#7 5HSMZ

11 6 0
                                    

Selepas keberangkatan Shinta, kini aku duduk di bis sambil menahan tangan sakit yang diperban. Aku duduk dengan memandangi langit meskipun di luar ada kehebohan penyerangan zombie, malah tidak terdengar sama sekali oleh ku.
Tidak lama Rey turun ke bawah sebab sudah sangat lama membakar zombie serta menyelamatkan Shinta dari terkaman zombie. Rey turun mengambil sebotol air mineral, lalu meneguknya sampai habis.

“Rey, Shinta ada di mana?” tanya ku.

Kini Rey diam saja dengan bersikap dingin, ia tetap tidak peduli. Kemudian ia mengenakan Hoodie lalu langsung menutup diri, walau hati Rey masih sedikit cemburu. Melihat tingkah aneh Rey membuat ku sangat bersalah, namun aku menyadarinya bahwa Rey sangatlah dingin sejak bertemu dengan ku kemarin, tetapi kalau aku tidak ada di sini maka aku kesulitan untuk pulang.

Melihat kendaraan ku yang hancur, maka mereka berdua harus bertanggung jawab konsekuensi nya. Aku mengerti dengan kehadiranku kau malah merasa tidak enak, aku sudah berusaha mencairkan suasana namun tak ada hasil sama sekali.

Usai mengobrol dengan Rey, tiba-tiba Shinta turun dari bis dengan gimik wajah menyedihkan. Kemudian aku bangkit dan datang menghampiri Shinta.

“Shinta, kenapa kamu menangis?” tanya ku.

“Aku tidak apa-apa, Midi. Tolong jangan ganggu aku,” balas Shinta. Shinta yang berusaha membatasi diri dari ku. Aku tidak mengerti ada hubungan apa Shinta dan Rey jadi bisa begini.

Demi keinginan Shinta, kini aku mengandeng tas ransel dan membawa senjata untuk pergi sembari berjalan sendiri ke tempat tujuan.

“Midi, kamu mau ke mana?” tanya Shinta.

“Aku mau pergi saja, maafkan aku. Gara-gara kehadiran ku, suasana di sini sangat berbeda,” balas ku.

Kini Shinta berusaha membujuk ku agar tidak pergi sendiri.

“Kau jangan pergi, Midi. Tangan mu kan belum sembuh, mana di luar masih ada ribuan zombie.” Shinta menahan.

“Tidak apa-apa, Shinta. Luka ini bisa sembuh sendiri, mau ada zombie atau tidak, aku tetap pergi daripada membuat keributan di tempat ini,” balas ku kekeh untuk pulang.

Kemudian Shinta dengan paksa menutup pintu bis, dengan melarang ku pergi. “Kau tidak usah pergi, sampai kami antar pulang ke tujuan mu. Apakah kau mau memperkeruh keadaan.” Shinta dengan tegas.

Aku diam saja dan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Shinta, kini aku tidak bisa pulang sebab dihadang dengan nya — akhirnya aku memilih duduk di belakang kembali tanpa mengucapkan kata apa pun. Selama mereka berdua sibuk mengobrol, kini Rey yang pura-pura tidur malah kesal dengan drama mereka berdua ditambah aku membuat drama. Kini bis pergi ke arah Utara dengan menuju Desa Arunga.

Lima Hari Sebelum Menjadi Zombie #SHORTSTORY (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang