir jika bersama kita akan menjadi pasangan yang luar biasa," balas Ricky sambil mengedipkan matanya.

Seperti itulah obrolan yang kadang dilakukan Ricky dan Hanbin. Ricky tak pernah bosan untuk menggodanya hingga ia yang pada awalnya jengah mendengarnya kini telah menjadi terbiasa. Bahkan tak sekali dua kali Hanbin menimpali kalimat rayuan yang dilontarkan Ricky. Hanbin pikir Ricky tak serius merayunya, hanya sekedar bercanda hingga pada akhirnya kadang mereka tertawa bersama.

Hanbin pikir mulut manis Ricky memang terbiasa merayu seseorang yang dianggap menarik baginya. Namun, bukan berarti ia menaruh hati terhadap sosok yang dirayunya. Hanbin menanam pemikiran itu dalam benaknya agar ia pun tak terpedaya akan pesona Ricky. Mereka bukanlah teman, hanya sekedar kenalan yang kebetulan dapat saling menyambung dalam mengobrol. Selagi semuanya berjalan netral ia akan meladeni lelaki tampan yang terkesan misterius itu.

Kabar kedekatan keduanya tentu telah sampai di telinga Matthew dan Taerae. Keduanya bahkan menuntut penjelasan pada Hanbin saat mereka memergoki ia dan Ricky sedang bersama. Hanbin menjawab Ricky hanyalah sekedar kenalan, tak ada hubungan lebih seperti dugaan keduanya. Mereka sempat tak mempercayai Hanbin apalagi melihat bagaimana Ricky memperlakukan lelaki manis itu.

"Aku yakin dia sebenarnya menyukaimu, Hanbin. Seratus persen yakin," kata Taerae seakan pernyataannya mutlak.

"Aku setuju dengan Taerae. Lagipula akhir-akhir ini kalian ternyata sering bertemu. Padahal sebelumnya kau selalu mengeluh betapa narsis dan menyebalkannya Ricky itu," kata Matthew yang mengingatkan keluhan Hanbin terhadap Ricky.

Penggemar RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang