05. The Other

321 40 14
                                    

Dua bulan semenjak kejadian di rumah Minjae, Seeun menyadari dirinya dalam situasi hubungan yang salah. Kalau dipikir hubungan mereka lebih dari itu setelah apa yang terjadi sebenarnya gak juga. Tapi anehnya Seeun gak pernah mempermasalahkan ini pada Jake, dia mengikuti alur seakan juga menginginkan hubungan seperti ini, hubungan tanpa status. Padahal jelas Seeun mau lebih dari itu.

Jake juga berperilaku seperti seorang 'pacar' dimana dia akan siap antar jemput Seeun, ngajak kencan, dan gak lupa ciuman serta melakukan kebutuan biologis lainnya.

"Emang nyaman lo gini terus?" pertanyaan Miu membuat Seeun menghela nafas.

Sekarang Seeun berada di kamar Miu, numpang curhat dengan segala suara berisik di kepalanya akhir-akhir ini. Yang mana isinya dipenuhi oleh Jake, dan memikirkan bagaimana caranya supaya hubungan mereka jelas.

"Dibilang nyaman sih nyaman, Mi. Tapi kalo ada yang tanya gue siapanya Jake, gue gak tau harus jawab apa?

"Lah jawab aja partner FWB!"

"Ngaco lo!" Seeun melempari bantal kursi pada Miu, sedangkan cewek itu ketawa puas.

"Lo suka kan sama dia?"

"Kalo gak suka ngapain gue betah dua bulan kayak gini?"

"Yaudah pacaran sih,"

Seeun termenung sebentar. Gak segampang itu juga tiba-tiba pacaran apalagi di situasi hubungan kayak gini. Kalau aja Seeun berani ungkapin segalanya, kemungkinan yang terjadi ada dua. Pertama, mereka jadian. Kedua, Jake pergi. Seeun gak siap jika ternyata opsi ke-dua adalah jalannya.

"Emang Kak Jake nya suka gue?" cicit Seeun pelan.

"Lah lo gimana sih?! Kan lo yang ngejalanin, ngerasa gak dia suka sama lo!"

Semua perlakuan Jake sebenarnya cukup membuktikan bahwa cowok itu suka. Tapi Seeun masih ragu, karena Jake belum pernah sekali pun secara gamblang bilang suka padanya. Slightly yes, but he was talking about sex not loves in general.

"Malah bengong bocah," Miu melemparkan kembali bantal yang sebelumnya dilempar Seeun. Seeun menangkap bantal itu dan memeluknya sambil berpikir.

"Coba deh kali-kali buat dia cemburu,"

"Masa?"

Miu mengangguk mantap. "Cowok kalo cemburu gak akan diumpetin pasti ketauan. Kalo dia cemburu tandanya suka kan," lagi-lagi Seeun terdiam.

"Menurut gue, lo harus omongin sih sama Jake,"

"Kenapa gak Kak Jake nya aja yang ngomong ke gue?"

"Sama aja lah,"

"Beda lah! Kalo gue yang ngomong duluan, berarti gue yang ngebet dong!"

"Kan emang iya!"

Miu gak salah, Seeun denial aja. Tapi dia juga mikir dua kali, harga dirinya dipertaruhkan disini. Kalau selama ini Jake masih belum buat pergerakan, Seeun makin overthinking. Tapi dia sendiri gak berani atau belum siap untuk maju duluan.

Seeun melirik jam di tangannya lalu bangkit dan bersiap keluar sedangkan Miu menatap temannya itu bingung. Seeun gak bicara satu kata pun dan langsung berbalik menuju pintu.

"Dih, mau kemana?"

"Balik, thanks Miu udah dengerin curhatan gue,"

Miu mendelik, kedua dahinya mengerut. "Iye,"

Ketika Seeun membuka pintu, di seberang sana tepatnya di depan pintu kamar Seeun, ada Jake sedang berdiri sambil memainkan ponselnya. Seeun menutup pintu Miu lalu menghampiri 'cowoknya' itu.

WRONG TURN | Jake, SeeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang