TFM - 2

1 0 0
                                    

Sebelum baca, yuks vote and coment dulu agar Ami semangat dalam menulis cerita

               Happy Reading                  
                 
Love you ❤️


Mentari menampakan dirinya dibalik gunung yang menjulang tinggi. Kicauan burung seakan ikut bernyanyi mengiringi langkah Kencana. Seragam sekolah rapi terbalut di tubuh Kencana, dengan kalung bergambar matahari pemberian terakhir ibunya.

"Eh, bawain sepatu gue dong!" suruh Wanda

"Sebentar Wan," ucap Kencana yang sedang menali sepatunya.

"Gue mau sekarang!" Kencana membiarkan tali sepatu kirinya belum terikat dan mengambil sepatu Wanda.

"Ini Wan," ucap Kencana sambil memberikan sepatu Wanda

"Kalau disuruh itu cepat! Jangan sebentar – sebentar, ntar jadi kebiasaan lo lelet."

Kencana hanya mengangguk iya. "Ma, aku duluan ya" ucap Wanda berpamitan dengan mamanya.

"Hati – hati sayang."

"Awas lo kalau ngikutin gue dari belakang! Ingatkan pesan gue? Jangan akrab sama gue di sekolah!" ucap Wanda.

Kencana hanya mengiyakan perkataan Wanda. Memang benar adanya, walau Kencana dan Wanda serumah, mereka harus tak saling kenal saat di sekolah. Karena Wanda tak ingin jika satu sekolah tau mereka saudara angkat.

***

Dengan gayuhan sepeda, Kencana berjalan ditepi jalan raya. Pagi ini jalanan sangat macet, walaupun tidak dipusat kota, namun kendaraan disini sama halnya dengan dipusat kota. Beruntungnya Kencana dengan sepedanya bisa berjalan lancar hingga tiba di sekolah.

Kencana memakirkan sepedanya di parkiran. Dengan helaian napas dan senyuman, Kencana mendapati tumpukan tas yang dilempar ke arahnya.

"Eh Cana, lo bawa tas kita ke kelas!" ucap Alana

"Jangan sampai kotor! Ingat"

Kencana mengangguk. Tak jarang Alana dan teman – temannya memberikan tas merepa pada Kencana untuk dibawa. Bukan karena tas yang berat emang dasarnya saja mereka suka melihat Kencana kesusahan.

Sesampainya di kelas, Alana meletakan tas mereka satu persatu dengan hati – hati.

"Cana, belikan gue gimbab di toko depan dong" ucap Alana

"Kita juga mau, kebetulan belum sarapan nih,"

"Pas banget. Nih uangnya. Kembaliannya lo aja yang ambil"

Kencana mengambil uang dari Alana. Sebenarnya ia tak ingin, namun keadaan yang memaksanya harus mengikuti kemauan Alana.

"Pintar. Kembali cepat, jangan lama!"

Sebelum bel masuk, Kencana berlari keluar sekolah. Yah, karena toko yang dimaksud itu berada diluar sekolah. Kantin sekolah akan buka bersamaan dengan bel masuk.

Setelah Kencana membeli gimbab, ia menghitung uang kembalian. Karena ia tidak mungkin mengambil uang kembalian secara percuma walau di beri Alana, itu sama halnya dengan meminta dan itu Kencana hindari.

Kencana dengan hati – hati menyebrang jalan untuk masuk ke sekolah. Beruntungnya, gerbang belum tertutup dan security tidak terlihat sehingga ia bisa masuk dengan aman.

"Kencana!" Kencana yang merasa dipanggil namanya berbalik badan mendapati guru BP yang siap mengintrogasi Kencana.

"Dari mana?" ucap Bu Yani – guru BK

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time for MagentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang