Chapter 15

531 43 1
                                    

Itu pilihan yang bagus.

"Fakta bahwa kamu memanggilku 'Duke Haven' dan memilihku sebagai pasangan nikahmu. Bukankah kamu mengetahui bahwa gelar 'Putra Mahkota' ku telah dicopot?"

"Maafkan aku. Itu sudah ada di dalam kepalaku ... Aku akan berhati-hati di masa depan."

"Benar. Jika itu adalah gelar yang sudah sejak lama digunakan tidak seharusnya berubah. Itu tidak akan berubah sampai gelarku menjadi Kaisar."

Mulut Carlisle membentuk garis yang menyegarkan.

Seperti lirik para penyair jalanan, dia memang seornag pria yang sepertinya telah dipilih oleh Dewa Perang. Dia mungkin tidak punya waktu untuk merawat tubuhnya dengan baik saat berpergian di medan perang, tapi rambut dan kulitnya halus, mata emasnya yang mendekati kuning, penuh dengan bahaya. Bibir merah elastis dan tubuh tinggi berotot padat juga sangat menggoda.

Dan Carlisle tahu betul kalau penampilannya cukup bagus untuk membuat orang lain terkesima.

"Kamu menatapku tanpa berpikir untuk mengalihkan pandanganmu. Pembicaraan kita akan sulit jika kamu tidak fokus dengan apa yang akan kita bicarakan."

Carlisle bertanya dengan bercanda, berusaha sekuat tenaga untuk tidak terlihat menghina.

"Meski kita akan segera menikah, kamu terlalu sering menatapku sejak pertama kali kita bertemu. Apa kamu begitu menyukai penampilanku?"

Namun, apa yang dipikirkan Asha saat melihatnya benar-benar berbeda dari dugaannya.

"Sebaliknya, aku agak iri dengan fisik anda. Tentu saja, semakin besar tubuh, semakin mudah juga untuk menjadi sasaran, tetapi ada kekuatan besar dari tubuh seperti itu."

Carlisle kehilangan kata-kaata sejenak dan hanya mengangguk.

"Maksudmu ... dalam pertempuran?"

"Iya"

"Kamu menyukai tubuh seperti ini?"

"Saya berharap saya bisa memiliki tubuh seperti itu, tapi itu hampir mustahil."

Sepertinya dia tidak membuat alasan apa pun. Melihat wajah Carlisle, dia memasang ekspresi tenang.

'Ini menyegarkan.'

Carlisle merasa sedikit putus asa. Tapi menurutnya itu lebih baik daripada dia jatuh cinta dan jadi bergantung padanya.

"Jadi sekarang, bisakah kita mulai membicarakan kesepakatan itu?"

Seperti yang diharapkan, kata 'kesepakatan' muncul.

Asha menguatkan dirinya dan duduk di hadapan Carlisle saat dia berbicara.

"Pertama-tama, aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah memukul telak ayahku yang licik. Sebagai 'Putri Barbar' kamu berpikir sangat baik untuk membalasnya."

Dia tidak segan-segan menyebut Asha dengan sebutan yang menghina.

"Ini mungkin pertaruhan yang mempertaruhkan nyawa, tapi nyatanya itu berhasil membuatku ingin meresponnya."

Namun kali ini jawaban Asha mengecewakan ekspektasi Carlisle.

"Sebenarnya, akan lebih baik jika Yang Mulia tidak memberikan tanggapan. Kami akan menerima kompensasi dan pergi diam-diam."

"Aku khawatir ayahku akan dengan patuh menyerahkan kompensasi tersebut."

"Anda dapat mengirimkan tim pembunuh, tetapi kami berencana untuk melarikan diri segera setelah kami menerima hadiahnya."

Asha secara halus menyatakan ketidaksetujuannya di hadapan Carlisle, yang dikatakan sebagai 'keinginan semua wanita', dan itu terasa sangat menyegarkan.

The Age of Arrogance / City of Arrogance (Naver Series Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang