(Note: Pada bagian ini, cerita tidak mengandung adegan dewasa. Tapi, termasuk penting dalam alur cerita.)
Aku membuka mataku secara perlahan. Aku sedang berada di dalam kamar yang serba putih, yakni; kamar Rumah Sakit. Aku butuh beberapa detik untuk mengingat kembali kejadian yang telah terjadi.
Begitu semua rekaman peristiwa tersusun di dalam otakku, aku langsung di landa rasa panik. Ibu Vera tahu! Tidak, bukan hanya dia, mereka semua pasti tahu aku telah mengintip! Eddie... bagaimana perasaan Eddie? Aku telah membuatnya semakin malu! Aku manusia yang jahat, aku memang memalukan.
Tepat di saat air mata mengucur, Ibu Vera masuk. Dari raut wajahnya, dia terlihat sama paniknya dengan diriku. Dia mengintip ke tirai sebelah, untuk memastikan ruangan benar-benar kosong. Sepertinya malam ini, hanya aku sendirian di dalam ruangan rawat inap ini. Setelah memastikan, Ibu vera pun mulai bicara.
"Dengar Weng..." Dia terhenti sesaat, matanya membulat lebar selagi dia mencoba lanjut bicara.
"Yang pertama ingin Ibu sampaikan, pastinya tentang kondisimu dahulu. Tadi Ibu sudah bicara dengan dokter, tulang pinggulmu retak, dan lenganmu patah. Kamu akan segera di operasi, dan proses penyembuhan tulangmu mungkin akan benar-benar sembuh setelah setahun."
Sesuai dugaan ku, kondisiku cukup parah. Tapi pada saat ini, aku lebih memikirkan perasaan keluarga Muljo ketimbang kondisiku. Aku harus segera memohon maaf, aku... aku tidak mau sampai di usir oleh Ibu Vera, aku sangat menyesal.
"Ma-maaf Bu, a-aku..."
"Kamu mungkin tidak tahu, tapi Ibu sudah mendaftarkanmu asuransi dari pemerintah. Jadi, soal biaya, kamu tidak perlu memikirkannya."
Air mata kembali mengalir, aku merasa terharu, serta merasa sangat bersalah sekaligus. Walau Ibu Vera seorang Ibu yang gila, tapi dia juga sebetulnya begitu baik kepada diriku. Aku telah sangat bodoh, aku sudah merusak hubunganku dengan keluarga Muljo.
"Nanti dokter akan datang lagi, kamu bisa mendengarkan seluruh prosedurnya dari dokter. Kalau ada yang mau di tanya, langsung sampaikan saja ke dokter. Jadi, sebelum dokter datang, Ibu mau membahas hal lain dengan kamu."
Aku diam seribu bahas, aku tahu apa yang akan Ibu Vera ungkit. Sudah pasti tentang tindakanku di balkon. Apa yang harus ku jawab? Aku benar-benar malu... mungkin lebih baik aku mati saja di saat aku terjatuh, mengapa aku masih hidup? Apa yang pantas dari diriku untuk masih hidup?
"Weng, jawab Ibu dengan jujur... sudah berapa lama kamu mulai mengintip? Selain kejadian malam itu, apakah kamu sudah sering mengintip keluarga kami?"
Aku tak berkutik, rasanya susah sekali untuk membuka mulut. Namun, sadar akan sudah betapa memalukannya diriku di depan Ibu Vera, aku pun memaksakan diriku untuk bicara.
"Su-sudah..." Aku kesulitan bernafas. "Semenjak..." Mengapa aku berniat untuk jujur? Mungkin karena saking malunya terhadap Ibu Vera yang sudah berbaik hati kepadaku, aku pun jadi kesulitan untuk berbohong, satu-satunya yang bisa ku lakukan hanya mengaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silsilah Eddie
General Fiction• Only on Wattpad! Tentang Eddie, seorang pemuda tionghoa yang tumbuh, dan di rawat oleh orang tua yang tidak lazim. Saking obsesif, dan protektifnya, mereka sampai melupakan privasinya sebagai seorang pria dewasa. - Untuk di atas umur 18+ (Cerita...