part 02

256 40 2
                                    

Warning typo bertebaran!

Apa kabar? sorry baru update, ya. Semoga suka dengan part ini. (๑˃ᴗ˂)ﻭ

***

Tekan tombol bintang dan jangan lupa berkomentar yang baik.

happy reading.

***


"Kau sangat suka dengan hutan?" tanya Arthur, berusaha mencairkan suasana.

"Iya,"

Arthur hanya menganggukkan kepalanya. Lalu memfokuskan pandangan ke arah depan.  Ahh Arthur bingung ingin membicarakan apa, dengan gadis di sampingnya.  Dan tumben sekali gadis ini menjadi pendiam, biasanya ia akan menjadi wartawan dadakan.

Arthur menoleh sebentar, ia melihat Ghaisa yang tengah menatap jendela dengan melamun.

"Kau kenapa?" Ghaisa yang awalnya melamun menoleh ke arah Arthur yang tengah menyetir. " Ahh, i-itu aku sedang memikirkan tentang ramen,"

Arthur menatap sedilik dengan gadis di sampingnya, apakah gadis jahat itu tengah merencanakan sesuatu untuk gadisnya Radeva? jika benar, Arthur akan memberikan pelajaran untuk Ghaisa.

"Benarkah?"

Ghaisa menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

Arthur memilih memfokuskan pandangannya ke depan, rautnya terlihat datar seperti biasanya. Namun di dalam kepalanya, Arthur tengah semrawut memikirkan rencana balas dendamnya untuk Ghaisa.

Ia berjanji akan membuat gadis itu sengsara, karena ulahnya di kehidupan lalu. Mengingat Radeva bersimbah darah di malam itu, membuat Arthur mengepalkan tangannya. Rasanya ia ingin membunuh gadis di sampingnya sekarang juga.

"Kamu kenapa?" tanya Ghaisa sembari menepuk pundak sang kekasih.

Arthur tersentak, lalu menatap tajam Ghaisa yang berani menyentuh tubuhnya. Sedangkan Ghaisa yang tiba-tiba mendapatkan tatapan tajam dari Arthur, merasa ketakutan. Gadis itu merasa dejavu dengan tatapan pria itu.

Arthur yang melihat Ghaisa ketakutan, langsung merubah raut wajahnya menjadi datar seperti biasa.

"Tidak papa," jawabnya singkat.

Lalu kehenginan menyelimuti mereka, Ghaisa yang sibuk menatap jalanan yang mereka lewati dan Arthur yang tengah memikirkan berbagai rencana di kepalanya.

*

"Arthur sebelah sini, di sini sangat sejuk." panggil Ghaisa sembari berlari-lari kecil, menuju sebuah pohon pinus yang berukuran sangat besar.

"Hm" respon Arthur sembari melangkah menyusul Ghaisa.

Arthur memperhatikan Ghaisa yang tengah menggelar karpet yang mereka beli sebelum memasuki kawasan hutan tadi. Jika boleh jujur Ghaisa juga cantik, tapi Radeva lah yang paling cantik.

"Sini." Ghaisa menepuk karpet di sampingnya, agar Arthur duduk di sebelahnya.

Arthur mendudukkan dirinya di samping Ghaisa, ia tidak tau harus apalagi setelah ini. Karena menurutnya sangat membosankan, Ghaisa tidak seperti Radeva yang polos dan penurut. Gadis ini lebih mirip dengan jelmaan setan, kasar, cerewet, menyebalkan, dan satu lagi tidal tahu malu. Seperti tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Ghaisa terus mengoceh menjelaskan tentang pepohonan yang berada di sekitar mereka. Membuat telinga Arthur terasa panas karena ocehannya. Andai dengan Radeva malah dengan senang hati Arthur mendengar celotehnnya, jika dengan gadis ini ia dengan terpaksa.

"Berisik."

