Chap 03

213 27 2
                                    

Keesokan hari setelah semuanya...

"Menurut lo portalnya beneran bakal kebuka malem ini?" percakapan yang tidak biasa. Taerae bertanya sembari mengeringkan ekornya.

"I don't know. Tapi bang Hao juga gak mungkin bohong kan?" bukannya fokus membuat sarapan, Matthew malah bermain-main dengan api kompor.

"Tapi bang Hanbin belum ketemu sama si Hanbin satunya. Kubu kita juga masa cuma berempat gini? Bahkan gue gak yakin bang Hao bakalan ikut ke dunia immortal atau enggak," pikir Taerae runtut.

"Bang Hao kan immortal important Seer, masa gak ikut?"

"Gak tau sih. Gue juga bingung," kini ia berdiri, ekornya sudah kering.

"Pikir sambil sarapan aja nih," Matthew melemparkan roti bakar yang ternyata benar-benar dimasaknya.

Tok tok tokkk.

Suara ketukan pintu membuat keduanya saling tatap, memberi isyarat dengan mata untuk sesiapa yang mau membukakan.

"Fine," si gemini akhirnya mengalah, melihat ia yang memang lebih dekat dengan pintunya.

Cklekkk.

"Ada yang liat Hanbin gak?" tanya seorang tamu itu dengan terburu-buru.

Keduanya menggeleng.

"Kan lo yang satu apart sama dia, bang," Taerae angkat bicara, melihat Zhanghao yang sudah ngos-ngosan.

"Gue bangun dia udah ilang," terang Zhanghao lagi.

"How come?! Bang Hanbin diculik?!" Matthew yang masih berada disamping pintu ikut panik.

"Tenang dulu. Coba ditelfon," Taerae menawarkan solusi, memberi Hao segelas air putih.

"Udah. Gak aktif," jawabnya menerima uluran gelas tersebut.

"What if bang Hanbin udah kesedot ke dunia immortal duluan?" kali ini terdengar sedikit serius.

"Kesedot apaan sih? Kita tuh masuknya jalan kaki, Matt," Taerae sudah banyak membaca dan mempelajarinya.

"Ya mungkin buku yang lo baca itu salah. Bisa aja bang Hanbin masuknya terbang, dan lo masuknya renang. We have a different power after all," baiklah sekarang semuanya lebih masuk akal.

"Ain't no way it works like that --,"

Nae gajang nunbusin jigeum neoege julge.

Di tengah keributan Matthew dan Taerae, handphone Zhanghao tiba-tiba berbunyi.

"Bang Hao! Sorry banget lupa gak ngasih tau. Gue hari ini ada jadwal pagi, jadi harus buru-buru ke kampus. Mobil lo gue pinjem dulu ya, hehe,"

"Sung Hanbin taiii!"

Telinganya pengang, ketiga suara dari seberang teleponnya itu memenuhi indra pendengaran Hanbin. Apa salah dirinya?

- - -

Sung Hanbin benar-benar sedang tergesa. Ia sampai tidak sempat sarapan dan memilih baju yang lebih bagus. Untung saja tumpukan laundrynya datang tepat waktu.

Sekarang dirinya hanya perlu memikirkan bagaimana agar Zhanghao tidak marah sebab mobil milik yang lebih tua itu tiba-tiba dibawa kabur. Tiga suara yang mengutuknya beberapa waktu lalu masih terngiang akan menyentaknya lebih keras saat ia pulang nanti.

Tapi biarkanlah dulu, toh ia sudah terlanjur membawa mobilnya untuk saat ini.

Brakkk.

Tidak sadar dalam lamunan dan terburu-burunya, Hanbin mendadak tabrak sesuatu yang cukup keras.

"You damn bastard! Drive slower!" seorang pengendara motor mengutuk dirinya, setelah jatuh dalam keadaan yang jauh dari kata baik.

"I'm so sorry. Gue nggak sengaja," Hanbin turun. Ia berusaha untuk membantu dan meminta maaf pada laki-laki yang terjerembab tersebut.

Sial. Kenapa hari ini rasanya semua hal tidak berjalan dengan baik? Hanbin sudah terlambat, membawa paksa mobil Zhanghao, dan kini menabrakkannya pada sebuah motor.

"Minggir. Gue bisa sendiri," pengendara itu menolak bantuan Hanbin, memilih untuk bangun sendiri. Sebelum akhirnya terjatuh lagi.

Namun bagaimanapun juga hati kecil Hanbin tetap tergerak untuk membantu, "Just stay still. Gue bantu,"

Sung Hanbin menyentuh pundak dan tangan seorang pemuda yang baru saja ditabraknya untuk membantu berdiri. Namun tiba-tiba sengatan aneh menjalar ke seluruh tubuhnya.

Hanbin yang terkejut kini refleks memekik, pun juga lelaki itu. Keduanya saling menatap setelah siaran suara yang serentak seolah memberi pertanda. Hingga satu nama yang sama terlintas pada benak masing-masing.

"Hanbin?"

Benar, lelaki itu adalah Park Hanbin.

Pertemuan keduanya kini membuka portal menuju dunia immortal yang masih tertutup. Menandakan bahwa tidak lama lagi peperangan akan segera dimulai.

Karena jika Sung Hanbin adalah Angel dalam penuturan dunia immortal yang diajarkan oleh kedua orang tuanya, maka Park Hanbin adalah Demon yang akan menjadi musuh sejatinya. Park Hanbin adalah Kaca yang akan menjadi pantulan diri versi kebalikannya. Park Hanbin adalah Kembaran, dengan pribadi Devil yang dimilikinya.

- - -

Putar balik, Sung Hanbin tidak jadi menuju kampusnya.

"Angkat, bang Hao!" ia bergumam sendiri, menunggu sambungan teleponnya terkoneksi ke seberang.

"Apa lagi? Gue masih di tempat Matthew sama Taerae, jangan sok bikin panik," akhirnya diangkat dalam dering ketiga.

"I met him,"

"Who?"

"Hanbin,"

- - -

Sementara Park Hanbin langsung memakai helmnya kembali. Mengambil lawan arah dari jalur yang seharusnya ia tempuh. Memotong jalan pada markas tempat singgah yang biasa.

"Dammit," kutuknya membuka pintu.

Menampilkan Keita dan Lijeong yang sedang membuat sarapan dan menyiapkan alat sekolah untuk Jihoo.

"Kenapa lo?" tanya yang paling tua.

"Gue ketemu dia,"

"Siapa?"

"Hanbin,"

- - -

Tbc.

Have a good life, ya! Jangan lupa vote dan comment ✿◕ᴗ◕✿

DEVIL TWINS || zb1 x evnneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang