4

3 1 0
                                    

Cuaca hari minggu di Ibu Kota sangat panas, di luar matahari bersinar terang. Chika sebenarnya masih malas untuk keluar dari Mall tapi Stella dari tadi tidak berhenti meneleponnya untuk segera menjemputnya di butik.

Chika mengobrak abrik tasnya mencari kunci mobil saat sebuah suara mengalihkan perhatian.

"Sialan lo..." Bugh...

Chika buru-buru berlari ke sumber suara yang seperti dikenalinya. Saat jaraknya sudah cukup dekat Chika bisa melihat 2 orang cowok sedang berkelahi dan seorang cewek yang berteriak menyuruh keduanya berhenti.

"Anjing lo..." Loewi mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Kemudian balas meninju wajah Rael di hadapannya.

"Stop... berenti... udah... berenti... Rael... udah... stop." Cewek yang tak lain adalah Aleta berusaha menarik Rael yang hendak membalas pukulan Loewi.

Seumur hidup Rael tidak pernah berkelahi, tidak pernah memukul orang apalagi sampai berdarah, hanya saja emosinya kali ini sudah tidak terbendung lagi. Kemarin semua temannya dibuat heboh dengan foto Aleta yang tampak sedang berduaan dengan Loewi di sebuah club malam. Rael tidak percaya karena fotonya kurang jelas bisa saja cuma mirip Aleta, tapi kemudian Aleta bersikap aneh di pesta ulang tahun Loewi, makanya hari ini dirinya membuntuti Aleta sampai beberapa detik yang lalu dengan mata kepalanya sendiri Rael melihat keduanya berciuman di dalam mobil. Rael yang terlalu marah lepas kendali dan langsung menghajar Loewi begitu keluar dari mobilnya.

"Jelasin!" Rael menatap Aleta marah. Setengah hatinya masih tak percaya Aleta setega itu selingkuh di belakangnya.

"Udah beb ayo pulang aja... aku jelasin di rumah ya?" Aleta meraih tangan Rael yang masih terkepal.

"Ga usah pegang-pegang dan gausah panggil gue beb lagi. Mulai sekarang kita putus. Sorry kalo gue ga bisa jadi cowok yang lo mau. Padahal kalo lo udah ga suka tinggal bilang. Ga usah selingkuh di belakang gue." Rael menarik tangannya lepas dari genggaman Aleta. Matanya menatap tajam ke arah mantanya itu kemudian berjalan menjauh menuju mobilnya sendiri. Beberapa orang yang juga ada di sekitar mereka mulai mendekat bahkan tampak seorang security berlari ke arah mereka.

"Chika?" Rael menghentikan langkahnya ketika melihat Chika berdiri tak jauh darinya.

"Kamu ga apa apa?" Chika tak bergerak memandang ke arah Rael dan Loewi bergantian.

"Yah... selain bonyok, bisa dibilang gue baik-baik aja. Malah lebih baik karena ga perlu buang waktu sama cewek yang ga bisa menghargai gue." Rael berkata sinis melirik Aleta yang membantu Loewi berdiri.

"Maaf udah bikin keributan ya bapak-bapak, ibu-ibu..." Loewi menangkupkan kedua tangannya di depan dada kemudian masuk ke mobilnya di ikuti oleh Aleta yang masuk di bangku penumpang. Beberapa detik kemudian mobil Ferarri berwarna merah itu meninggalkan arena parkiran diiringi pandangan mata Chika yang tidak bisa menjelaskan apa yang saat ini hatinya rasakan. Loewi benar-benar punya hubungan dengan Aleta, salah satu cewek yang menurutnya bernilai mines jauh di bawahnya. Tapi Loewi memilihnya, memilih Aleta dan tidak pernah sedikitpun meliriknya.

"Lo ngapain disini? Sendiri aja?" Pertanyaan Rael mengembalikan Chika dari lamunannya.

"Eh... itu tadi aku abis disuruh mamah anter barang. Ini kamu beneran ga apa apa? Mau ke rumah sakit? Idung kamu berdarah loh..." Chika meringis melihat darah mengalir dari hidung Rael.

"Fuck." Seketika Rael baru menyadari rasa sakit di hidungnya. Tangannya mengusap darah yang mengalir dari sana.

"Pake ini" Chika mengeluarkan beberapa lembar tisu dari tasnya. Rael langsung mengambilnya dan mengelap darah yang mengalir dari hidungnya.

"Thank you ya. Ini lo mau balik?" Dalam hatinya Rael mempertimbangkan kira-kira lukanya ini butuh tindakan medis atau tidak. Tangannya yang digunakan untuk meninju Loewi tadi juga terasa sakit.

"Iya... aku mau jemput adik aku di butik. Kamu mau aku anterin ke rumah sakit atau kemana gitu ga?" Chika masih meringis memperhatikan wajah Rael yang babak belur. Sebelumnya Chika tidak pernah menyangka berkelahi benar-benar bisa membuat muka bonyok seperti di film film, selama ini jika dirinya berkelahi dengan Stella paling paling korbannya adalah rambut mereka yang rontok karena saling jambak.

"Ga apa apa kok, nanti gue ke klinik deket rumah aja sekalian balik." Rael memutuskan untuk nanti mampir di klinik yang selalu ia lewati setiap hari.

"Oh ya udah kalo gitu aku duluan ya... I'm sorry for what happen." Chika tersenyum merasa kasihan kepada cowok di depannya itu, kalo dirinya saja yang tidak ada hubungan apa apa dengan Loewi bisa sakit hati, apalagi Rael yang pacarnya Aleta.

"It's okay, I dodge a bullet after all." Rael menjawab singkat.

"Oke take care ya..." Chika berbalik kembali berjalan ke arah mobilnya.

30 menit kemudian Chika sampai di butik ibunya, disambut dengan wajah cemberut Stella yang sudah bosan menunggunya lebih dari satu jam.

"Lama bangeh sih, perasaan ga macet." Stella langsung mengambil barang-barangnya bersiap meninggalkan butik.

"Ya sorry..." Chika tersenyum meminta maaf kepada adik semata wayangnya.

"Ya udah ayo... nanti kita makan di Kokas aja ya? Aku janjian sama Gerry mau nonton." Stella menarik Chika keluar dari butik dan kembali ke mobil.

"Kalo kamu janjian sama Gerry kenapa ga langsung minta Gerry jemput aja sih?" Chika tak habis pikir adiknya itu suka sekali mengerjainya.

"Yeee kan ini jadwal kita sister date... hehe" Stella tertawa ceria duduk di kursi penumpang.

"Hmm... males banget bawa mobil gede gini, parkir aja susah." Chika menggerutu sambil memundurkan mobilnya ke jalan. Sudah beberapa bulan belakangan ini Chika minta ganti mobil ke ibunya tapi belum juga dituruti. Alasannya simple karena Pak Ujang tidak merasa kalau mobil mereka susah parkir dan yang lebih sering menyetir kan pak Ujang jadi ibunya tidak menggubris permintaan Chika.

"Oh iya ci, kamu udah liat belom baju buat shot besok? Tadi mamah bilang besok langsung ke studio aja pulang sekolah." Stella membuka pembicaraan saat Chika sudah berhasil mengembalikan mobilnya ke jalan.

"Oh iya? Belom sih. Kamu udah liat? Ya udah besok jangan pacaran." Chika menanggapi, pandangannya tetap fokus ke jalan. "Btw tau ga sih tadi Rael berantem sama Loewi?" Chika menyambung lagi.

"Hah? Ngapain? Bukannya mereka berdua ga ada urusan ya?" Stella memiringkan tubuhnya menghadap Chika, seharusnya kalau Rael ada masalah Gerry sudah menceritakan kepadanya. Karena Gerry selalu menceritakan apapun kepadanya, termasuk aib teman-temannya.

"Aleta selingkuh sama Loewi. Tadi mereka lagi jalan kayanya terus ke gep atau gimana ga ngerti juga." Chika mengangkat bahunya.

"Terus kamu liat? Ada vidionya ga? Di Mall tadi banget kejadiannya?" Stella memberondong Chika dengan pertanyaan, besok pasti berita ini jadi gosip terhangat se antero CA.

"Apaan sih. Mana ada vidio orang aku aja kaget banget. Pada berdarah. Kasian banget ya si Rael..." Chika kembali teringat wajah Rael yang berdarah, seandainya punya nomor teleponnya pasti saat ini Chika sudah menanyakan kabar tentang hidungnya itu.

"Cie kasian? Ga kasian Loewi? Biasanya belain Loewi mulu. Lagian kalo kasian ya udah pacarain aja dari pada si Rael sama nenek sihir Aleta." Stella berkata sambil mengetik di hp nya memberitakan info terbarunya kepada Gerry.

"Terus si Loewi sama nenek sihir Aleta dong?" Jawaban Chika membuat keduanya tertawa bersama.

"Biarin aja kali penjahat kelamin sama nenek sihir." Celetuk Stella setelah tawanya reda.

"Hush... penjahat kelamin apaan sih." Chika menghentikan ocehan adiknya.

"Kan emang bener kali... udah ga tau berapa cewek yang ditidurin." Stella tak mau kalah dan Chika dalam hatinya membenarkan ucapan Stella dirinya mengingat adegan ketika Aleta keluar dari kamar hotel Loewi dan penampilan Loewi yang berantakan. Sempat ingin menceritakan kejadian tersebut kepada Stella tapi Chika mengurungkan niatnya, apa gunanya juga.

Bang Juan (FAME 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang