Pakeeettt!!
Mala yang sedang bersantai ria terperanjat begitu mendengar suara tukang paket di teras depan. Gawat, Mala sedang memakai baju gembel, akan sangat memalukan jika ia yang keluar. Ditambah ia belum mandi, salah satu kebiasaan joroknya adalah jarang mandi jika di hari libur atau jika sedang tidak pergi keluar.
"Sebentar!" teriak Mala.
Dirinya yang berada di ruang tengah pun berlari setelah mencomot uang yang ia simpan di atas lemari kaca.
Tujuannya adalah dapur, di mana mamahnya berada.
"Mah, ada paket. Mamah yang ke depan ya." Langsung saja Mala mengasongkan uang di tangannya.
"Mamah lagi sibuk, bukan paket Mamah juga," tolak Kamila.
"Ih Mamah. Sakedap ieu atuh, baju Mala kotor, malu lah," melasnya.
"Haisshh." Kamila merampas uang dalam genggaman Mala, dengan langkah kaki lebar membuka pintu yang disambut oleh tukang paket yang berdiri menunggu. Padahal ia sedang menyalakan api untuk menggoreng ikan.
Tak berlangsung lama, Kamila menutup pintu kayu tersebut sembari menenteng plastik hitam yang membentuk persegi.
"Nih, emang beli apaan si?'" tanya Kamila penasaran.
Mala menerima dengan senang hati. "Binder, hehe."
Langsung saja dia merobek plastik itu menggunakan tangannya. Matanya berbinar menatap benda persegi yang sudah ia tunggu-tunggu.
Sebuah binder transparan motif bunga daisy kuning, berukuran A6. Tak lupa juga dengan isinya yaitu kertas putih polos dan gride.
Bukan hanya binder saja sebenarnya yang Mala beli. Ada juga pulpen motif beruang berwarna cokelat, motif kaktus warna hijau muda dan juga motif singa laut berwarna abu.
"Pulpen terus yang dibeli. Kemarin kan beli isian pulpennya, masa udah habis?" Kamila menatap jengah.
"Terus ini lagi binder buat apaan? Kamu udah punya dua Mala, buang-buang duit aja. Nyari duit itu gak gampang."
Mala manyun. "Ini kan pake duit Mala sisa jajan sekolah," belanya.
"Tetap aja itu uang dari Bap--"
"Semalem Mala ke mana pergi bareng laki-laki?"
Mala dan Kamila tersentak kaget mendengar suara berat seseorang dari belakang. Spontan Mala berbalik. Irisnya melihat pria setengah abad berdiri menyandar di pintu menuju dapur. Wajahnya mengerut menunggu jawaban.
Mala kenal, pria itu adalah tetangganya yang sering sekali ke rumah. Namun, menurut Mala sifatnya sedikit tidak sopan. Seperti sekarang ini, tidak ada salam atau ketukan pintu terlebih dahulu main masuk ke rumah.
"Bareng laki-laki? Emang bener, Mal?" Kamila menatap putrinya menyelidik.
"Iya kan semalem Mala nginep bikin tumpeng di rumah temen. Udah izin juga kan ke Mamah?"
"Oh yang bikin tumpeng itu." Kamila mengangguk. "Tapi bukannya namanya Sela ya? Sela kan nama perempuan."
"Eh itu ... Sela itu ... nama panggilan dia kalo di kelas. Namanya Zale Morgan, tapi kadang ada yang ngejek namanya jadi Sela gitu, Mah." Mala berusaha memberi alasan yang masuk akal. Jauh sekali dari nama Morgan jadi Sela. Namun, meski begitu ia harap alasannya diterima Kamila.
"Lain kali anaknya dijaga jangan gampangan sama laki-laki, ngapain juga minta jemput malem-malem. Bilang aja mau main sama cowok." Didik memberi wejangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Perfect
Teen FictionNirmala Shalsabella, sosok perempuan mungil yang memiliki sifat pendiam dan pemalu. Mala, begitu orang memanggilnya. Dia bukan lah seseorang yang terkenal, bukan juga orang yang pintar. Ia hanyalah murid biasa, bahkan sangat biasa. Menyukai teman s...