SMA 5 SEMARANG terlihat sedang menyambut siswa siswi yang sedang masuk ke sekolah. Sekolah sudah memasuki tahun ajaran baru. Dan tahun ini Lily resmi menjadi siswi kelas MIPA lll kelas 12.
"Okay anak-anak, sebelum pembelajaran dimulai ibu akan memperkenalkan siswa baru dikelas ini." Terlihat sangat guru seni keluar dari kelas. Guru seni terlihat tidak sendiri ketika memasuki kelas. Seorang laki-laki terlihat berjalan beriringan dengan sang guru.
"Silahkan perkenalkan diri kamu." Guru seni mempersilahkan anak laki-laki tersebut untuk memperkenalkan dirinya.
"Hai guys kenalin gw Aprilio Yedam Dirgantara, biasa dipanggil Yedam. Gw pindahan dari SMA 1 Bandung. Semoga kita bisa berteman." Setelahnya guru seni menyuruh Yedam untuk mengisi bangku yang kosong. Yang dimana Yedam duduk tepat dibelakang kursi Lily.
***
Krriiing krriiing
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa bersiap untuk pulang.
Yedam yang hendak bertanya dimana ruang guru seketika teralihkan oleh sosok Lily yang sedang dibully oleh sekelompok gadis.
"Dasar orang miskin. Lain kali perhatikan jalan lu sialan. Baju gw yang lu tumpahin nih kopi tuh bisa buat biaya hidup lu selama setahun. Mahal nih baju gw. Maaf dari lu gak akan cukup buat ganti nih baju mahal gw." Salah seorang siswi memukul kepala Lily.
"Sudahlah Key tidak ada untungnya menasehati orang miskin ini. Lebih baik robek sekalian saja baju seragamnya." ujar salah satu teman Key.
Sebelum Key berhasil melakukan niat jahatnya. Tindakan Key berhasil Yedam hentikan.
"Apa apaan ini hey. Lu gila atau gimana. Dia juga kan gak sengaja numpahin tuh kopi ke baju seragam lu. Lagian dia juga udah minta maaf. Tindakan lu ini udah keterlaluan. Sekarang pergi atau gw paksa usir kalian!!" Seru Yedam kepada sekelompok gadis tersebut.
Key langsung pergi dengan menahan amarahnya. Key memang terlihat tertarik dengan Yedam. Sehingga dia lebih memilih untuk menuruti permintaan Yedam daripada Yedam memandangnya sebagai gadis buruk.
Setelah Yedam mengusir Key dan teman-temannya Yedam langsung berjongkok untuk menolong Lily yang masih sedang berlutut.
"Lu kenapa diem aja ditindas kek gini. Lu bisa lapor guru padahal. Atau gak bales mereka balik kek." Yedam terlihat membantu Lily untuk berdiri dan mencoba memunguti buku-buku Lily yang ikut berserakan.
"Makasih Dam, aku gk suka keributan. Kalo dengan aku bersujud dikaki mereka bisa meredakan suasana bakal aku lakuin. Itu lebih baik, toh kalau aku balas mereka semua perkara gk bakal ada ujungnya. Harus ada yang mengalah." ucap lily sambil mengambil buku-bukunya dari tangan Yedam.
Lily langsung berlalu pergi melewati Yedam setelah membungkuk mengucapkan terimakasih.
Yedam yang menyadari jika kaki sebelah Lily terlihat tidak baik-baik saja. "Hei mau gw anter pulang? Kayaknya lu kesusahan jalan deh. Anggep aja sebagai salam kenal gw ke lu. Gw gk nerima penolakan sih." Tawar Yedam dengan menghadang jalan Lily.
"Kalau tidak menerima penolakan kenapa mengajukan sebuah pertanyaan?" ucap Lily dengan sedikit tersenyum melihat tingkah lucu Yedam.
"Ini bukan pertanyaan tapi pernyataan. Sebagai formalitas juga sih." Yedam sedikit tertawa setelah mengatakan kalimat itu.
"Okay, terimakasih Dam. Dan salam kenal juga." Lily tersenyum tulus untuk Yedam. "Gw belum tau nama lu. Dari tadi padahal lu udah manggil gw dengan bener. So what's ur name?" Yedam mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.
"Panggil aja aku Lily." ucap Lily sembari menyambut uluran tangan Yedam.
Setelah mereka saling berkenalan Yedam segera menuntun Lily ke parkiran mobilnya. Yedam juga segera membantu Lily untuk masuk kedalam mobil.
"Btw rumah lu dimana?" ucap Yedam setelah menghidupkan mobilnya. "Aku tinggal di blok D, emang gk begitu jauh dari sekolah." ucap Lily sambil mencoba membenarkan selt belt kursinya yang susah untuk ditarik.
Sekeras apapun Lily mencoba menarik beltnya itu tetap tidak membuahkan hasil.
Yedam yang melihatnya terkikik geli. Menganggap jika tingkah Lily begitu lucu dimatanya.
Yedam langsung membantu Lily untuk memasang selt beltnya. Jarak keduanya yang begitu dekat membuat mata mereka berdua bertemu.Cukup lama memang mereka berdua saling menatap. Sebelum akhirnya Lily memutus kontak kedua matanya.
"Ekehm maaf Dam mungkin aku yang kampungan." ucap Lily dengan tersenyum canggung.
"Its okay and sorry mungkin emang selt belt nya yang susah buat ditarik. Lu tau lah ini mobil lama bokap gw. Mobil gw lagi di bengkel soalnya. Btw rumah kita searah dan deket, gw di blok E soalnya. Gimana kalo mulai besok gw jemput dan kita pulang bareng?" ucap Yedam sambil menjalankan mobilnya."Sebelumnya terimakasih Dam. Tapi kurasa tidak perlu, aku takut merepotkan mu. Lagipula aku juga sudah terbiasa naik bus jadi it's okay." Lily tersenyum dengan menatap Yedam yang sedang menyetir.
"Kan gw yang nawarin. Berarti gw juga siap lu repotin. Lagian kita searah kan jadi gk ada yang direpotin disini. Besok gw jemput Ly." paksa Yedam.
"Eum aku gk enak sama kamu." ucap canggung Lily. "Okay gw anggep yes kalimat lu. Sama-sama Ly." Yedam tersenyum menatap Lily. Sedangkan Lily sedikit tertawa setelah tingkah lucu Yedam.
Setelahnya mobil Yedam berhenti dihalaman depan rumah Lily.
"Terimakasih ya Dam. Hati-hati dijalan." Lily keluar dari mobil dan melambaikan tangan ke Yedam.
Yedam tersenyum dan melambaikan tangan ke Lily. Setelahnya Yedam segera melajukan mobilnya.
Yedam merasakan perasaan yang berbeda ketika disamping Lily. Terlihat dia yang sedari tadi tersenyum seperti orang gila setelah mengantar Lily.
Mungkinkah Yedam secepat itu menyukai Lily.
.
.
.
;
KAMU SEDANG MEMBACA
The meaning of happiness for Lily
FanfictionTentang bagaimana Lily mencari satu alasan untuk tetap bertahan. Atau menyerah seperti semesta yang inginkan. - - - 『﹊Taken from a true story﹊』