Prolog

7 1 0
                                    

Sakit bukan rasanya tidak dicintai seseorang yang kita cintai. apalagi ini suami sendiri. mengejar cinta suami tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. apalagi mungkin cinta suaminya habis dimasa lalu.

"Mas, kamu mau makan apa?" tanya Anvaya sambil membereskan tempat tidurnya.

Arga Bagaskara, pria yang kini menjadi suami Anvaya.

"Hari ini aku makan dikantor." jawab Arga sambil memakai jas kantornya. Anvaya menghela nafasnya.

"Sekali aja kamu sarapan dirumah, emang nggak bisa?" Arga hanya melirik sekilas kearah Anvaya lalu bergegas keluar kamar.

Anvaya menatap sendu punggung tegap milik suaminya. sesusah itu meluluhkan hatimu.

Tak menghiraukan penolakan dari Arga, Anvaya dengan cepat menyusul Arga.

"Mas, kamu sarapan dulu ya sedikit aja." cegah Anvaya saat Arga mau keluar rumah. Arga menepis tangan Anvaya dari lengannya. Karena menurutnya Anvaya itu sangat menganggu.

"Ck! bisa nggak sih jangan ganggu!" sentak Arga membuat Anvaya tersentak kaget.

Melihat Anvaya yang terdiam, Arga mendengus kesal lalu pergi. Anvaya hanya terdiam melihat punggung lebar milik Arga pergi menjauh dari hadapannya.

"Kalau aku nggak bisa dapetin kamu, maka siapapun nggak akan aku biarin buat dapetin kamu. Sekalipun itu masa lalumu." tekad Anvaya dengan tatapan lurus kedepan. Menatap lekat gerak-gerik Arga sampai memasuki mobilnya. Melihat mobil Arga yang sudah keluar pagar, Anvaya pun masuk kedalam rumah.

"Siapa wanita yang sampai saat ini kamu cintai, Arga."

___

Jam menunjukkan pukul 21.05 namun Arga belum kunjung kembali. Anvaya menghela nafas gusar, hendak menelfon Arga namun diurungkan karena suara bel berbunyi.

Berjalan membuka pintu berharap itu Arga. Namun, semua itu sirna karena melihat Arga dibopong wanita yang menurutnya cantik.

"Astaga! Arga kenapa?!" Buru-buru Anvaya mengambil alih Arga.

"Kenapa Arga bisa denganmu?" Tanya Anvaya sambil menatap sinis kearah wanita didepannya.

Melihat wanita itu tak kunjung menjawab pertanyaan Anvaya, Anvaya merasa heran apalagi wanita itu menatap lekat Arga.

"Sudah tidak ada keperluan lagi kan? terimakasih sudah mengantarkan suami saya." ucap Anvaya dengan menekan kata suami.

"Tidak ada. Kalau begitu saya permisi." jawab wanita itu lalu pergi dari hadapan Anvaya. Anvaya tak menghiraukan kepergian wanita itu. Anvaya membawa Arga masuk kedalam kamarnya. Meletakkannya dengan hati-hati seolah Arga adalah barang yang mudah pecah. Menarik selimut hingga sebatas dada Arga.

"Enghh." lenguhan Arga terdengar saat Anvaya hendak membalikkan badannya. Arga menahan tangan Anvaya dan dengan sekali tarikan, Anvaya sudah ada diatas dadanya. Tangan satunya memeluk pinggang Anvaya erat.

"Rora.. ini kamu?" racau Arga sambil menyingkirkan helaian rambut dikening Anvaya. Anvaya tentu saja terkejut mendengar Arga memanggilnya dengan nama lain.

"Arga aku bukan Rora! aku Anvaya!" berontak Anvaya berusaha melepaskan dirinya dari dekapan hangat Arga.

"Ck! jangan sebut nama wanita sialan itu, sayang." racau Arga semakin menjadi-jadi. Anvaya terdiam mendengar kalimat yang meluncur begitu saja dari mulut Arga. Melihat Anvaya yang terdiam, Arga dengan cepat mencium bibir Anvaya. Anvaya tersentak kaget merasakan benda lembut dan hangat menyentuh bibirnya.

Karena Anvaya tak juga kunjung membuka mulutnya, Arga menggigit bibir Anvaya hingga sedikit mengeluarkan darah. Tak menyiyakan kesempatan tersebut, Arga melesatkan lidahnya menelusuri mulut Anvaya. Anvaya mulai terbuai dengan ciuman yang didominasi oleh Arga.

Entah siapa yang mulai, kini keduanya tak menggunakan pakaian sehelai pun. Ciuman Arga turun ke leher Anvaya. Setelah cukup lama merangsang Anvaya, Arga langsung ke intinya.

"Sshh." ringis Anvaya saat milik Arga mulai melesat masuk kedalam.

"Arghh Rora.." Geraman Arga keluar begitu saja saat miliknya sudah masuk sempurna. Sementara Anvaya merasa heran dengan wanita yang disebut Arga. Anvaya harus menahan sakit diintinya dan dihatinya.

Sedikit lebih lama Arga keluar. "Sshh arghh Aurorahh." Geraman Arga menambah sakit hati Anvaya. Arga menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Anvaya. Dengan nafas memburu, Arga tertidur pulas. Dengan lekat Anvaya memperhatikan wajah polos Arga ketika tertidur.

"I love you." setelah itu Anvaya ikut tertidur pulas.

___

Silau menerpa wajah Anvaya. Mencoba untuk duduk walau tubuh rasanya remuk. Melihat sekeliling, Anvaya tidak melihat Arga. Terdengar suara germecik air yang menandakan Arga sedang mandi.

Mengingat malam panas yang tadi malam mereka lewati, membuat Anvaya tersenyum walau hatinya sedikit berdenyut nyeri. Anvaya menyentuh perut ratanya.

"Semoga kamu cepet tumbuh ya, sayang." Anvaya berucap lembut sambil mengelus perutnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak keluar!" Anvaya dikejutkan oleh suara Arga yang lumayan tinggi.

Melihat Arga keluar dari kamar mandi menggunakan sehelai handuk yang hanya melilit pinggangnya membuat kesan tersendiri dimata Anvaya.

"Kamu udah selesai mandi, mas." Ucap Anvaya seraya tersenyum manis. Arga yang melihat itu memutar bola matanya malas.

"Keluar!"

"Kita baru aja melewati malam yang panas, sikap kamu udah berubah aja." keluh Anvaya dengan muka yang sesedih mungkin berharap Arga mau luluh padanya.

Mendengar penuturan Anvaya, Arga dengan cepat mendorong Anvaya keluar kamarnya.

"Ingat! Jangan sampai kau hamil! Jika kau hamil, gugurkan saja anak itu." Ucap Arga dengan entengnya.

"Aku tidak mau mempunyai anak dari wanita seperti mu."


26/sep/23

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANVAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang