02 || Karla Bercerita

50 9 0
                                    


Huek.

Mendengar suara itu, Rayhan segera membalikkan badan menatap Karla. Terlihat gadis itu sedang menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Kenapa Karla?" tanya Rayhan dengan dahi mengkerut dalam.

"Saya boleh numpang ke kamar mandi, Kak?" tanya Karla tanpa melepaskan tangannya.

Rayhan segera menganggukkan kepala dan menunjukkan jalan. "Boleh kok. Kamu masuk ke dalam saja, kamar mandinya ada di ujung dekat dapur."

Tanpa menjawab, Karla segera berjalan cepat mengikuti arahan Rayhan. Merasa sedikit cemas, Rayhan memutuskan untuk mengikuti Karla dari belakang, berjalan mengendap seperti maling di rumahnya sendiri.

Dari luar kamar mandi, Rayhan bisa mendengar Karla mengeluarkan muntahannya dengan sedikit terbatuk. Rayhan bergerak cemas, entah apa yang terjadi pada dirinya, kini dia justru mengkhawatirkan Karla.

Terhitung sepuluh menit lamanya Rayhan berjalan mondar-mandir di depan kamar mandi dekat dapur, gerakannya terhenti ketika pintu itu terbuka. Rayhan menatap Karla dengan canggung, begitu juga dengan Karla yang menundukkan pandangannya dengan mengulum bibir.

"Hmm kamu baik-baik saja?" tanya Rayhan lebih dulu.

Karla hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Apa perlu saya antar ke rumah sakit, Karla?" tanya Rayhan lagi.

Entah mengapa dia menjadi sangat memperdulikan Karla, padahal ketika masih di kantor tadi, Rayhan bertekad untuk langsung tidur sesampainya di rumah.

Karla menggelengkan kepala kali ini. "Tidak perlu, Kak. Saya baca di internet, wajar kalau wanita hamil muntah-muntah begini." Dia tersenyum tipis hingga hampir tak terlihat ketika mengatakannya, membuat Rayhan semakin merasa bersalah.

Jika sampai benar Karla mengandung anak dari adiknya, Rayhan tidak akan pernah bisa memaafkan Alan. Terlebih lagi, jika pria itu berniat untuk lepas dari tanggung jawab.

"Hari semakin larut, jadi lebih baik saya pamit pulang sekarang. Saya akan datang lagi besok setelah Alan sudah sadar," ucap Karla. Dia baru akan beranjak dari tempatnya tetapi Rayhan lebih dulu menahannya dengan berdiri di hadapan gadis itu, menghalangi akses jalannya.

Karla menatap Rayhan dengan bingung, pria itu kemudian menjelaskan alasan dari perilakunya. "Bagaimana jika untuk malam ini kamu menginap di sini saja? Seperti kata kamu, karena hari sudah malam, saya rasa akan berbahaya jika kamu pulang sekarang."

Untuk kedua kalinya Karla tersenyum, kali ini lebih lebar dari sebelumnya. Rayhan tertegun, melihat senyuman Karla membuatnya teringat dengan seseorang.

"Saya sangat berterima kasih dengan tawaran Kakak, tetapi saya sudah terbiasa pulang malam kok. Lagipula ini di Surabaya, bukan Jakarta. Di sini lebih aman daripada di sana."

Rayhan kembali terkejut mendengar perkataan Karla. "Kamu tahu kalau kita pindahan dari Jakarta?"

Karla mengangguk masih dengan senyum manisnya. Sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang menanggung beban berat, padahal Rayhan jelas tahu apa yang dialami oleh Karla saat ini bukanlah masalah kecil. "Ya, Alan pernah cerita kalau sejak ibunya meninggal delapan tahun lalu, dia pindah tinggal di sini bersama kakaknya. Sementara ayahnya lebih sering bepergian keliling luar negeri."

Jawaban Karla berhasil membuat Rayhan semakin penasaran, tentang jenis hubungan apa yang Karla jalani dengan adiknya. Tidak mungkin Alan bercerita tentang dirinya kepada orang asing. Karla pasti dekat dengan Alan.

Sejak kematian ibu mereka, Alan selalu menutup dirinya dari Rayhan, sikapnya berubah menjadi ugal-ugalan, biang onar yang selalu membuat masalah sampai membuat kepala Rayhan pening. Alan juga menjadi pemain wanita, tidak terhitung berapa banyak wanita yang menjadi mainannya.

Menanggapi perkataan Karla sebelumnya, Rayhan kembali berkata, "Karla, saya harap kamu mau menerima tawaran saya untuk menginap di sini, bukan untuk kebaikan kamu, tetapi untuk kebaikan saya."

Karla semakin menekuk dahinya dalam, pria itu lalu buru-buru melanjutkan, "Saya memang tidak tahu apa hubungan kamu dengan adik saya, tetapi saya tahu kamu dekat dengan Alan. Jika kamu tidak keberatan, apa kamu bisa menceritakan semuanya? Tentang bagaimana kali pertama kalian bertemu, juga tentang semua yang kamu tahu tentang Alan."

Melihat wajah memohon yang ditunjukkan oleh Rayhan, tanpa sadar Karla mengiyakan permintaan pria itu. Lagipula jika bukan karena Rayhan, Karla tidak akan bisa menemukan Alan, jadi apa salahnya membalas kebaikan seseorang? Begitu pikir Karla.



***



Rayhan memandangi wajah damai Karla dari samping tempat tidur. Setelah menghabiskan waktu lebih dari satu jam Karla bercerita, gadis itu akhirnya tertidur dengan sendirinya.

Rayhan lalu berinisiatif untuk menggendong tubuh Karla dan memindahkannya ke kamar tamu. Rayhan tidak menyangka bahwa setiap detik yang dia habiskan dengan mendengar cerita Karla akan diwarnai oleh keterkejutan.

Setelah mendengar cerita Karla, tentang bagaimana kali pertama dia bertemu dengan Alan, kemudian menjadi temannya dan berakhir mereka melakukan hubungan intim meski Karla tidak menceritakan detail peristiwa malam itu, Rayhan semakin meyakini satu hal, bahwa adiknya benar-benar tertarik dengan Karla.

Bukan hanya ketertarikan sesaat, tetapi lebih mirip seperti rasa suka. Ya, Rayhan yakin Alan menyukai Karla sebagai seorang perempuan.

Kini tanpa mendengar penjelasan apapun dari Alan, Rayhan yakin bahwa pengakuan Karla adalah benar, tentang dia mengandung anak Alan, meski gadis itu tidak bercerita tentang detail asal usul kehadiran janin dalam perutnya.

Dengan mengusap lembut kepala Karla, Rayhan bergumam, "Jangan khawatir. Saya berjanji Alan pasti akan bertanggung jawab atas kamu dan anak kalian. Saya tidak akan membiarkan kamu menanggung semua beban ini sendirian. Saya bersumpah tidak akan mengingkari janji ini, Karla."



***



Bunyi ketukan yang berasal dari pintu berhasil membangunkan Karla. Sebelah tangannya terangkat ketika cahaya matahari masuk menyilaukan matanya.

Setelah beberapa saat, Karla baru menyadari bahwa semalam dia menginap di rumah Alan, berada di kamar asing yang memiliki ukuran 3 kali lipat lebih besar dari kamarnya sendiri.

Tok tok.

Ketukan itu kembali menarik atensi Karla. Gadis itu segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu untuk membukanya.

Karla tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya ketika melihat dua orang wanita dengan seragam pelayan berdiri di depan pintu dengan membawa gaun hitam dan beberapa kotak, yang entah apa isinya.

"Selamat Pagi, Nona Karla. Saya ditugaskan oleh Tuan Muda Rayhan untuk membantu Nona berganti pakaian," ucap salah satunya.

Karla tampak kebingungan, tetapi tetap membalas, "Tidak perlu merepotkan, sebentar lagi saya juga akan pulang."

"Maaf Nona, tetapi anda sudah ditunggu oleh para Tuan Muda di meja makan," balas pelayan satunya lagi.

"Para Tuan Muda?" Karla tanpa sengaja mengulang perkataan karena tidak tahu maksud pelayan tersebut.

Pelayan itu mengangguk dengan senyum merekah. "Benar, Nona. Tuan Muda Rayhan dan Tuan Muda Alan sudah menunggu anda."

Karla mengulum bibir dan mengerutkan kening hingga kedua alisnya hampir menyatu, berpikir keras kiranya apa yang harus dia lakukan. Sehingga dia memilih untuk menurut dan mengangguk.

Tujuan Karla datang ke rumah itu semalam adalah untuk berbicara dengan Alan. Karla pantang pulang sebelum mendapatkan penyelesaian dari masalah kehamilannya.

"Baiklah, kalian boleh masuk." Pada akhirnya, Karla memilih untuk membiarkan mereka melakukan tugas yang diberikan Rayhan.

LOVE SERIES || Love In MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang