"Seandainya saja aku datang lebih cepat kala itu, maka cerita ku kehilangan mu pun tidak akan pernah ada."
~|~|~
Jika di tanya hari apa yang paling membosankan, jawabannya adalah Hari Senin. Tanpa memberi tahu pun sepertinya kalian sudah tahu alasannya. Itu juga yang di rasakan oleh Rainata Kavilea Juwanda, perempuan yang mendapat julukan Monday Haters dari teman seangkatannya dulu di SMA. Karena ketidaksukaannya terhadap Hari Senin, sampai-sampai bisa dihitung dalam satu semester ia hanya masuk beberapa kali di waktu Senin. Sisanya bolos, atau alasan sakit. Jika di tanya apa alasan lain dari sekedar malas, maka ia akan menjawab.
"Gua pernah ngalamin kecelakaan di hari itu, Nenek gua meninggal di hari itu, kucing kesayangan gua mati di hari itu, dan Adik gua juga meninggal di hari itu. Semua kepedihan dalam hidup gua terjadi di hari itu. Jadi gak ada alasan lagi buat gua suka sama hari itu, karena setiap hari itu, kecemasan dan ketakutan gua gak akan bisa di toleransi lagi sekalipun gua udah berusaha."
Ia kira kebenciannya terhadap hari Senin akan berlangsung lama. Namun dugaannya salah. Karena setelah ia mengenal seseorang yang sekarang berstatus sebagai suaminya, ia jadi sangat menyukai hari Senin di bandingkan hari-hari yang lain, sekalipun itu hari Minggu, hari dimana rata-rata orang mendapat libur dari kegiatannya yang padat selama enam hari ke belakang. Ia akan tetap memilih hari Senin.
Perempuan dengan dress rumahan itu tampak sedang memakaikan dasi laki-laki di hadapannya. Dengan senyum manis yang sedari tadi sudah ia tampakkan, membuat laki-laki di hadapannya mau tak mau ikut memamerkan senyum manisnya juga. Membuat suasana di Senin pagi itu tampak lebih cerah, karena pemandangan kedua insan yang sedang tersenyum bersama sembari curi-curi pandang sesekali.
"Aku heran deh sama kita," ujar Harsa masih sembari memandangi istrinya yang sedang fokus memakaikannya dasi.
Lea langsung menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan bertanya, kala mendengar ucapan tersebut.
"Herannya?"
"Padahal kita udah hampir setahun nikah, tapi tetep aja aku kalo di liatin kamu suka salting sendiri, gitu juga sama kamu. Ditambah kita yang suka curi-curi pandang, kaya anak SMA yang baru kasmaran aja," ujar Harsa yang kemudian di balas tawa oleh Lea.
"Kok malah ketawa sih sayang?"
"Lagian kamu, ada-ada aja pembahasannya."
"Tapi bener kan apa yang aku bilang?" goda Harsa sembari menatap istrinya dengan tatapan seperti biasanya, candu.
Sedangkan yang ditatap hanya bisa tersenyum menahan salting sembari mengangguk-angguk mengiyakan.
"Lagu like we just meet, kayanya cocok banget buat kisah kita sekarang ya," ujar Lea ketika selesai memasangkan dasi suaminya. Lalu setelah itu ia menyanyikan reff lagu tersebut yang langsung diikuti oleh Harsa yang kebetulan tahu lagunya, karena itu salah satu lagu kesukaan istrinya.
Urin machi
Yeongwonhal sarangeul haneun geot gata
Nae nunbichi
Modeun geol daesinhae malhaejugo isseo
Cheoeum mannatdeon geuttae geudaero
Yeojeonhae
Sigani bureowa heunnallyeo jindaedo
Nae maeumeun
I gyejeorui hyanggireul namgigo isseo
I look in your eyes
And it still feels like
Like we just met Eh eh eh et
Like we just met Eh eh eh et"Dasi doragado, I'll love you again, Darling," bisik Harsa menyanyikan lirik terakhir dari bait lagu yang mereka nyanyikan. Membuat Lea tidak bisa menahan salting lagi dan langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Harsa yang sudah berbalutkan kemeja putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kala Hujan | [ON GOING]
Teen Fiction"Kamu menjadi satu-satunya alasan mengapa aku bisa benci dan rindu secara bersamaan di kala hujan turun." -Rainata Kavilea Juwanda