Di dunia dimana kehidupan damai berlangsung dengan beberapa kutukan di sana sini. Fushiguro Megumi memilih untuk kabur dari masalah.
"Oy kalian, Apa pendapat kalian tentang guru bodoh itu?." tanya Nobara pada kedua temannya
"Sensei kah? dia kuat." J...
Sebelumnya. . . . . Hutan belantara yang begitu lebat dipenuhi pepohonan yang menjulang tinggi dengan gulma yang meranggas sampai puncaknya. Nyaris menutupi seluruh langit dengan daun-daunnya yang lebar. Mencegah sinar bulan menembus untuk mencapai tanah. Membuat suasana hutan begitu gelap gulita.
Beruntung bagi Gojo, karena ia diberikan anugrah tak terbantah berupa enam mata yang langka dan berharga. Membuatnya mampu untuk melihat semua wujud tanpa memerlukan secercah cahaya pun sebagai penerangan.
Kegelapan hutan melegakan ke enam matanya, membuatnya memilih untuk melepaskan penutup matanya, menenggelamkan dirinya jauh semakin dalam ke genangan bayangan. Merampas kesemua indranya, namun sekaligus menajamkan kesemua indranya sehingga ia tak merasakan iritasi yang menyakitkan pada enam mata dan otaknya. Bayangan yang pekat dan kental, begitu familiar, mengikat, menyelimuti, menghangatkan.
Merangsang.
"Oh shit!. Aku terangsang!."
*BOOOM!!*
*KYAAIKK!!!*
*GRRROSAAKK!!.*
Gojo menggunakan red untuk meledakkan sekumpulan kutukan kelas satu beserta pohon dan tanah disekelilingnya. Menghancurkannya.
Misinya tidak sulit. Hanya memurnikan kutukan di hutan tua yang jauh dari pemukiman. Entah apa alasannya, jarang bagi kutukan untuk ada atau lahir didaerah hutan seperti ini. Mengingat kutukan itu lahir dari emosi negatif manusia yang notabene tinggal di daerah perkotaan.
Satu-satunya alasan yang mungkin kenapa kutukan bisa ada dihutan adalah keterlibatan pengguna kutukan dan markas kutukan. Atau mungkin bisa juga karena hutan ini terlihat begitu angker sehingga membuat cerita horor yang berkembang dari mulut ke mulut.
Apapun itu. Gojo tak peduli. Yang Gojo pedulikan hanyalah tubuhnya yang nyaris terangsang akibat terlalu lama berada di bayangan kegelapan hutan seperti ini. Rasa yang familiar membuat tubuhnya ingin segera tenggelam di bayangan milik putri kecilnya. Tepatnya ia ingin segera membenamkan tubuhnya (penisnya) dalam pelukan tubuh (lubang pantat) Megumi.
Mesum.
"Yah. Itu tadi kutukan terakhir. Selanjutnya kita akan beli oleh-oleh zunda mochi untuk putri kecilku, Megumi-chan."
Gojo dengan senang memakai kembali penutup matanya. Ia berjalan dengan langkah panjangnya, bergegas keluar dari hutan belantara menuju pelukan kekasihnya.
Terdengar suara seperti bebek tercekik dari belakang punggungnya. Suaranya begitu kasar, dan melengking hingga memekakkan telinga. Begitu Gojo menoleh kebelakang. Ternyata ada kutukan khusus tak terdaftar dihadapannya.
Kutukan itu berbentuk seperti batang pohon yang besar, dengan dua ranting pohon dipuncak kepalanya seperti tanduk. Terdapat api hijau diatas kepalanya. Seluruh tubuhnya begitu gelap dan terlihat kasar seperti kulit pohon tua. Matanya merah dan kukunya tajam setajam duri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.