Katanya, jatuh cinta sebelum pernikahan itu ujian. Berat. Banyak yang jatuh dan gagal menjaganya. Terlalu gegabah untuk mengungkapkan. Sudah terlanjur cinta, tapi belum siap untuk membawanya ke jenjang pernikahan. Mungkin aku salah satunya. Salah satu dari milyaran remaja jatuh cinta yang gagal untuk menyimpan perasaan dalam tempat dan waktu yang tepat. Aku mencintaimu. Namun, aku belum bahkan sepertinya tidak akan pernah siap untuk menerima penolakan jika ternyata kamu tak memiliki perasaan yang sama. Aku menyimpanmu rapat-rapat dalam ruangan yang tak berpenghuni. Di sana, kamu bebas melakukan apa pun. Kamu mengisi ruang itu yang sebelumnya kosong hingga berdebu. Kamu ada di sana meskipun aku tak tau dimana sebenarnya hatimu berlabuh.
Perasaan ini sungguh aneh. Aku belum pernah merasakannya. Rasanya menyenangkan, sakit, sesak dan menyakitkan dalam waktu yang sama bersama orang yang sama. Dua puluh dua tahun berlalu sampai akhirnya aku bisa menjawab ketika ditanya, "apa ada seseorang dihatimu?" meskipun aku tidak bisa memastikan bahwa di hatimu pun juga ada aku. Merasakan cinta yang Allah hadirkan tanpa seorangpun yang tahu sudah cukup menyenangkan untukku. Tak ada penolakan, pun tak ada penerimaan. Semuanya seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Aku fokus dengan kehidupanku dan kamu fokus dengan kehidupanmu. Masing-masing dari kita saling mengejar apa yang kita impikan. Sampai suatu saat, Allah izinkan kita untuk bertemu untuk membangun sebuah mahligai cinta bersama diatas ketaatan. Meskipun bukan kamu, semoga Allah menggantikannya dengan apa yang terbaik menurut-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepasmu, Untuk Meraih Cinta-Nya
Non-Fictionjika dengan berpisah kita tetap dalam ketaatan, maka marilah berpisah. jaga perasaan ini sampai kita pulang ke rumah yang sama. kalaupun bukan, terima kasih telah mengisi hari hariku dengan sangat menyenangkan.