"Sialan! Gara-gara cewek jelek itu gue hampir mati, awas aja gue gak akan tinggal diam!" ujar Venessa menatap penuh benci ke arah Mala yang sedang menaiki perahu bebek bersama Marva.
"Wajah sama kepala gue juga sakit banget dijambak Marva, pipi gue merah, pedes banget," lanjutnya sembari merintih saat pipinya diusap.
Dia tengah berada di saung tepi danau bersama Azinza untuk menghangatkan diri. Masalah bajunya sudah dia ganti dengan memakai celana jeans dan juga hoodie hitam tebal di tengah matahari yang kembali bersinar. Sekelebat ingatan beberapa saat lalu terbang di kepalanya, di mana saat membuka mata pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Daniel yang begitu dekat. Ia menyimpulkan bahwa Marvalah yang menyuruh sahabatnya menolong karena merasa bersalah.
"Kapan lo mau balas dendam, Nes?" Perkataan Azinza membuyarkan imajinasi Venessa dalam sekejap.
"Tenang aja, minggu-minggu ini gue bakal bales dia. Rencana matang akan berakhir dengan kesempurnaan." Venessa tersenyum kiri, meremas ranting kecil hingga berbunyi patahan.
Seperti ranting rapuh yang ia patahkan, tentu sangat mudah untuk membalas Mala. Dia akan membuat perempuan itu tak berdaya dan tidak akan ada orang yang bisa menolongnya. Mala harus menerima ganjarannya karena menjadi alasan kesialannya hari ini. Tidak sadar diri bahwa dia awal mula masalah dimulai.
Azinza tersenyum puas. "Ini baru temen gue."
"Heh, ngapain lo pada berduaan mulu, bau-bau ada dendam kesumat nih keknya!" Arshad berteriak nyaring dari tengah danau, dengan menaiki perahu angsanya bermain kejar-kejaran dengan Daniel.
Venessa melengos, enggan menjawab.
"Suombong amat! Cantik kagak, kayak badut iya!" Laki-laki itu tertawa keras melihat wajah masam Venessa.
"Berisik, tuyul," cibir Marva.
"Sana pergi lo pada, ganggu waktu berharga gue aja," tukasnya mengusir ketiga sahabatnya yang sedari tadi mengikutinya. Padahal Marva ingin mengisi waktu bersama Mala. Bukan hal mudah membujuk Mala untuk menaiki perahu bersamanya, dan kini mereka malah mengganggunya dengan aksi kejar-kejaran di atas air.
"Iya dah yang mau ehem-ehem mah beda." Arshad mengedip, menaik turunkan alisnya.
"Ari sia cacingan?" Polos Daniel bertanya.
"Si bangsat, lo kali!" Arshad mendelik.
Laki-laki itu menubrukan perahunya agak keras menabrak Daniel. Namun, pemilik perahu bebek itu malah tertawa, kecuali Cakra yang anteng dengan wajah temboknya. Sebenarnya Cakra enggan naik perahu berbentuk hewan seperti itu, karena menurutnya seperti anak kecil. Tapi, Daniel tak mau mendengar dan malah mendorongnya ke atas perahu untuk naik. Akhirnya lama-kelamaan pemuda itu bisa menikmati dan bersenang-senang.
"Seneng 'kan lo naik ini?" Daniel mengulas senyum bangga.
"Hm."
"Si bebel, dahlah yok kita pergi. Si macan gak mau diganggu bareng ceweknya tuh," ajaknya kepada Arshad yang sibuk bermain pedang-pedangan menggunakan dayung memukul air.
"Kuy."
Marva mengembuskan napas lega saat kedua perahu itu memilih pergi dengan saling mendorong brutal. Bergabung dengan kumpulan perahu lainnya di bagian timur danau.
"Tinggal kita berdua di sini, lo seneng gak?" Marva tersenyum lebar mengurai keheningan di antara keduanya.
"Jelas seneng lah, kapan lagi kita naik perahu berduaan kayak gini." Dia yang bertanya, dia juga yang menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Perfect
Fiksi RemajaNirmala Shalsabella, sosok perempuan mungil yang memiliki sifat pendiam dan pemalu. Mala, begitu orang memanggilnya. Dia bukan lah seseorang yang terkenal, bukan juga orang yang pintar. Ia hanyalah murid biasa, bahkan sangat biasa. Menyukai teman s...