• a day with taehyung •"alright, young man. your destination is on your right side."
yoongi merotasi bola mata mendengar penuturan jenaka dari sang ayah. sementara pria paruh baya berwajah eropa itu tertawa ringan, sebelum mengulur tangan untuk menepuk sayang pucuk kepala putranya.
lalu yoongi memutar badan, untuk mengambil coat dan pursenya di jok belakang. ada kernyitan kecil tercipta di dahi tuan min, begitu menyadari bahwa yoongi belum pernah memakai barang-barang itu sebelumnya.
"that's a pretty coat though. baru, ya?"
"um," yoongi mengangguk kecil, menyampirkan tali pursenya ke pundak, "jimin bought 'em for me."
"hoho, jimin!"
tuan min mengulas senyum lucu, dengan kerlingan mata yang jelas sekali sedang menggoda sang putra. namun yoongi hanya mendengus kecil, bergumam kalimat 'it just a gift' agar ayahnya berhenti meledeknya seperti itu.
tuan min terkekeh, lalu memilih untuk mengalihkan topik. "shoul i pick up you later, prince?" tanyanya.
yoongi menggeleng singkat, "no worries, dad. taehyung bilang mau jemput aku nanti."
tuan min menaikkan kedua alis, bersamaan dengan tarikan bibir yang menghasilkan senyum lebar menahan tawa. padahal sudah berusaha untuk tidak kembali membawa topik tentang 'mantan kekasih' sang putra, tetapi pernyataan yoongi barusan membuat tuan min tidak tahan untuk menggoda.
"i thought you hate them? i mean your exes," tanya sang ayah dengan kerlingan jenaka.
"i was."
"you was?"
"dad, i don't know," desah yoongi tak mengerti, "akhir-akhir ini mereka banyak berubah. nggak menyebalkan lagi seperti dulu."
tuan min terkekeh pelan, pucuk kepala yoongi kembali ditepuk sayang. "people change, sweetie," ucapnya pelan, "and we're not talking about the same person. i know you know that."
kalimat tuan min tersebut sedikit banyak membuat risau. jelas dia mengerti apa yang dimaksud sang ayah, tetapi yoongi ragu bagaimana sebaiknya dia harus bersikap. lagipula, mereka tidak hanya membicarakan satu orang saja— tetapi enam! enam mantan kekasih yang benar-benar bersikukuh untuk memintanya kembali.
yoongi menyesap lattenya dengan gerakan anggun, menyimak dengan baik pertemuan antara pihak agensinya dengan sebuah brand sepatu ternama yang sedang mengajukan proposal kerja sama.
wendy beberapa kali menoleh padanya, seperti bertanya dengan gestur apakah sang model keberatan atau tidak. dan yoongi akan dengan senang hati menjawab dengan santun, menunjukkan 'kelas'nya dengan bahasa tubuh yang sempurna.
"oke. jadwal kita hari ini selesai," seru sang general manager bersemangat, "kerja bagus, yoongi. kerja bagus semuanya!"
"terima kasih, bos!"
"terima kasih," yoongi membungkuk kilas, mengulas senyum kecil yang begitu manis, "terima kasih, semuanya."
lalu pria mungil itu beralih pada wendy yang sedang menulis sesuatu di buku catatannya. "aku nggak ada scedhule lagi kan, wendy?"
wendy menggeleng, tanpa mengangkat wajahnya dia menjawab, "hari ini sengaja aku kosongin," ucapnya ringan. "soalnya aku perlu mengurus ratusan email masuk yang minta kamu jadi brand ambassador."
yoongi tersenyum cantik, mengibas helaian rambutnya yang jatuh nyaris menyentuh bahu. "sorry for being so famous," ucapnya dengan nada yang sengaja dibuat menyebalkan.