" She's not even my type.. "
-------------------
Author's View
Tepat pukul 6 pagi, laki-laki berambut coklat gelap ini sudah bangun dan sudah berdiri didepan cermin. Didalam keluarga ini, ialah yang paling rajin bangun pagi-pagi untuk bersiap kesekolah. Bahkan 2 kakak-nya tidak serajin dirinya.
Greyson Michael Chance, orang yang notabene-nya cuek dan tidak pernah mengemis apapun kepada orang lain, seakan dirinya mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia memberi sedikit gel rambut keseluruh bagian rambutnya, agar terlihat lebih rapih.
Setelah selesai semuanya, ia langsung turun untuk menemui sarapannya dimeja makan dan setelah sampai pada anak tangga terakhir, ia melihat meja makan kosong tanpa orang. Ia sudah paham, paling orang tuanya sudah pergi bekerja dan membawa makanan mereka ke mobil, dan kedua kakaknya? Paling masih meringkuk dibawah selimut.
Greyson langsung duduk dimeja makan dan tanpa menunggu Tanner juga Alexa, kedua kakaknya itu, untuk makan bersamanya. Untuk apa menahan lapar demi makan bersama dengan 2 kakak nya yang malas? Mentang-mentang mereka berdua sudah tamat sekolah, masa depan nya sudah jelas karena sudah memiliki pekerjaan dan pangkat tinggi, juga memiliki calon pendamping hidup yang sepertinya mereka akan segera menikah dengan tunangan mereka pada tahun ini.
Sedangkan Greyson? Dia adalah yang paling muda. Ia berselisih 8 tahun dengan Alexa, kakak keduanya dan berselisih 9 tahun dengan Tanner, kakak pertamanya. Greyson baru saja beranjak 17 tahun dan tahun ini adalah tahun terakhir untuknya bersekolah di High School, setelah itu ia berniat untuk sekolah pilot saja dibanding kuliah.
"Marge, jika kakak-ku menanyakan aku kemana, aku sudah berangkat ya, bye!" Kata Greyson kepada pembantu rumahnya, lalu membawa tas nya dibelakang punggungnya.
"Baik, Tuan. Hati-hati" jawab Marge.Greyson membuka pintu besar rumahnya dan menghirup udara pagi yang segar, ia langsung disambut penjaga rumanya dengan senyuman dan menunjuk kearah mobil Ferrari berwarna emas dengan ibu jarinya.
"Mobil baru anda sudah bersih dan siap untuk dibawa kesekolah, Tuan muda" Kata Drew, penjaga rumah.
Greyson mengangkat kedua alisnya dan tersenyum, tanpa buang waktu ia masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. "Thanks,Drew" kata Greyson kepada penjaga rumahnya, lalu langsung menggas mobilnya keluar gerbang rumahnya yang tinggi dan megah dan langsung bergabung bersama mobil-mobil lainnya dijalan, tapi bukan Greyson namanya jika ia sabar. Ia mana mau berlama-lama dijalanan.Lantas ia terus menyalip mobil-mobil lainnya, tidak memperdulikan klakson mobil yang marah padanya karena menyalip. Singkat saja tentang Greyson, ia adalah tipikal anak yang tidak sabaran, cuek tidak suka basa-basi namun menarik, dan tidak pernah membosankan untuk ditatap lama-lama. Mungkin jika Greyson tidak memiliki paras wajah yang sempurna, para gadis akan enggan mendekatinya karena sikap dinginnya yang sedingin udara di kutub utara.
Tidak memakan waktu lama untuk Greyson berlagak dijalan raya, ia sudah sampai diparkiran sekolahnya dan seperti biasa, masih saja menarik perhatian orang sejak kelas 10. Tentu saja, mana ada yang tidak tertarik melihat mobil baru terparkir diparkiran sekolah elit dikota New York? Meskipun ini kota besar dan banyak mobil mewah melintas dijalanan, tetap saja dapat mencuri perhatian jika diparkirkan didalam parkiran sekolah.
Greyson setiap tahunnya mengganti mobil, itu sebabnya ia begitu sangat menarik.
"What's up, bro!" Greyson menoleh kebelakang setelah mengunci mobilnya dan mengantungi kunci di sakunya.
"Hey mate" sapa Greyson sambil tersenyum samar. Barusan yang menyapanya adalah sahabat dekatnya sejak Junior High School, namanya Cameron. Bisa dibilang Cameron satu derajat dengan Greyson, anak dari orang tua yang memiliki harta berlimpah dengan berbagai perusahaan besar ditangan mereka, dan tentu saja bila orang tua mereka sudah tidak ada, semuanya akan turun ketangan anak-anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only One [Greyson Chance] *ON HOLD*
Hayran Kurgu"Aku baru sadar bahwa mencintai gadis yang hanya menyukai musik Jazz itu hal yang bodoh. Aku tidak menyalahkan keluarga-ku, tapi aku yang salah telah mengikuti jejak mereka sejauh ini. You're the only one who made me realize that" (This is my firs...