Seketika Ghaisa terdiam, gadis itu menatap Arthur dengan pandangan bersalah. "Maaf..."

"Sangat cerewet, seperti tidak mendapatkan kasih sayang orang tua saja," ucap Arthur sinis.

Tanpa pria itu ketahui, perkataannya menyakiti hati sang gadis.

Ghaisa mengalihkan tatapannya kepada pohon pinus yang masih tampak sangat kecil. Tanpa Arthur sadari, mata gadis berkaca-kaca. Perasaan Ghaisa campur aduk mendengar perkataan orang yang dicintainya.  Kasih sayang orang tua...?

Ya Ghaisa akui dirinya kekurangan kasih sayang, karena orang tuanya lebih menyayangi sahabatnya Radeva. Setiap ia berkumpul dengan keluarganya pasti selalu saja Radeva yang ditanyakan keberadaannya, bagaimana kabarnya? dan hal yang menyangkut tentang sahabatnya. Sedangkan dirinya seperti orang lain di keluarganya.

Sedangkan Arthur yang menyadari perubahan Ghaisa langsung menatap gadis itu. Arthur tertegun melihat Ghaisa yang tengah melamun dengan air mata membasahi pipinya.

Apa ia sudah keterlaluan?

Dengan berat hati Arthur menarik Ghaisa ke pelukannya. Tangannya bergerak mengelus punggung gadis itu, "Maaf, jika perkataanku menyinggungmu."

Namun Arthur tidak mendapatkan respon dari gadis di pelukannya, hanya menghela nafas berat. Menyusahkan. Jika bukan karena balas dendam ia tidak sudi melakukan hal menjijikan seperti ini.

***

Arthur mendudukkan dirinya di ranjang miliknya, ia baru saja selesai mandi. Setelah mengantar gadis itu tadi, Arthur buru-buru mandi karena merasa jijik tubuhnya bersentuhan dengan gadis setan tadi.

Tangannya mengotak-atik laptopnya, ia tengah mengerjakan projek baru perusahaannya.

Satu jam kemudian pekerjaan telah selesai, ia meregangkan tangannya. Lalu melirik ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Tangannya terulur mengambil ponselnya, lalu mengecek pesan dari anak buahnya.

Tangannya terkepal erat, melihat pesan yang dikirimkan anak buahnya. Pesan tersebut berisi foto Radeva bersama dengan seorang pria tengah mengobrol ria.

Tangannya meninju dinding, hingga memerah "Sialan.." desisnya.

"Berani sekali pria itu, mengobrol dengan gadisnya, miliknya."

Lalu ia mengambil ponselnya dan mengetikan sesuatu ke bawahannya itu. Namun tidak berselang lama, ia mendapat balasannya dari anak buahnya.

"Sialan kau Damian," desis Arthur emosi.

Pandangannya berubah sendu,  "Kenapa kau begitu mencintai Damian, Dev. Apa kau tidak pernah melihat ketulusanku...?"

Fakta bahwa gadisnya mencintai orang lain, begitu menyesakkan untuk Arthur.

Kenapa gadisnya tidak melihat ketulusannya? kenapa ia hanya dianggap sahabat? hahaha.

Arthur tertawa miris, lalu pandangannya berubah bengis. "Tenang saja, setelah urusanku dengan gadis jalang itu selesai. Aku akan mengurungmu dan memberimu semua cintaku. Aku akan membuatmu bahagia dengan memberikan penderitaan kepada orang yang telah membunuhmu di kehidupan dulu."

Arthur lalu melompat ke arah kasur, dan mulai menyelami alam mimpi.

***

Hallo apa kabar? duh maafin aku yang updatenya lama banget hehe. aku sibuk pindahan rumah jadi ya gitu deh.

Mau menyampaikan apa sama mereka

Arthur

Ghaisa

Radeva

Atau sama Damian?

Dadah, salam cinta untuk kalian readersku.




































ARTHUR SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang