Hari hampir larut, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sepanjang perjalanan, Rayhan terus memejamkan mata, berusaha keras terlelap agar bisa mengurangi rasa lelah yang menderanya.
Seharian dia telah disibukkan dengan masalah perusahaan. Saat ini adalah masa terpenting bagi perusahaannya, mereka baru terdaftar IPO setelah mendapat lelang proyek bernilai puluhan triliun dengan pemerintah.
Laju mobil yang terhenti memaksa Rayhan membuka mata dan melemparkan pandangan ke depan mobil. Mereka sudah sampai di depan rumah, bahkan gerbang sudah terbuka, tetapi mengapa sopirnya tidak menjalankan mobil?
"Ada apa, Pak?" Rayhan lantas bertanya.
Sang supir pun menolehkan kepala hingga bersitatap dengan Rayhan dan menjawab, "Ada seorang wanita yang berdiri di depan gerbang, Mas. Apa mungkin wanita itu salah satu korban Mas Alan lagi?"
Rayhan mendengkus, menghela napas berat dengan amarah tertahan. Di dalam hati, Rayhan berharap bahwa adiknya tidak membuat masalah lagi kali ini.
"Apa perlu saya urus juga wanita kali ini, Mas?" tanya sopir Rayhan, yang biasa dipanggil Pak Thomas itu.
Rayhan menggeleng, kemudian berkata dengan nada meremehkan. "Biar saya yang urus. Diberi cek dua puluh juta juga akan pergi."
Sebelum turun dari mobil, Rayhan mengeluarkan lembaran cek yang biasa dibawanya dari tas, menuliskan nominal dua puluh juta di atasnya, dan membubuhkan tanda tangan. Ini bukan kali pertama Rayhan membereskan masalah yang dibuat oleh adiknya, jadi dia sudah terbiasa.
Semua wanita yang dikencani oleh adiknya selalu mata duitan, bahkan sengaja menyodorkan tubuhnya untuk mendapatkan uang.
Rayhan sendiri heran, apa adiknya tidak mampu membayar mereka sampai harus membuat para wanita itu datang ke rumah dan menagih bayaran darinya? Padahal sudah jelas black card yang dimiliki oleh Alan tidak memiliki batas penarikan jumlah.
Rayhan turun dari mobil dengan enggan. Awalnya dia juga tidak bisa melihat sosok wanita itu karena silau lampu mobil menghalangi penglihatannya. Namun, ketika dia sudah berdiri di hadapan wanita itu, Rayhan otomatis menelisik penampilan wanita itu dari atas sampai ke bawah. Ada yang aneh dari penampilannya.
Berbeda dengan wanita yang pernah datang kemari, wanita di hadapannya ini hanya memakai kaos pendek kebesaran berwarna hijau army dengan celana jeans biru komprang dan sepatu sneakers yang kusam. Rambutnya juga dikuncir asal-asalan.
Wanita ini jelas bukan tipe Alan.
Biasanya para wanita yang datang dan mengaku telah ditiduri oleh Alan selalu memakai pakaian modis yang ketat dan kekurangan bahan, seperti jalang pada umumnya.
Namun, wanita yang masih menunduk dan memainkan sebelah kakinya itu tampak seperti gadis biasa. Atau mungkin dia teman Alan?
"Ehem."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SERIES || Love In Marriage
RomanceSekar Langit Dirgantara, biasa dipanggil dengan Karla. Gadis biasa dengan cita-cita sederhana, tetapi sayang hidupnya sudah seperti cerita telenovela, penuh konflik yang tiada habisnya. Semenjak ditelantarkan oleh ayahnya sendiri lima tahun lalu, de...