5

4 0 0
                                    

Sesuai dugaan Stella, di hari Senin berita tentang putusnya Rael dan Aleta jadi bahan gosip di seluruh pojok sekolah. Ditambah lagi vidio perkelahian Rael dan Loewi viral di tiktok, entah siapa yang merekam, vidio berdurasi 15 detik itu bahkan sampai ke tangan guru BK. Untung keduanya tidak menggunakan seragam sehingga tidak mendapat hukuman dari pihak sekolah dan hanya diperingatkan saja.

"Kelilipan apa sih mata Rael selama ini kok bisa tahan sama cewek matre begitu sampe mau setaun." Fio berkomentar sambil memandang sinis ke arah Aleta yang duduk di pangkuan Loewi.

"Sekarang si Loewi yang kelilipan deh kayanya." Chika mengaduk-aduk semangkok baso didepannya. Entah mengapa melihat Aleta di kantin bersama Loewi membuat nafsu makannya hilang seketika.

"Si Loewi mah ga usah ditanya yang penting cantik berlobang pasti diembatlah" Denada dengan sengit menimpali.

"Ih emang seburuk itu ya Loewi di mata kalian?" Chika masih saja tak terima gebetannya di hina.

"Ini fakta Chik, bukan masalah mata lagi. Semua orang juga tau si Loewi tuh PK. Lo doang kali yang buta." Fio tak habis pikir kenapa sahabatnya itu belom move on juga.

"Ga tau ah aku ga selera makan. Balik kelas aja yuk." Tanpa menunggu jawaban kedua temannya Chika langsung berdiri dan berjalan meninggalkan kantin. Padahal biasanya setiap jam istirahat Loewi selalu menghampirinya di kantin, tak peduli saat punya pacar ataupun saat sendirian jam istirahat Loewi selalu milik Chika, mereka berdua selalu makan bersama setiap hari, tapi hari ini Loewi bahkan tidak melirik ke arahnya.

Tidak cukup sampai disana, kekesalan Chika berlanjut sepulang sekolah. Stella yang ditunggu-tunggu belum juga masuk ke mobil setelah 30 menit dari bel pulang. Padahal jelas-jelas kemarin dirinya sudah mengingatkan untuk hari ini langsung pulang karena ada jadwal pemotretan untuk katalog baru butik ibunya.

"Dimana sih? Buruan." Chika meluapkan kekesalannya saat Stella menjawab teleponnya.

"Iya bentar-bentar."

"Kan udah aku bilang ga usah pacaran hari ini."

"Siapa juga yang pacaran, orang di panggil Pak Waryo buat persiapan olimpiade."

"Hem. Ya udah buru" Chika merasa sedikit tidak enak sudah berprasangka buruk kepada adiknya tapi tetap saat kekesalannya belum hilang.

Tak sampai 5 menit kemudian Stella membuka pintu mobil dan Chika langsung menyuruh Pak Ujang melajukan mobilnya.

"Kenapa tuh muka asem banget?" Stella bertanya melihat wajah Chika yang biasanya selalu tersenyum saat ini malah cemberut, alisnya berkerut dan bibirnya terkatup rapat.

"Perlu tanya? Udah ah lagi males bercanda." Chika menjawab tanpa memalingkan wajahnya dari jendela.

"Biasa deh, tiap Loewi punya pacar baru begini, udah kaya mau kiamat aja. Slow aja kali ci, palingan seminggu juga putus, kaya ga tau Loewi aja." Stella berusaha menghibur Chika yang tetap tidak menggubrisnya.

"Oh iya tadi Rael minta nomer kamu udah aku kasih ci." Stella berceloteh lagi. Kali ini Chika menoleh ke arahnya.

"Emang si Rael berangkat sekolah tadi? Perasaan ga liat di kantin." Walaupun tidak saling kenal tapi biasanya Chika selalu melihat Rael duduk di kantin ujung bersama gerombolan tim sepak bolanya dan seingatnya tadi Chika tidak melihat Rael disana.

"Engga... tadi dia WA aku. Nih." Stella menunjukan WA dari Rael di handphonenya kepada Chika. Bersamaan dengan itu HP Chika bergetar di tangannya. Masuk sebuah pesan di WA nya dari nomer yang tak dikenal.
---
Save ya nomer gue
Rael
---
Oke.
---
Chika membalas singkat kemudian menyimpan nomor Rael ke daftar kontaknya.

"Katanya beneran deh ci si Rael suka kamu." Stella melongokan kepalanya melihat pesan dari Rael yang kembali masuk ke WA Chika.
---
Sebelumnya sorry ya gue minta nomer lo dari adek lo.
---
Iya ga apa-apa...
Gimana hidung kamu?
---
Chika tiba-tiba teringat soal hidung Rael yang berdarah. Melihat kondisi Loewi tadi di sekolah pastinya kondisi Rael tidak jauh berbeda.
---
Aman kok aman.
---
Ya udah puji Tuhan...
---
Tar malem lo ada acara ga?
---

Alis Chika berkerut sementara Chika yang sedari tadi ikut membaca chat kakaknya tersenyum lebar. Benar dugaannya, pasti Rael mau mendekati kakaknya.

"Udah buru bales ga ada acara." Stella tak sabaran melihat Chika yang tak kunjung mengetik balasan.

"Tar kalo dia ngajak keluar gimana?" Chika bingung, sebenarnya dirinya sedang malas bertemu orang atau ngapa-ngapain. Tapi satu sisi dirinya merasa kasian kepada Rael, mungkin Rael sedang butuh teman. Gimana pun juga diselingkuhin rasanya pasti sakit.

"Ya tinggal keluar ci. Susah-susah amat." Stella jadi geregetan kakaknya itu selalu kebanyakan mikir.

"Tinggal keluar apaan sih Stel? Kalo mamah ga ngijinin gimana? Malulah aku" Chika belum juga membalas pesan Rael.

---
Eh... sibuk ya? Sorry deh... kalo ada acara ga apa apa.
---
Pesan dari Rael masuk lagi ke WA Chika.

---
Engga ko, ga ada acara. Kenapa?
---
Chika buru-buru mengetik balasan di WA nya. Sedangkan Stella tersenyum puas, dirinya sudah membayangkan setelah ini ijin pergi ngedate ke ibunya pasti lebih gampang.

---
Oke. Tar malem gue jemput ya?
Dress code semi formal.
---

Chika tertawa kecil, pake ada dress code segala. Untuk sejenak pikirannya teralihkan dari Loewi.

---
Siap Mister
---

Balasan Chika membuat Rael yang senyam senyum sendiri menerima lemparan bantal di mukanya.

"Apa sih galak banget lempar-lempar." Rael terduduk menatap sepupunya.

"Lagian orang ngomong bukan di dengerin." Cewek berusian 20 tahuan itu menjawab sengit.

"Eh eh eh... apa sih ribut-ribut?" Ibu Rael yang baru keluar dari kamarnya melerai cekcok antara anak dan keponakannya.

"Kakak Chali tuh lempar-lempar." Rael membela diri.

"Raelnya aja itu ie yang ga dengerin Chali ngomong, senyam senyum sama HP" Chalita tak mau kalah membela diri.

"Ya udah, ya udah ga usah ribut. Kaya anak kecil aja. Rael yang sopan dong kalo ada orang ngomong di dengerin." Riska duduk di sofa, diantara anak dan keponakannya.

"Tuh dengerin." Chali yang merasa menang menjulurkan lidahnya kepada Rael. Umurnya memang sudah 21 tahun tapi kelakuannya tetap seperti anak kecil kalau sudah ribut dengan saudara-saudaranya tidak ada yang mau kalah.

"Tau ah... belain aja mulu..." Rael cemberut karena ibunya malah membela sepupunya.

"Lagian kamu senyam senyum ngapain sih? Katanya kemaren putus? Sampe bonyok-bonyok begitu. Sekaramg malah senyum-senyum." Riska kemaren sangat terkejut melihat anaknya pulang ke rumah dengan hidung berdarah lebih terkejut lagi mengetahui penyebabnya gara-gara wanita.

"Ya emang kalo putus ga boleh senyum? Kaya cewek ga ada lagi aja." Rael menjawab pertanyaan ibunya.

"Dih playboy..." chali kembali berkomentar.

"Bukan playboy, tapi laku. Udah ah mau mandi dulu. Oh iya kak tar malem pinjem mobil lo ya? Hehe Please" Rael memasang wajah memelasnya kepada Chalita.

"Ada maunya aja lo muka dimanis-manisin" Jawab Chali.

"Ya udah boleh ga?" Rael masih menunggu jawaban sepupunya itu.

"Ya udah bawa sana. Cari cewek yang bener, jangan cewek jadi-jadian" Chali mengejek Rael.

"Siap baginda Ratu" Rael kini benar-benar langsung mengambil handuk lalu masuk kamar mandi. Meninggalkan Riska dan Chalita yang cuma geleng-geleng kepala.

Bang Juan (FAME 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang