“Pelangi ku hilang, karena hujan lebat tak pernah reda.”
—Little Brother—
"Al, tungguin aku. Kaki ku, gak bisa menyamai langkah kamu," seru guiyuan yang tengah berlari mendekati allena.
Allena berhenti, saat mendengar suara dari guiyuan yang menggema, Allena menatap guiyuan yang bersusah payah menyamakan langkahnya. Gadis itu tertawa kecil, disaat sang adik sudah sampai tepat di hadapan nya. Lucu, pikir Allena.
"Kamu, jangan cepet-cepet, dong jalannya, Al!" Kesal guiyuan yang sudah di ujung batas kesabarannya. Allena menggandeng lengan guiyuan, lalu menariknya dengan pelan. Bermaksud agar anak itu tidak ketinggalan.
Guiyuan bingung dengan gandengan tangan ini, "kamu mau ngapain, Al?" Tanya guiyuan.
"Biar gak hilang, bayi aku. Nanti susah nyarinya, gimana?" Balas Allena menampilkan senyuman manisnya.
Ah, guiyuan ingin pingsan di tempat rasanya jika sudah seperti ini. Sangat jarang sekali ia melihat Allena tersenyum seperti tadi. Ia ingin melihatnya sekali lagi!
Allena melangkahkan kakinya menuju pintu masuk sekolah, dengan menggandeng lengan sang adik yang masih di belakangnya. Allena menyapa setiap teman-teman nya.
"Al, kelas aku dimana, ya?" Tanya guiyuan yang dimana anak itu tengah berhadapan dengan Allena.
Allena yang mendengar itu segera mengajak guiyuan ke ruangan kepala sekolah. "Gui, kamu disini dulu ya? Nanti aku balik lagi," ujar Allena berbalik badan, lalu meninggalkan guiyuan seorang diri.
Senyuman, dan sapaan terdengar untuk guiyuan. Mereka mulai membicarakan guiyuan dengan parasnya yang tampan itu, akan membuat semua orang tercengang. Seorang wanita yang berjabat sebagai guru mapel bahasa Indonesia kini menghampirinya, membuat guiyuan refleks berdiri.
"Selamat pagi, Zhang guiyuan betul?" Tanya guru itu dengan senyuman, tak lupa dengan jabatan tangan.
Guiyuan mengangguk, lalu membalas jabatan tangan itu. Guru wanita itu memperkenalkan dirinya, lalu berbincang sebentar dengan guiyuan.
Allena sangat lama, pergi kemana gadis itu? Guiyuan bertanya-tanya. Ini hari pertamanya di sekolah, dan Allena tak ingin mendampinginya. "Huh, allena kemana?"
Derapan langkah terdengar memasuki indra pendengaran guiyuan. Terlihat sosok gadis berompi sekolah tengah memandanginya. Ya, itu Allena. Guiyuan lega saat melihat sang kakak hadir, karena guiyuan tak bisa berbicara dengan guru. Canggung, dan takut.
"Sudah lama menunggu, ya? Maaf aku tadi taruh tas dulu. Kelas ku jauh," jelas Allena sembari tersenyum ke—arah guiyuan.
Setelah berbincang sedikit dengan kepala sekolah, Allena mengantar guiyuan ke depan kelas barunya. Allena berizin bahwa dia sendiri yang ingin mengantarkan guiyuan ke kelas. Karena permintaan guiyuan sendiri sedari semalam.
"Al, aku takut nanti gak punya temen.." ucap guiyuan menundukkan kepalanya, menatap perut Allena.
Allena yang mendengar itu mengernyit heran, "hey? Kalo kamu gak ada temen kan kamu masih ada temen." Jelas Allena.
Guiyuan menatap wajah gadis itu dengan tatapan penuh tanya. "Siapa temenku?"
"Aku lah, siapa lagi?"
Guiyuan tersenyum, hangat di hati, dan juga geli di perut saat mendengar ucapan dari Allena. Entah guiyuan kenapa, apakah ini pertanda jatuh cinta? Tapi guiyuan harap tidak. Ia tak ingin jatuh cinta dahulu, ia ingin lebih dekat dengan sang kakak tanpa menaruh perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
little brother || Zhang Guiyuan
Fanfiction"Tulip itu, seindah dirimu. Terimakasih, sudah ingin hadir di dalam hidupku."