2

293 14 3
                                    

Anya diajak ke toko barang mewah dengan Damian. Damian meminta Anya fitting beberapa baju yang cantik.

"Anya belum bilang bakal menerimamu"

"Kalau ditolak kau boleh ambil semua kok"

Anya memakai gaun mengkilap berwarna galaxy, hitam, dan cerah juga. Damian sambil mencocokkan.

"Hmm itu bagus"

"Lemari Anya takkan muat untuk ini" kesal Anya.

"Lemarimu akan ada di rumahku. Kau juga akan tinggal disana" ujar Damian berani

"Seakan Anya sudah menerimamu saja"

"Kau... menolak?" Tanya Damian. Dari hatinya terdengar bahwa Damian sedih. Anya menghela nafas dan memegangi tangan Damian.

"Kuterima.." Damian langsung berbisik padanya lewat pikirannya.

Hanya aku yang bisa melindungimu dari ayah. Aku akan lebih kuat hingga Ayah tak bisa mencelakaimu.

Pulangnya, Damian benar benar memberikan cincin pada Anya. Di cincin itu ada penyadap dan GPS yang tertanam hingga jika dia dalam kesulitan, Damian bisa menolong.

"Anya tak mau bertemu ayahmu lagi"

"Aku tahu. Takkan kubiarkan dia..."

"Kau tak perlu berjanji sesuatu yang diluar kapasitasmu"

Anya meninggalkan Damian penuh tanda tanya, namun satu hal yang dia pelajari. Anya bisa membaca pikirannya. Dia Esper, Damian ingin bertanya lebih, karena dari data yang dia dapat Anya sempat pindah keluarga.

"Damian, kalau kau tak ingin aku menyakitinya.. cari tahu apa benar dia Esper atau bukan." Ujar ayahnya, Damian sudah tahu jawaban itu tapi dia ingin menyembunyikan bahwa Anya adalah Esper.

Di sekolah Becky melihat Anya sudah mengenakan cincin, dan Becky langsung melihat ke jari Damian juga untuk memastikan. Wajahnya langsung berseri.

"Wah... sejak kapan kau??? anya!! Kalian kalau resmi harusnya mengundang kita" kesal Becky.

Anya bengong sambil menggelengkan kepalanya. Tapi dia menerima itu karena mencari aman. Entah kenapa firasatnya merasa Damian bisa melindunginya.

"B-bodoh!! Ketahuan kan!!" Damian malu, sendirinya dia wajahnya tersipu dan menghela nafas.

"Kalau begitu ayo kita adakan pesta minggu ini. Untuk merayakan pertunangan kita"

Minggu? Anya berpikir itu hari terakhirnya akan dihakimi oleh ayah Damian. Namun Anya percaya orangtuanya akan melindungi dirinya. Saat sampai ke rumah Loid menatapnya sinis.

"Apa kau Esper??"

"Ayah... kenapa ayah berpikiran sama? Anya adalah Anya!!" Mendengar ayahnya bertanya demikian membuat Anya kabur dari rumah. Dia pergi jauh entah kemana, kembali ke panti pun tidak bisa, tak ada yang mau menerimanya.

Anya menangis di perjalanan.
"Aku harap, aku tak punya kekuatan ini" kesalnya. Anya melirik ke taman melihat anak-anak seusianya main dengan normal.

"Enak ya.." iri Anya. Anya minggu ini akan dibunuh mungkin oleh bos besar itu, dia merasa melarikan diri adalah salah satu pilihan.

"Anya baik-baik saja.." dia menangis, lalu dibelakangnya ada yang hendak mengambil, namun ditendang oleh Yor.

"Anya, sudah malam... kau kenapa disini?" Tanya Yor.

"Anya sedih.. apa bunda juga berpikir Anya bisa membaca pikiran??" Tanya Anya sambil matanya terus berkaca-kaca.

Damian x Anya (Tunangan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang