hujan dan laut kala itu.
dua anak perempuan dan laki-laki berumur 7 tahun sedang menghabiskan waktu bersama.
Lingga mengajak Nala ke suatu tempat yang indah.
"lingga kita mau kemana sih? " tanya Nala dengan raut wajah bingung.
"aku mau ajak kamu kesuatu tempat" jawab lingga penuh semangat.
Nala sedikit letih berjalan, "masih jauh gak lingga? " tanyanya saat kakinya mulai terasa kebas.
"nggak, udah mau sampai kok, bawel"
"kayak dari rumah aku kemana?"
"hm, kayak dari rumah kamu ke..gatau juga, liat aja deh"
setelah sampai di tempat yang dimaksud lingga, Nala terbelalak kagum akan keindahan yang ada di depan mata nya.
laut yang begitu dikara, suara riuh ombak yang membuat siapapun merasa tenang disertai cakrawala yang perlahan mulai tenggelam seiring berjalannya waktu, membuat siapapun insan yang melihat akan hanyut dalam keindahannya.
semua rasa letih Nala terbayarkan akan keindahan yang di lihatnya saat ini, rasanya ia ingin sekali berlari ke tepi laut untuk sekedar merasakan riuh ombak yang menyejukkan hati.
"wah, indah sekali lingga" ucap Nala, matanya tak lepas dari keindahan alam di depannya.
"suka nggak?"
"suka bangett pemandangannya kayak di film kartun yang aku tonton" ujar Nala sambil mengecup pipi lingga sekilas, lalu berlari menjauh dari lingga.
serangan mendadak dari Nala membuat lingga membeku dengan pipi merah bak tomat. setelah tersadar, ia langsung berlari mengejar Nala yang sudah menjauh.
Di hari-hari berikutnya, Nala sering mengajak lingga untuk bermain disana, seolah tempat itu sudah menjadi tempat ternyaman untuk Nala maupun lingga.
suatu hari, Nala membuat janji bahwa sore ini mereka harus bertemu di tempat itu bersama lingga.
Lingga duduk di tepi laut, bersandarkan batu besar, di sampingnya terdapat pohon yang menjulang tinggi, angin sepoy-sepoy menerpa kulitnya, suara riuh ombak mengalun di indera pendengarannya, tenang.. satu kata yang dapat mendeskripsikan perasaan lingga saat ini.
satu jam lingga duduk disana tapi tak kunjung melihat kedatangan Nala. ia sedikit dilanda kebosanan, "mungkin Nala ga ingat sama janjinya" monolognya.
karena berpikir Nala melupakan janjinya ada perasaan kecewa di hatinya, lingga ingin pergi dari tempat itu, tapi baru saja ingin berdiri seorang gadis kecil berlari tergesa-gesa ke arahnya, ia sangat mengenal wajah itu.
"lingga maafin Nala ya, Nala telat hehe" ujar Nala yang sudah berdiri di hadapan lingga, nafasnya ngos-ngosan karena lari.
"gapapa, eh itu mata sama idung kamu kenapa merah?" tanya lingga sedikit terprovokasi oleh wajah merah Nala
"o-oh ini, kelilipan kayaknya lingga, makanya jadi gini" jawabnya sambil menunjuk matanya.
lingga hanya mengangguk pelan tanda mengerti, ia sedikit meniup mata Nala secara bergantian untuk mengurangi kemerahan.
mereka berdua menghabiskan waktu sore dengan bermain kejar-kejaran di iringi suara ombak dan tawa keduanya, mereka berdua terlihat sangat bahagia, lingga yang tadinya merasa bosan seketika langsung ceria kembali.
mereka tidak mengetahui bahwa ini adalah kali terakhir mereka berdua bertemu. awal dari kehidupan baru seorang lingga dan Nala.
tanpa dirasa langit mulai menggelap menandakan bahwa awan sudah tak mampu menampung airnya, hingga tetes demi tetes hujan mulai turun membasahi bumi.
sore itu di bawah rintik hujan.
Nala berlari kecil di bawah hujan, lingga mengejar Nala yang berlari menjauh. Mereka berdua sangat menyukai hujan, terutama nala. Bagi nala hujan adalah pelengkap kehidupannya.
"Nala jangan lari-lari" teriak lingga memperingati.
Nala berhenti berlari, "iya lingga iya" jawab Nala kesal.
Lingga berlari ke arah nala berniat untuk menghampiri gadis itu, bersamaan dengan itu mobil dengan kecepatan tinggi mengarah pada lingga, Nala yang melihat itu segera berlari ke arah lingga, ia mendorong lingga sekuat tenaga. "aaaaaaa" teriak nala sebelum akhirnya mobil itu menabraknya.
BRUKK
Nala terhempas keras, kepalanya terbentur batu besar. Darah mengalir begitu banyak di kepala Nala, genangan air kini berubah menjadi merah. Lingga yang melihat kejadian itu begitu histeris dan panik, dia berlari ke arah nala dan memeluk tubuh tak berdaya itu. Orang-orang disekitar mulai berkerumun, membantu untuk mengantarkan nala kerumah sakit juga menelpon kedua orang tua nala dan lingga.
Setelah kejadian itu lingga tidak pernah bertemu dengan nala lagi, lingga tidak tau bagaimana keadaan nala selepas kecelakaan itu. Lingga sudah mencari keberadaan Nala tapi nihil, banyak yang mengatakan bahwa Nala sudah meninggal dunia 2 hari pasca kecelakaan. Lingga tidak percaya, dia yakin bahwa Nala masih hidup. beberapa hari lingga mengurung diri di kamarnya.
~have a good read~
˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚this is my first story.
no plagiat ya gess.klo ada yang typo, tandain yaa
lopyuuuuuu semuaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan kala itu
Roman pour AdolescentsLingga tumbuh dewasa dengan bayang-bayang masa lalu yang selalu mengikutinya. Ia terjebak dalam kenangan lama yang tak pernah hilang, Dan hujan selalu datang bersama dengan ingatannya kala itu. Namun, ketika Lingga bertemu dengan seseorang yang spes...