• cover model •yoongi membiarkan rambutnya ditata sedemikian rupa oleh hairstylist yang sudah lama bekerja untuk agensi, sementara dia sendiri tengah tenggelam dalam keseruan permainan balok susun di ponsel. hairstylist bernama lolly itu sesekali melirik ke arah cermin besar di hadapan mereka; untuk memastikan sang model sudah terlihat memukau seperti biasa.
"by the way, queen. kamu nggak mau tanya, siapa partner kamu hari ini?" celetuk lolly, setelah merasa puas dengan hasil tatanan rambut yoongi.
yoongi menggumam tak fokus, pandangannya masih tertuju penuh pada layar ponsel. "memangnya shoot kali ini aku ada partner?" tanya yoongi kemudian.
"ada, sayang," lolly menumpu dua tangan di sandaran kursi, menatap yoongi melalui pantulan cermin. "kalian berdua akan jadi cover models— uh, kenapa kamu selalu mengabaikan briefing, sih?"
yoongi berdecak singkat, bukan karena dia tersinggung oleh kalimat yang dilontar lolly, melainkan karena gagal dalam permainan balok susun tersebut. pemuda manis itu lantas mengangkat wajah, balas memandang lolly dari pantulan cermin.
"memangnya siapa partnerku?"
"i—"
"aku."
belum sempat lolly berucap, seseorang lebih dulu memasuki ruang dan menyela percakapan mereka. gadis berambut ikal itu seketika mengulum bibir senang, lalu melirik yoongi yang kini tampak mendengus nafas jengah.
"halo, sayang. how's your life?"
park jimin; model rupawan yang pandai sekali berkata manis, tiba-tiba saja mendekat untuk memberi kecupan singkat di pucuk kepala yoongi.
lolly menahan pekikan dalam hati, sebuah reaksi kontra dengan kerutan samar yang muncul di kening yoongi.
"it's getting better since we broke up," sahut yoongi, menyilang tangan di depan dada. "dan berhenti menciumku sembarangan!"
jimin tertawa ringan, tampak sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan yoongi. lengannya meraih satu kursi kosong, untuk diseret mendekat ke arah yoongi.
"you're getting prettier and prettier, how can i hold myself to not to kiss you?"
"diam, jimin. aku nggak mau berbicara denganmu."
sekali lagi, tawa jimin mengudara. lolly bahkan sudah meninggalkan ruangan secara diam-diam untuk memberi waktu pada jimin dan yoongi. tanpa gadis itu tau, bahwa yoongi sedang mengutuknya dalam hati.
yoongi tidak ingin berduaan saja dengan mantan kekasihnya itu!
"kenapa, sih? padahal kamu sendiri yang bilang, kita masih bisa berteman setelah putus," ucap jimin, dengan senyuman tipis di sudut bibir.
"but friends they don't kiss like you do, jimin," yoongi menyahut jengah. maniknya berotasi sekilas sebelum kembali berucap, "kalau kamu punya pacar, they surely would kill you."
"aku nggak punya pacar, sayang," jimin terkekeh, "you know that i'm waiting for you."
yoongi hendak menyahut dengan gemas, tangannya bahkan sudah siap bergerak untuk mencubit pinggang jimin. tetapi sebelum itu terjadi, salah seorang kru datang dan meminta keduanya untuk segera memasuki set karena semua persiapan telah selesai.
yoongi dan jimin bangkit secara bersamaan, lalu beranjak untuk masuk ke set pemotretan sesuai arahan dari kru. jimin berjalan mendekat, meraih pinggang yoongi untuk dirangkul mesra. dan entah mengapa, yoongi sendiri tidak menolak hal tersebut; sehingga jimin lebih leluasa memamerkan afeksi itu pada semua kru yang ada di sana.
"oke! ini dia pasangan kita," sang direktor menepuk tangan semangat, tersenyum begitu lebar pada yoongi dan jimin. "kita langsung mulai saja. aku yakin kita tidak perlu banyak mengarahkan untuk model profesional seperti mereka. oh! jimin! karena majalah ini akan keluar untuk edisi valentine, kamu tau apa yang harus kamu lakukan. oke? oke!"
jimin mengangguk singkat, tersenyum tipis pada direktor yang bersemangat itu. yoongi di sampingnya memutar bola mata jengah, namun dengan cepat bersikap profesional saat kameramen berseru di belakang kamera.
"baiklah, kami sudah siap!"
jimin menarik pinggang yoongi, dibawa merapat tanpa jarak hingga hidung mereka nyaris bersentuhan. yoongi meletakkan satu telapak tangan di dada jimin, sedang kepalanya sedikit mendongak agar tetap terkunci pandang oleh iris kecokelatan park jimin.
"kamu cantik, sayang," bisik jimin, tersenyum tipis.
"yap! bagus! pertahankan seperti itu!"
yoongi melarikan tangannya yang lain ke atas, untuk menyentuh lembut rahang mantan kekasihnya. membuat pria tampan itu sejenak memejam mata, menikmati sentuhan tangan yoongi yang terasa begitu halus dan menenangkan.
"jangan menciumku," yoongi balas berbisik, berkedip begitu cantik dan menawan. "semua orang tau kita sudah putus, jiminie."
kameramen terus memotret, suara bidikan itu bersahutan dengan seru pujian yang diucap berkali-kali oleh sang direktor. jimin beberapa kali mengganti pose, namun tidak sampai memberi jarak berarti di antaranya dan yoongi. sedang pria manis bermarga min itu dapat menyesuaikan dengan baik, sama sekali tidak keberatan dengan pose intim mereka selama sang direktor dan para kru tampak menyukainya.
"aku tau," balas jimin, masih berbisik dalam senyuman.
posisinya kini sudah berada di belakang yoongi, memeluk mesra dengan dagu yang menempel pada pelipis mantan kekasihnya tersebut. yoongi memberi senyum manis pada kamera, bersamaan dengan jimin yang kembali berbisik lembut padanya.
"tetapi semua orang juga tau kalau aku masih mengharapkanmu kembali, sayang."
lalu jimin mengecup mesra pelipis yoongi, menimbulkan riuh suasana pada set setelah sang direktor berseru keras bahwa itu adalah pose terbaik yang dilakukan keduanya.
yoongi berbalik cepat, mencubit perut rata jimin yang berlapis kemeja. "menyebalkan!" gerutunya, dengan semburat merah muda di kedua pipi yang menjalar sampai ke telinga.
jimin terkekeh pelan, menangkup kedua pipi yoongi dengan masing-masing telapak tangannya. "ayo kembali jadi kekasihku? aku tidak mau putus denganmu," ucap jimin, semakin gila.
• by alice •