Pertemuan kembali antar dua Hanbin pada satu tempat yang telah diramalkan itu kini menjadi kunci akan terbukanya portal menuju dunia immortal.
Cahaya abu-abu yang memaksa keempatbelasnya lantas tersedot begitu saja oleh pintu masuknya. Menampilkan wujud asli akan bagaimana rupa diri dan lawannya masing-masing.
Yujin dan Jihoo, sebagai dua musuh dengan insting membunuh paling kuat tanpa logika. Keduanya sudah berusaha saling melawan pada detik pertama.
"Damn. Lo keren banget, Cil,"
Celetuk Gunwook sungguh tidak membantu. Benar memang ia ingin melihat tetangga kecilnya itu berubah pada jati diri aslinya. Tapi kalau dipikir-pikir disaat seperti ini Yujin perlu lekas diselamatkan juga, sebab tingkah angresif dari jiwa werewolf milik Jihoo sudah sangat sulit untuk dikendalikan.
"Emang keren. Tapi mending kita nyelametin Yujin dulu anjir, Nuk. Itu lompatan Jihoo tinggi banget gila," kali ini Gyuvin memberi solusi yang lebih tepat.
Yujin memang pernah bilang kalau ia bisa terbang setinggi mungkin dengan sayap hunternya. Namun kalau sedang ada Werewolf di depan mata, bukankah refleks yang ia sadar hanya untuk memanahnya?
"Iya sih! Cil sadar, Cil! Itu temen lo,"
Teriak Gunwook mengundang tepuk jidat dari kedua kakak kelasnya, Gyuvin dan Ricky tidak habis pikir.
"Udah gak ada yang namanya temen kali disini," sindir sang Demon kemudian.
"Setuju," Keita memberi gestur, melempar jari telunjuknya pada Park Hanbin.
"Tapi gue lebih setuju kalo kita selametin Jihoo dulu, tolol. Anak panah Hunter itu gak ada habisnya. Jihoo bisa mati,"Kali ini Keita dengan kesadaran dan tindakan penuh mulai merubah wujudnya. Mengepakkan sayap emas dan melindungi adiknya dari makhluk terbang yang lebih kecil itu. Ia sudah hendak menyemburkan api sebelum gumpalan es batu menahannya.
Semua yang tersisa menatap Matthew, si makhluk es masih pada bentuk manusianya, tidak lantas berubah menjadi monster es atau bagaimana. Kendati ia tahu persis cara mengendalikan kekuatan disaat sudah sangat dibutuhkan.
Sementara Gunwook yang terlihat berterimakasih atas penahanan serangan itu kini turut mengganti dirinya. Berubah menjadi Naga yang Yujin bilang, meski Gunwook lebih suka disebut pakai bahasa inggris saja, Dragon.
"Fuck," cursing milik Munjung memberi pertanda akan bagaimana instingnya serta-merta membaca.
Mendeteksi bahwa Dragon dapat menjadi musuh paling kuat dari Griffin. Walau sebenarnya mereka dapat memiliki kekuatan yang sulit dipadukan, namun biarlah saat ini keduanya yang mencari kebenaran tersebut.
"Anjing. Inimah belum kelar Yujin sama Jihoo juga bakal digarap Gunwook sama Munjung. Ditambah lagi si abang api sama abang es," khawatir Seungeon masuk akal.
"Si abang api itu bang Keita, by the way," koreksi Lijeong.
"Kalo yang abang es namanya Matthew," Taerae menyahut.
Seungeon dan Yunseo saling pandang, bingung sembari mengendikkan bahu. Memangnya boleh perkenalan disaat sedang bertarung begini?
Pada akhirnya Sung Hanbin turun tangan lebih dulu, mengepakkan sayap dan cahaya putihnya. Cukup lebar dan terang hingga menyilaukan sesiapapun yang melihatnya dengan mata telanjang.
Lalu Park Hanbin melakukan hal yang sama, mengadu sayap hitam dengan aura yang mengerikan. Membuat atmosfer diantara keduanya cukup kuat untuk membuat yang lain tunduk, untuk membuat yang lain kembali tersadar akan misi utamanya.
Mereka tidak bertarung dalam kurun waktu ini, tidak sebelum mendapat titah ramalan dari garis takdirnya. Lantas jika ditanya bagaimana, mungkin jawabannya ada di tangan Zhanghao dan Jiwoong yang sedang terpisah dari berempatbelas. Dua makhluk itu memiliki tempat tersendiri untuk segala misi yang akan dihadapi.
- - -
"Where are we?"
Pertanyaan pembuka dari Zhanghao setelah mendarat dalam kastil putih yang cukup besar di tengah belantara tersebut.
"My house," jawab Jiwoong santai.
Zhanghao menolehkan pandangnya, membelalakkan mata tak percaya.
"Your what?! Jadi selama ini lo udah tinggal di dunia immortal apa gimana, bang? --pak? --or whatever. I'm confused what to call you,"Jiwoong sedikit tertawa. "Panggil bang aja, it's fine. Kita udah gak di kampus. Lagian gue juga gak pernah ngajar jurusan lo,"
"Ok then... Back to the topic. Lo udah tinggal di dunia immortal berapa lama?" tanyanya lagi.
Kalau boleh jujur, Zhanghao sebenarnya masih menyimpan rasa kecurigaan dan juga penasaran disaat yang bersamaan pada lelaki itu. Lelaki yang dinarasikan mengaku punya peran paling penting di lintang wilayah Pack of Zerobase.
"Since i was born, i guess,"
Jiwoong menjawab santai, meninggalkan Zhanghao dengan beribu pertanyaan tanpa balasan yang jelas. Ia lantas memimpin langkah keduanya untuk masuk ke dalam celah-celah ruang yang hendak dituju.
Sementara Zhanghao memiringkan kepala dan alisnya, berkutat pada keraguan pemikirannya sendiri. Namun ia tetap berusaha menyamai langkah kaki Jiwoong untuk mengikuti arahnya. Menyerah dengan keadaan yang masih serba abu-abu.
"Tolong buka pintunya untuk saya,"
Keduanya sampai di depan sebuah dinding, sama sekali tidak terlihat seperti pintu bagi Zhanghao. Tapi seseorang yang sedang duduk tegap dengan tongkat di tangan kanannya memang tampak seolah penjaga tempat tersebut. Lantas pria itu mulai berdiri begitu Jiwoong menyuarakan titahnya.
"Baik, Prince Jiwoong," ujarnya.
Zhanghao benar-benar merasa tersesat.
Apa katanya? Prince Jiwoong? Prince?!Kemudian dinding yang mulanya hanya berwarna merah selaras dengan yang lainnya itu kini perlahan tergeser dan menampilkan ruang gelap tak kasat mata. Jiwoong sudah masuk lebih dulu saat Zhanghao masih mengira-ngira apa yang terjadi. Ia tersenyum canggung pada sang pengawal dan turut menjejaki langkah kaki yang lebih tua.
Bummm.
Pintu masuk itu tergeser sangat pelan hingga menimbulkan bunyi deheman halus. Menandakan bahwa jalannya sudah tertutup kembali.
"Gue masih gak ngerti," kini yang lebih muda berani menyuarakan pikirnya.
"Gue gak minta lo untuk ngerti,"
"Tapi gue butuh jawaban, bang. Lo yang tiba-tiba tau identitas kita, lo yang tiba-tiba bisa bawa gue gitu aja, lo yang tiba-tiba dipanggil Prince with that royal guards. Lo yang serba tiba-tiba ini sebenernya apa?! I really feel so lost... and dumb right now," jelas Zhanghao mengutarakan segala.
Jiwoong berhenti, membalikkan arah pada frustasinya sang Peramal.
"Nanti, lo akan ngerti,"
Sungguh, Zhanghao ingin sekali lagi melayangkan protes dalam amarahnya. Tapi kotak kecil yang tiba-tiba tersodor padanya itu mengurungkan seluruh niat yang ada.
"Take this," lanjut Jiwoong kemudian.
Dengan ragu kotak itu diterima, dibuka, dan diamati isi dalamnya. Namun tetap nihil, Zhanghao belum mengerti.
"Gue --,"
"Lo gak perlu ngerti. Insting lo yang akan mempergunakan benda itu dengan sendirinya,"
"You're more than a Seer, Hao,"
Bahkan sampai detik terakhirpun, Zhanghao masih dibiarkan tidak mengerti.
- - -
Tbc.
Have a good life, ya! Jangan lupa vote dan comment ✿◕ᴗ◕✿
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL TWINS || zb1 x evnne
FantasíaPertemuan Sung Hanbin dan Park Hanbin kini membuka portal menuju dunia immortal yang masih tertutup. Menandakan bahwa tidak lama lagi peperangan akan segera dimulai. Dua nama yang sama akan kembali beradu untuk mempertahankan masa kejayaannya. || Hi...