- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
"Baiklah. Aku akan menghadapi makhluk utusan anakku itu sebagai ajang pembalasan dendam. Penuhi saja janjimu padaku."
Arwah hitam itu langsung pergi dari hadapan Arumi dan Rifka. Samsul dan Junadi kini berbalik untuk memastikan bahwa Arumi dan Rifka baik-baik saja setelah berhadapan dengan arwah hitam tadi.
"I-itu ... kalian enggak diapa-apakan oleh arwah hitam tadi, 'kan?" tanya Samsul.
"Enggak, Sam. Alhamdulillah kami baik-baik saja. Dia tidak perlu menggisap energi siapapun di antara kita berempat, karena dia tahu energi mana yang paling tepat untuk dihisap malam ini," jawab Arumi, sambil menatap ke arah makhluk berbentuk asap yang masih melayang-layang di atap rumah para warga.
Tatapan Junadi dan Samsul kini ikut terarah ke arah yang sama. Arwah-arwah para warga yang jenazahnya hilang sejak empat tahun lalu mulai bermunculan di tempat-tempat yang biasanya, karena waktu maghrib akan segera tiba.
"Sebaiknya kita kembali ke tengah kumpulan para pemuda. Kita tidak boleh terpisah terlalu lama, atau makhluk itu akan curiga dan mulai mengarahkan perhatiannya pada kita," saran Rifka.
"Ya, sebaiknya memang begitu. Ayo, kita kembali ke sana," Arumi setuju.
Mereka benar-benar kembali ke tengah kumpulan para pemuda. Aryo dan Hendi langsung mendekat ketika berhasil menemukan keberadaan Arumi dan Rifka yang sejak tadi mereka cari di tengah kerumunan para pemuda. Samsul dan Junadi jelas paham kalau kedua pria itu sedikit cemas, karena mereka sempat menghilang selama beberapa saat. Namun apa boleh buat, tak ada jalan lain yang bisa dilakukan selain memisahkan diri agar Arumi bisa memanggil arwah hitam dan bernegosiasi soal menghadapi makhluk utusan Taufan.
"Sebaiknya kalian berdua tetap tenang. Biarkan Rumi dan Rifka menjelaskan pelan-pelan. Kami memisahkan diri tadi selama beberapa saat demi kebaikan kita semua. Jadi kalian sebaiknya tetap berpikiran dingin," saran Junadi.
"Itu benar. Jangan terlalu cepat berburuk sangka atau apa pun. Fokus pada tujuan awal, agar semuanya tetap lancar," tambah Samsul.
Junadi dan Samsul kini mendekat ke arah Mukhlis. Aryo dan Hendi fokus kembali pada Arumi dan Rifka. Namun sayangnya, fokus kedua wanita itu hanya terarah kepada makhluk yang masih berputar-putar di atas atap rumah para warga.
"Kalau rencana tadi berhasil, maka kita akan punya peluang yang besar untuk memancing sosok lelembut itu keluar dari rumah Suaminya. Peluang kita untuk memutus benang gaib yang terikat di antara mereka juga akan semakin besar," bisik Rifka.
"Kalau begitu, berharaplah si Tofu tidak akan bisa menyusul sosok lelembut itu ke sini dengan cepat. Kalau dia sampai bisa menyusul dengan cepat, maka peluang kita untuk memutus benang gaibnya akan menjadi kecil kembali," balas Arumi.
"Tadi kalian merencanakan apa? Dan kalian merencanakannya di mana bersama Samsul dan Junadi?" tanya Hendi, yang akhirnya memutuskan untuk buka suara.
Arumi langsung menggenggam tangan Hendi dengan lembut di tengah kerumunan para pemuda saat itu. Ia menatap kedua mata Hendi jauh lebih lama, demi untuk meyakinkan pria itu bahwa semuanya baik-baik saja.
"Samsul dan Junadi hanya berjaga dari dua arah, ketika aku dan Rifka sedang berurusan dengan yang kami panggil. Nanti kamu akan melihat sendiri, tentang siapa yang kami panggil tadi untuk menghadapi makhluk utusan si Tofu," jawab Arumi.
Aryo mendengar jawaban yang Arumi berikan pada Hendi, namun tetap saja menatap ke arah Rifka begitu lama hingga Rifka salah tingkah.
"Jangan lama-lama menatapnya, Mas. Aku ... aku jadi bingung kalau ditatap terlalu lama begitu," pinta Rifka.
"Lain kali jangan pergi tanpa bilang padaku. Kamu tidak tahu betapa kalutnya aku saat mencari keberadaanmu tadi. Kalau mau pergi bilang dulu. Nanti aku yang temani," ujar Aryo.
Rifka mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat.
"Uhm ... Mas Aryo cemburu?"
"Iya. Aku cemburu karena kamu ditemani pergi oleh laki-laki lain selain aku. Sudah jelas, 'kan? Jangan ulangi lagi, ya," jawab Aryo, kemudian menggenggam tangan Rifka dengan lembut.
Wajah Rifka memerah sempurna dan jantungnya berdebar tak menentu. Namun sebisa mungkin, Rifka menahan diri dan perasaannya agar tidak mengacaukan rencana manapun yang sudah tersusun. Perhatian semua orang kini kembali tertuju kepada makhluk kiriman Taufan, ketika akhirnya arwah hitam muncul di sekelilingnya dan memberikan serangan yang begitu mendadak. Hendi dan Aryo tampak tidak menduga kalau makhluk utusan Taufan akan diserang oleh arwah hitam yang begitu mereka hindari.
"I-itu ... ma-maksud kamu ... tadi urusan yang kamu lakukan bersama Rifka, Samsul, dan Junadi adalah memanggil arwah hitam untuk menghadapi makhluk utusan Mas Taufan?" tanya Hendi.
"Iya, itu benar. Hanya itu jalan satu-satunya yang bisa membuat makhluk utusan si Tofu itu kembali pada tuannya dalam keadaan sekarat. Saat makhluk itu kembali, sosok lelembut yang ada di samping si Tofu pasti akan marah besar karena usaha Suaminya kembali diusik. Dengan begitu aku berharap dia akan datang sendiri ke sini, agar aku dan Rifka bisa memutuskan benang gaib yang mengikat mereka berdua," jawab Arumi.
"Dan apakah menurutmu Mas Taufan tidak akan menyusul ke sini jika sosok lelembut itu pergi dari rumahnya?" tanya Aryo, berbisik.
"Maka dari itulah harus dibuat penghalang di ujung jalan dari arah Jalan Bakung, Mas Aryo. Itu tugas Mas Aryo malam ini, setelah makhluk utusan itu dikalahkan. Langkah si Tofu harus berhasil dihalangi dengan alasan pengamanan Desa. Buat dia mendapat kesulitan untuk bisa masuk ke wilayah sini," jelas Arumi.
"Berarti Jalan Sadewa juga harus ditutup. Dia bisa saja berusaha mencari jalan memutar, karena jalan dari arah Jalan Bakung menuju ke sini ditutup aksesnya," sahut Hendi.
BLAAARRRR!!!
Suara hantaman yang begitu keras menarik perhatian mereka ke arah pertarungan yang sedang terjadi, antara makhluk utusan Taufan dan arwah hitam. Makhluk itu berusaha mendorong arwah hitam dengan kekuatannya, agar arwah hitam itu menjauh darinya.
"Katakan pada si anak durhaka itu, bahwa aku benar-benar mengutuk dirinya atas apa yang dia perbuat padaku!" desis arwah Muhtadi, mencoba menitipkan pesan pada makhluk utusan Taufan.
BLAAARRRR!!! BLAAARRRR!!! BLAAARRRR!!!
Makhluk utusan Taufan terlihat kewalahan karena menghadapi serangan-serangan dari arwah hitam yang penuh dendam. Para warga yang tadinya bersembunyi di dalam rumah, akhirnya keluar karena merasa penasaran dengan pertarungan yang sejak tadi bisa mereka dengarkan dari bagian dalam rumah. Makhluk utusan Taufan tampak sudah tidak lagi berdaya, sehingga membuatnya segera melarikan diri menuju ke arah rumah tuannya.
Arwah hitam yang tadi dipanggil oleh Arumi menatap beberapa saat ke arah Arumi setelah pertarungannya berakhir. Arwah hitam itu kemudian pergi begitu saja, karena tidak ingin berlama-lama dilihat oleh para warga di Desa tersebut. Dia jelas tidak ingin dikenali. Karena semakin lama terlihat, maka orang lain akan segera tahu siapa sosok arwah hitam tersebut.
"Ayo, sebaiknya kita shalat maghrib lebih dulu sebelum melanjutkan penjagaan malam ini!" seru Badrun, mengajak semua pemuda agar segera menunaikan kewajiban.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Arwah Jenazah Yang Hilang (SUDAH TERBIT)
Terror[COMPLETED] Pulang ke kampung halaman setelah selesai kuliah di kota lain adalah harapan terbesar Arumi Salsabila, setelah hampir lima tahun merantau demi cita-cita menjadi seorang sarjana. Namun setibanya Arumi di kampung halaman dan terus saja dih...