• gathering •"this is bad. he's getting prettier and prettier each day," namjoon menggeleng kepala, fokusnya tertuju pada layar televisi yang menampilkan advertisement produk kecantikan dengan yoongi sebagai modelnya. "i want him back so badly."
"and so do we," hoseok menyahut tenang, sebelum menyesap winenya yang tinggal sedikit. "yoongi semakin berkilau dan fakta bahwa dia nggak mau punya hubungan untuk sementara waktu, itu sedikit menyakitkan."
"at least he's not making a distance with us," taehyung menanggapi, tanpa mengangkat wajah yang fokus dengan benda pipih di tangannya.
jimin dan jungkook mengangguk nyaris bersamaan, menyetujui kalimat yang diujar taehyung. masing-masing pria panas itu menggenggam segelas alkohol, untuk menyibukkan mulut mereka agar tidak kembali meraih rokok. well, yoongi tidak suka laki-laki perokok.
"tapi aku dengar, yoongi sedang dekat dengan anak menteri itu," seokjin, yang sejak tadi duduk menyilang kaki, berucap dengan nada tak minat. "siapa namanya? yijeong?"
"oh, that man. i heard about that, too," timpal hoseok, mengangguk kecil sembari meletakkan gelas winenya yang sudah kosong.
"i have no idea," jungkook mengerut alis, "apa lebihnya dia?"
"chill. he's not more than anak menteri," seokjin menanggapi, "urusan memanjakan yoongi, kita jauh di atasnya. but we been know, yoongi bukan orang yang peduli tentang materi."
"is he a buff man with beard and mustache?" tanya taehyung asal.
hoseok tertawa, pun begitu dengan seokjin yang tersenyum remeh sembari menggeleng singkat.
"nope. nope at all," sahut hoseok, setelah tawanya mereda. "dia cuma anak kemarin sore yang kebetulan punya selera musik yang sama dengan yoongi."
"oh, that's why," namjoon berceletuk, lalu menganggukkan kepala beberapa kali. "jadi, kita harus apa? nggak perlu menyingkirkannya?"
"dude," jimin menyahut, setelah cukup lama menyimak percakapan. pria itu menggeleng jengah, sebelum melanjutkan kalimat, "try to learn from your mistakes."
"our mistakes," jungkook mengoreksi.
dan taehyung mengangguk setuju. meski pria tampan itu tampak sibuk dengan gadgetnya, tetapi dia menyimak dengan baik percakapan di antara mereka.
"yoongi nggak suka seseorang yang posesif, kim namjoon," kata seokjin, menjelaskan. "dia nggak suka kalau kita membatasi pertemanannya. we just have to trust him. totally."
"i know, i know," namjoon menghela nafas singkat, "i surely remember that."
"look. i understand," hoseok menyahut, selagi menyandarkan punggung ke sofa, "kadang kita memang nggak tahan buat keep yoongi cuma buat kita. but we should remember he has his own trauma."
ada hening beberapa saat setelah hoseok mengatakan hal tersebut. seakan semua sedang sibuk dengan pikiran masing-masing yang berkaitan dengan masa lalu yoongi. namun apa yang dikatakan hoseok tidak salah, mereka harus mengingat bahwa yoongi memiliki trauma tentang sebuah keposesifan.
"kita harus belajar pelan-pelan buat nggak terlalu mengekang yoongi," jungkook berucap memecah hening, "we do have the same mistake, so let's not try to push each other."
kelima pria lainnya mengangguk kepala nyaris bersamaan, menyetujui kalimat yang diucap jungkook begitu saja. mereka telah melewati masa dimana mereka berebut satu sama lain, namun justru membuat yoongi benar-benar menjaga jarak dan nyaris memutus hubungan.
karena itu, keenamnya sepakat untuk tidak lagi memukul satu sama lain dalam usaha membuat yoongi kembali. siapapun pilihan yoongi nantinya, mereka akan mencoba menerima itu.
"anyway," seokjin berceletuk, dengan jari telunjuk memainkan bibir gelas winenya, "sebentar lagi hari ulang tahun yoongi. do you already have a plan, gentlemen?"
"a car," hoseok menjadi orang pertama yang menjawab, "it's a little thing, i know. but himself asked me for a new car."
"did he?" sahut seokjin dengan sebelah alis terangkat, "lucky you. dia nggak minta apa-apa waktu kutanya."
"i'm gonna take him to go shopping, and let him buy whatever he wants," ucap jimin santai, "dia bilang itu lebih baik daripada memberinya kado spesifik."
"he said that?" sahut namjoon, sedikit berdecak diakhir kalimat. "padahal aku berencana memberinya satu set tiffany & co. ada model keluaran terbaru kemarin, dan aku langsung membelinya."
"berikan saja," celetuk taehyung, "you know, yoongi itu tipe yang selalu menghargai pemberian seseorang."
"ah, benar juga."
"bagaimana denganmu— taehyung, jungkook?"
"i'm gonna ask him later," jawab taehyung singkat.
"hmm, aku belum ada ide," ucap jungkook, sedikit bergumam, "mungkin mengajaknya liburan ke maldives?"
"wait, what? no! you can't do that," hardik hoseok, menggeleng tak terima. "itu nggak adil."
"he such a bastard one," gumam jimin, menggeleng jengah. "aku tau apa yang kamu rencanain, kook."
jungkook meloloskan tawa begitu mendengar seruan protes tersebut. liquornya dihabiskan dalam sekali tenggak, sebelum kemudian pemuda bertato itu menyahut jenaka, "i miss him in my bed."
taehyung mendecih, untuk pertama kalinya dia mengangkat wajah dan meletakkan gadget di sisi sofa yang kosong.
"we all here miss him in bed, i'm telling you," ucap taehyung kemudian. "kalo kamu mau ajak dia ke ranjang, berarti kami juga harus dapat chance kami masing-masing."
"it's funny 'cause you guys think seakan-akan yoongi mau making love sama kita," hoseok menyahut jenaka, sembari mengerling pada kelima pria lain yang ada di sana.
jimin mendengus singkat, satu tangannya bergerak melepas kancing jas yang terasa mengganggu. "yoongi memang selalu mengumpatiku saat aku mencoba menciumnya," kata jimin, tersenyum tipis, "but he blushing so much after that."
"cute," komentar namjoon dengan kekehan kecil.
"he just a tsundere," ucap jimin lagi, "aku yakin kita bisa meluluhkannya dengan mudah."
jungkook tersenyum lebar, mengangguk setuju pada pernyataan jimin tersebut. lidahnya dimainkan ke pipi dalam sekilas, sebelum kemudian menyahut santai dengan satu kaki bertopang di atas paha.
"jadi, bagaimana, tuan-tuan? siapa yang pertama akan membawa yoongi ke ranjang?"
• by alice •