Tanpa sepengetahuan Jake, Ara yang dikiranya telah putus hubungan dengan dia ternyata mengetahui semua hal yang dilakuin Jake selama ini. Semua informasi itu berasal dari ibunya Minjae, walaupun Ara gak peduli pun dia pasti akan diberitau.
Ara atau Ara Lee. Cewek itu sangat menaruh hormat pada keluarga ini. Dari dirinya masih kecil hingga sekarang, mereka lah donatur terbesar yang mendorong panti Rumah Bahagia menjadi maju. Sekarang ketika dia mengabdi, hanya orang tua dari Minjae yang masih berkunjung, atau kadang Minjae pun ikut.
Semenjak lulus, Jake gak pernah mengunjunginya. Dan Ara bersyukur akan hal itu.
Soal Jake sebetulnya Ara gak begitu mempedulikan. Dia tau hubungan mereka sangat canggung sekarang apalagi dulu mendiang nenek Jake terus menjodohkan mereka berdua. Pasti Jake punya beban, karena Ara pun terbebani dengan itu.
Ingin rasanya Ara menyelak ketika orang tua Minjae membahas kembali soal perjodohan gak jelas itu, karena cewek ini sebetulnya punya tambatan hati sendiri. Tapi sekali lagi, Ara harus menghormati mereka dan hanya bisa menerimanya.
Lalu hal baik pun akhirnya datang. Ketika orang tua Minjae berkunjung tanpa anak mereka, keduanya membahas tentang Jake. Tapi kali ini, ada orang lain dalam percakapan mereka.
Nama Seeun terus keluar. Ara mendengar dengan seksama, ini adalah kesempatan yang bagus. Pikirnya, kenapa gak dari dulu Jake memacari orang lain?
"Tapi Tante gak tau sih ya cewek itu siapanya, waktu itu ikut nginep doang sih. Tapi manggilnya.. udah sayang-sayangan,"
"Katanya temen pacarnya Minjae kan?" ayah Minjae menambahi.
Ara menggenggam erat tangannya di atas paha. "Bagus dong, akhirnya Jake punya pacar," ujarnya canggung.
"Kamu gapapa?" tanya ibu Minjae khawatir. Sebenarnya kalau bisa Ara teriak, dia mau teriak sekarang. Rasanya beban di hati dia luntur seketika.
"Gapapa dong Tante," jawabnya dengan senyuman lebar.
Ibu serta ayah Minjae saling tukar tatap. Orang tua ini malah merasa kasian pada Ara karena mereka terus memberinya harapan selama bertahun-tahun.
"Tante jadi gak enak sama kamu," ibu Minjae memegang tangannya.
Ara merasakan ketulusan keduanya, dia yang akhirnya jadi merasa gak enak. Harusnya Ara bisa lebih tegas memeberitau soal perasaannya. Bahwa selama ini gak ada Jake di dalam hatinya, jadi mereka bisa berhenti berbicara mengenai perjodohan. Apa boleh buat, Ara cuma terlalu gak enak hati dan takut seperti orang yang gak tau diri.
"Tante.. Om," panggil Ara. Dia menyiapkan hati untuk jujur.
"Sebenernya aku juga mau pacaran,"
Ibu Minjae mengerjap. "Kamu beneran suka sama Jake?"
Ara dengan cepat menggeleng. "Ada, temen kampusku,"
"Terus kenapa gak pacaran aja? Kami gak akan selamanya jodohin kamu sama Jake kalo kamu punya pilihan sendiri!" kata ibu-ibu itu.
Ara agak kaget dengarnya. Gimana pun gak pernah sekalipun ada yang membantah mendiang nenek mereka, Ara tau betul itu. Makanya Ara selalu menutupi tentang perasaannya yang asli.
"Aku.. gak enak kalo harus pacaran. Kan aku sama Jake—"
"Astaga Ara!"
Ara mengerjap. Genggamannya pada tangannya sendiri makin mengerat. Bibir bawahnya digigit sedikit karena kegugupannya sekarang.
"Kalo gini Tante merasa bersalah sama kamu,"
Ara cuma bisa bungkam. Orang dewasa kan memang selalu semaunya.
Di sisi lain Seeun yang lagi kepikiran soal Jake pun kepo sama sosok bernama Ara. Siapa cewek itu dan kenapa Jake susah membangun hubunyan karenanya. Dipikir-pikir, padahal Jake pernah bilang dia punya mantan. Lalu kenapa cowok itu harus mempermasalahkan hubugan demgan dirinya. Seeun pusing.
Ibu Seeun sadar dengan perubahan anaknya. Semenjak pulang nginep dari rumah 'temennya' (begitu kata Seeun), anak itu banyak bungkam. Ibu curiga Seeun berantem sama temennya itu, tapi ketika ibu gak sengaja memergoki anaknya itu menangis tengah malam, ibu jadi berpikiran anak perempuannya ini nangisin cowok.
Karena emang bener.
"Sayang.." panggil ibu ketika ngeliat Seeun sedang duduk depan tv di ruang tengah.
"Iya Bu?"
"Nonton apa sih? Serius banget," ibu basa-basi ikut duduk di sebelah anaknya.
"Gak tau," jawab Seeun seadanya.
"Kamu makan dulu gih, Ibu udah masak tau,"
"Iya Bu makasih," masih belum ada pergerakan dari Seeun.
"Mau Ibu bawain ke sini?" tawar ibu.
"Gak usah, nanti aku ambil sendiri,"
Ibu menghela napas. "Sekarang Ibu udah boleh ngomong?"
Seeun menoleh. "Ibu ngomong dari tadi,"
"Kamu kenapa?"
"Aku? Lagi nonton Bu,"
"Kamu bener punya pacar kan? Kamu nolak Sahel waktu itu..."
"Bu, jangan bahas cowok itu deh. Aku sebel dengernya,"
"Ya Ibu juga sebel liat tingkah kamu gini, Seeun. Makan gak mau, tiap malem Ibu denger kamu nangis di kamar. Kamu tuh kenapa??" Seeun bungkam. Dia gak tau suara tangisannya kedengeran sampe ibu.
"Gapapa kok Bu. Aku makan dulu ya," Seeun masih belum mau membahas ini pada ibu. Toh, hubungan dia dengan Jake juga gak jelas, apa yang mesti diomongin.
Seeun pergi menuju meja makan, mengambil piring dan letakin ponsel di sebelahnya. Baru tangannya mau meraih centong nasi, tiba-tiba ada notifikasi masuk di ponselnya. Seeun duduk untuk mengecek isi pesan yang masuk.
Kak Jake:
Ayo pacaranSeeun bingung jawab apa sekarang. Kenapa Jake suka mempermainkan perasaannya?
tbc.
hampir sebulan dianggurin hELLOOOO hehehehe maaf ya ga sesuai prediksi karena ternyata banyak yg mesti diurusin, jadi baru sempet update sekarang semoga suka yaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
WRONG TURN | Jake, Seeun
FanfictionHave you ever done a drunk call? Well, Seeun doesn't regret it that much.