4. Sebuah Alasan

198 19 4
                                    

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, sahabat Fillah❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, sahabat Fillah❤️

Sudah lama sekali yaa nggak update 🙏🏻

Aya minta maaf karena banyak sekali jadwal kegiatan di bulan berkah ini, hehe😂

Sampai kelamaan nggak update 🙏🏻

Jadi kali ini saya akan lanjutin part-nya dari cerita KQS oke?

🌷Happy reading🌷

RUMAH sederhana itu tampak indah jika dilihat dari luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RUMAH sederhana itu tampak indah jika dilihat dari luar. Saat ini seorang pemilik rumah tengah menceritakan semua tentang dirinya hingga saat ini ia masih bertahan hidup di Janadriyah.

"Jadi itu alasan Lo, nggak mau balik ke Indo?" Aliza masih fokus menatap lelaki yang duduk di depannya.

"Lebih tepatnya tidak bisa kembali, bukan tidak mau."

"E-eum... Ya, itu maksud, Gue!" ralat Aliza. Syahid menghembuskan napasnya panjang. Matanya masih melihat jelas foto seorang anak perempuan yang digendong olehnya.

"Kenapa Lo? Sedih banget." Aliza menyipitkan matanya. "Heh! Gue belum terlalu paham sama cerita Lo! Coba deh cerita yang jelas!" cecar Aliza.

"Aku sudah berjanji pada Ramzi, untuk menjaga adik perempuannya. Semenjak insiden itu, hanya ada aku yang melindunginya. Sedangkan dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain jiddahnya."

Aliza mengernyitkan keningnya. Mulutnya bergerak mengulang ucapan terakhir Syahid tanpa suara dengan wajah bingung.

"Ramzi adalah teman baikku di sini. Aku tidak mungkin tidak membantunya. Terlebih, Jiddahnya sudah sakit-sakitan. Aku tidak mungkin meninggalkan Jannah diurus dengan Jiddahnya yang hanya akan merepotkan saja. Apalagi usianya masih sangat belia sekali."

"Bagaimana kalau Jiddahnya sudah meninggalkannya nanti--"

"EH! STOP! Bisa pelan nggak, sih, jelasinnya?! Gue butuh pencernaan buat semua kata-kata Lo!" Aliza mendengus kesal. Sedari tadi lelaki itu hanya bicara tanpa ada jeda ataupun titiknya. Sudah tahu otak Aliza lemot semenjak di kota ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keajaiban Qobla Subuhku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang