"enghh...ahhh..ah...hik...hik....angghhh..nghhhhhhh...aaaaaaahhh..le...lepas.....ahhhh..lepaskan...akuuhhhhh...Gojo-enghhhh...Gojo Senseiiiiiiiii..... Enghhhhh..Jangan.... Gojo-san....jangan...sentuh ituuuuhhhhaanghhhhh..."
"Kalian idiots! Hentikan! Uwahhh..nghhaaahhh.....hey.. ngghh.tunggu--dengar--khanggghhh--aku!. Tidak...nghh...tidak ..telingaku...jangan jilat.. nghhhhh.... Pergi! Pergi dari dalam...anghhhh.."
"Aku..nghh..nghhh. aku. Aku akan memukul---angghhhhh!"
"Kamilah yang akan memukulmu.. Megumi-chan." Bisikan rendah tepat di lubang telinga Megumi.
"Yah, memukul isi perutmu begitu dalam." Tekanan kuat pada perut Megumi hingga membuat muntah.
Megumi terengah-engah. Sejak kali ia menginjakkan kaki di lantai apartemen ini, ia tak berhenti mendesah barang sedetik saja. Lenguhan, desahan, erangan dan nafas terengah-engah memburu kenikmatan yang semakin kabur. Pandangannya semakin kabur. Tertutup embun air mata yang menempel dan membasahi bulu mata Megumi.
Basah tak hanya membanjiri mata dan pipi cantiknya. Namun, telinga, leher dan tengkuknya penuh akan air liur dan klaim yang dibubuhkan tanpa dosa. Bibirnya terbuka di celahnya, memamerkan memar merah dan bengkak saking terlalu banyaknya dihisap.
Di tengah serenade lenguhan dan desahan yang harmoni, pikiran Megumi kabur, mengambang diatas awan, menghilang. Meninggalkan tubuhnya yang digerayangi, dibelai, dimakan, disentak habis-habisan. Hanya menyisakan kesadaran untuk berteriak, mendesah dan mengerang menikmati lezatnya seks intens dengan tubuh sensitif yang 100% sadar.
Dalam belakang kepalanya, di titik kesadaran yang masih tersisa, namun hanya terduduk patuh tak berguna. Megumi mulai memikirkan satu hal.
"........Bagaimana ini bisa terjadi?......"
.
.
.
.
.
.
.
Beginilah awal mulanya..
.
.
.
.
.
.
*Fluuuuuuuuuiiiiiiitttt*Terdengar bunyi siulan peluit memenuhi dapur asrama. Pertanda air telah matang. Bergegas Kamo menghampiri kompor dan mematikan apinya, meringis pelan begitu semburan uap air panas membelai punggung tangannya. Mengumpat kasar dengan betapa cerobohnya dirinya kali ini, tak seperti dia yang biasa.
Garis mata tidurnya (-_-), yang sebenarnya terlihat menutup karena matanya itu sipit, beralih menatap cangkir keramik klasik di meja. Menghela nafas pada serbuk teh poci berserakan di nampan. Hati kecilnya bertanya-tanya, bagaimana seorang Kamo Noritoshi, calon pemimpin Klan Kamo yang terhormat, selalu memenuhi ekspetasi ketua klan dari klannya, mengikuti semua aturan tradisional dan menghormati para tetua, bertindak bijaksana dan penuh wibawa, mengacaukan acara menyeduh teh sederhana ini.
Pasti kutukan telah memukul otaknya tadi.
Kamo menghela nafas lagi, menurunkan bahunya dengan kesal dan mengangkat teko dari kompor hanya untuk meletakkannya di meja. Ia membersihkan kekacauan yang ia buat, serbuk teh berceceran. Begitu selesai, ia mulai dari awal. Kamo menuangkan bubuk teh pada tea pot, kemudian menuangkan air panas kedalamnya. Ia meletakkan cangkir keramik klasik ke tatakan, membawa tatakan dan tea pot itu keatas nampan. Setelah siap, Kamo melepas kembali tali yang menyingkap lengan kimononya, lalu membawa dirinya dengan nampan di tangannya, menuju kamar asrama miliknya.
Begitu Kamo membuka pintu kamar, ia disambut dengan seekor kucing kecil--atau kelinci kecil??--terbungkus dengan selimut tebal. Nampak tenggelam dalam selimut, menyembunyikan diri dari kejaran pemburu yang menangkapnya sebelum ia kabur. Entah apa yang terjadi pada naksir kecil--ughuk!--junior Tokyo itu, Kamo tidak tahu.
Yang ia tahu hanyalah kehadiran Fushiguro Megumi yang tiba-tiba di tengah malam, adalah penyebab kacaunya ketenangan yang biasa ia punya.
"Aku menyeduh teh." Kamo membuka suara, membuat kepala kecil Megumi mengintip dibalik selimutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasti! Aku Akan Kabur | Gofushi |
FanfictionDi dunia dimana kehidupan damai berlangsung dengan beberapa kutukan di sana sini. Fushiguro Megumi memilih untuk kabur dari masalah. "Oy kalian, Apa pendapat kalian tentang guru bodoh itu?." tanya Nobara pada kedua temannya "Sensei kah? dia kuat." J...