9.

321 21 0
                                    

Happy reading 🥰



  Prince menatap kosong pintu toilet yang ada tepat didepannya. Ia tengah menyendiri di toilet sejak 20 menit yang lalu. Ia tengah dilanda galau, putus asa dan perasaan lain semacamnya. Ia tak tau harus kemana tuk berkeluh kesah. Sedang kedua sohibnya itu melarang keras dirinya melakukan ini.

"Huft..." ia mendesah berat mengusak surai nya kebelakang.

  Hilang sudah harapannya menempuh masa depan yang sedikit lebih baik "Apa gue harus belajar sendiri?" gumamnya kembali menegakkan duduknya. Namun, ia tersadarakan sesuatu "Tapi otak gue gabisa nangkep apapun, huhhh...." ia kembali menyangga kepalanya.

  Ia tak peduli jika saja anak-anak akan mencarinya. Pokoknya ia akan menggalau seharian ini!!

  Lagi, Prince mendesah berat. Sepertinya Prince yang malang akan menghabiskan sisa waktu KBM untuk menangisi nasib sialnya di toilet ini.

TRING!!

"Siapa si yang nge-chat? Ga tau gue lagi galau apa?" rutuk nya merogoh saku lalu mencari tau siapa yang menggangu sesi galaunya "Gue banting ni hp kalo itu sms dari INDOSAT!"

  Ia sedikit mendesah lega, ternyata Bagas yang mengirimnya sebuah pesan. Jadilah ia urung tuk membanting iphone 14 promagh nya. Dibacanya pesan itu tak malas. Namun sudut bibir nya tertarik membuat sebuah senyum. Tangannya bergerak cepat memberi balasan.

TRING!!

"Harapan gue belum berakhir sampai disini," ia terkekeh jahat menatap ponselnya "Lo akan jadi guru private gue, gimanapun caranya. Pokok nya harus lo! Homo ga punya hati!! HAHAHAHAHA!"

**=**

  Prince melangkah memasuki kelas dengan wajah bahagianya. Ia menatap remeh pada Keevan yang mengenyitkan alis tak paham padanya. Ia pikir ia baru saja membuat bocah gila itu patah hati barusan? Tapi sekarang sudah baik-baik saja bahkan kembali bertingkah gila? Keevan menggelengkan kepalanya tak habis fikri. Fiks! Prince memang sudah gila parah.

  Keevan menoleh pada Rita yang mencolek nya "Lo dipanggil Bagas," ucapnya menunjuk Bagas yang berdiri di tengah pintu kelasnya. Keevan mengernyit.

"Ada apa tu anak?" gumam nya curiga.

  Keevan tak merasa pernah dekat dengan Bagas yang menjadi ketua ekskul Volley itu. Ia mencoba mencari kemungkinan anak itu perlu bicaranya dengannya. Namun nihil, ia tak menemukan alasan apapun. Sudahlah, ia memilih bangkit lalu berjalan keluar menemui Bagas.

"Ada apa?" tanya nya dingin bersandar pada tembok seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku.

  Bagas memberikan senyumya sebagai sapaan. Namun Keevan sama sekali tak mengubah ekspresi dinginnya. Ia sudah tak kaget dengan sikap Keevan yang begitu dingin. Manusia ini memang terkenal dengan sifat dingin nya yang mampu membekukan orang-orang disekitarnya.

"Gue denger si Prince minta lo buat jadi guru bimble nya, iya?"

  Keevan mengernyit. Ia pikir Prince cukup gila jika mengumbar urusan mereka berdua ke public. Padahal mereka berdua adalah musuh. Namun bisa saja jika Prince ingin menghancurkan harga dirinya sendiri, "Prince Saga memohon ke Keevan untuk menjadi guru bimble nya," batin Keevan tertawa jahat memikirkan itu.

"Engga," bohong Keevan datar. Bagas membelalakkan matanya.

"Lhah?" ia menggaruuk alisnya yang tiba-tiba merasa gatal.

  Ditatapnya Prince yang terus memperhatikan nya dari dalam kelas lewat kaca jendela "Lo ngasih info keliru Njing!" batinnya geram menunjukkan senyum manisnya ke Keevan "Tapi Prince sendiri yang bilang ke gue. Jadi gue pikir tu anak emang pengen lo jadi guru bimblenya," Bagas terkekeh canggung.

I hate to love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang