Hanbin beserta kedua temannya, Taerae dan Matthew sedang bersantai di suatu kafe es krim. Taerae yang mengajak keduanya karena toko tersebut baru dibuka dan akhir-akhir ini terkenal di kalangan anak muda. Keduanya hanya pasrah ketika Taerae menarik mereka untuk mengikutinya setelah jam kuliah berakhir. Saat mereka tiba ternyata kafe itu sudah sangat ramai, beruntunglah mereka berhasil mendapat tempat duduk yang terletak di dekat jendela toko.
Mereka bertiga memesan es krim dengan rasa yang berbeda-beda. Tak lama kemudian pesanan ketiganya tiba. Baik Hanbin maupun Matthew setuju dengan pernyataan Taerae jika es krim di kafe tersebut sangat enak dan segar. Taerae pun senang mendengar komentar dari kedua temannya.
“Sepertinya penggemar rahasiamu itu benar-benar gigih ya, Hanbin,” kata Taerae sebelum menjilat sendok es krimnya.
“Aku hampir terbiasa melihatmu membawa-bawa buket itu,” tambah Matthew.
Hanbin menghela nafas sambil melihat buket mawar yang dibawanya. Sudah lebih dari seminggu hal ini terjadi padanya. Rasanya ia sudah tidak sanggup lagi menyimpan mawar-mawar tersebut di kamarnya. Bahkan beberapa dari buket bunga tersebut ia bagikan pada Taerae, Matthew, dan paman Matthew untuk hiasan kafe mereka. Hanbin bukannya bermaksud tidak berterima kasih tapi jumlahnya sudah terlampau banyak dan selama itu pula ia tidak mengetahui siapa pengirimnya tersebut.
“Sebenarnya siapa pengirim mawar-mawar ini?” Gumam Hanbin yang begitu penasaran.
“Kau benar-benar penasaran ya dengan penggemar rahasiamu itu?” Taerae mulai heboh.
“Bukan begitu. Aku benar-benar kerepotan menyimpannya. Kenapa dia tidak langsung saja menunjukkan dirinya di hadapanku?” Gerutu Hanbin.
“Mungkin dia terlalu malu untuk menunjukkan dirinya di hadapanmu. Bersabarlah,” hibur Taerae.
“Atau dia takut kau tolak jika sudah melihatnya langsung,” sahut Matthew.
“Kalau begitu kau harus berharap jika dia orang yang tampan, Hanbin,” ujar Taerae bersemangat.
“Kenapa kau yang bersemangat?” Tanya Matthew bingung melihat reaksi Taerae.
Taerae hanya cemberut mendengar pertanyaan Matthew dan tidak berniat menjawabnya. Tentu saja ia akan bersemangat dengan hal-hal romantis seperti ini bahkan ia berharap hal yang dialami Hanbin juga dapat terjadi pada dirinya. Namun, tampaknya Kim Taerae masih harus lama menunggu kemunculan seseorang yang bersedia menjadi penggemar rahasianya.
“Boleh kupinjam buketmu, Hanbin?” Pinta Matthew.
“Kau bahkan boleh membawanya pulang. Aku akan sangat berterima kasih,” ujar Hanbin sambil menyerahkan salah satu buket pada Matthew.
Matthew terlihat mengamati buket itu dengan seksama hingga membuat Taerae bertanya-tanya apa yang sedang diamati oleh lelaki itu. Sementara Hanbin tampak tidak peduli dengan aktifitas Matthew dan lebih memilih menatap ke luar jendela dengan pandangan bosan.
“Tidakkah kau merasa penasaran dengan buket ini, Hanbin?” Tanya Matthew tiba-tiba yang membuat Hanbin menatapnya.
“Tentu saja aku penasaran dengan pengirimnya,” jawab Hanbin.
“Kalau itu aku setuju. Maksudku apa kau tidak heran kenapa ia selalu mengirim mawar hitam padamu?” Tanya Matthew serius.
“Apa maksudmu?” Tanya Taerae yang mulai penasaran.
“Coba kalian pikir, mawar hitam itu bukan bunga yang lazim ditemui. Apa kalian tidak heran kalau penggemar rahasia Hanbin itu hanya mengirim mawar hitam, bukan mawar dengan warna-warna yang lain. Bukankah lebih baik dia memberikan mawar merah atau putih daripada hitam?” Matthew mulai mengutarakan analisisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Penggemar Rahasia
FanfictionHanbin tidak sengaja mengenal seorang lelaki bernama Ricky. Ricky terlihat ingin akrab dengan Hanbin yang tampak biasa saja menanggapinya. Di lain sisi, Hanbin tiba-tiba mendapat seorang penggemar rahasia dan bertanya-tanya siapa sosok sebenarnya si...