part 1 mencari kebenaran

2.8K 74 4
                                    

Di malam hari, terlihat seorang gadis berjalan menyeret kopernya menyusuri jalan yang sepi dan lengang. Karena memang malam sudah larut, ia tak tau kenapa ia akan melangkah. Setelah ia memutuskan untuk pergi dari rumahnya, ia merasa ada kekosongan yang tidak bisa diisi. Ia berjalan tanpa arah, hanya mengikuti langkah-langkahnya sendiri.

Suasana malam yang gelap dan sunyi membuatnya merasa semakin kesepian. Ia tidak tahu kemana ia akan pergi, atau apa yang akan ia lakukan. Yang ia tahu hanya bahwa ia harus pergi, meninggalkan semua masalah dan kesedihan di belakangnya.

..Flashback on...

Seorang anak bertanya pada orang tua angkatnya mengapa selama ini ia disiksa. "Yah, Bun, kenapa selama ini Ayah Bunda selalu menyiksa aku, tidak pernah memberi aku kebebasan? Sebenarnya, Kalian orang tua aku bukan, sih? Aku anak siapa, Bun, yah, sebenarnya?" tanya gadis itu, dengan suara yang bergetar.

Namun, bukan jawaban yang ia terima, tapi malah pukulan yang ia dapatkan. "Aaaaaahhhhh! Banyak omong kamu!" ujar ayah angkatnya, sambil memukulnya dengan keras. _Bugh_ Suara pukulan itu masih terdengar jelas di telinga gadis itu.

Ibu angkatnya juga ikut marah, "Jangan pernah kamu bahas soal itu di depan saya!" ujar ibu angkatnya dengan nada yang keras dan dingin.

Gadis itu kemudian berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Ia merasa kesepian dan sakit, tidak hanya secara fisik, tapi juga secara emosional.

Pada pukul 23.00, setelah semua orang yang ada di rumahnya tertidur lelap, ia memutuskan untuk pergi dari rumah. Ia mengemasi barang-barangnya dengan hati-hati, lalu memasukkannya ke dalam koper. Dengan langkah yang pelan dan hati-hati, ia keluar lewat pintu belakang, meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan pahit dan sakit.

Flashback off
Ia berharap pada Tuhan semoga ada orang baik yang mau membantunya. Saat itu, terdengar suara petir dan kilatan di langit, itu artinya sebentar lagi akan turun hujan.

Hujan mulai turun membasahi tubuhnya, sedangkan di jalan ini jarang sekali rumah dan tidak ada pula tempat untuk berteduh. Ia merasa kesepian dan tidak berdaya, namun tiba-tiba dari belakang terlihat sorot lampu mobil yang menerangi jalannya.

Dan kenapa ia tak merasa kehujanan? Ia mendongak ke atas, ada payung! Lalu menoleh ke samping, ada seorang ibu yang seusia ibu angkatnya memayungi dirinya. Ibu itu menawarkan tumpangan untuknya dengan senyum yang hangat dan ramah.

Ia merasa lega dan berterima kasih atas kebaikan ibu tersebut. Dengan langkah yang cepat, ia mengikuti ibu itu menuju mobil yang terparkir di samping jalan. Ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, merasa aman dan nyaman di dalam mobil yang hangat dan kering.

Mobil itu kemudian berjalan, meninggalkan jalan yang gelap dan hujan. Ia merasa bahwa ia telah menemukan seorang malaikat penolong di tengah malam yang hujan.
...
Ibu itu membawanya ke sebuah rumah yang sangat megah. "Ayo masuk," ujarnya, dengan senyum yang hangat dan ramah. Gadis itu mengikutinya, merasa kagum dengan keindahan dan kemewahan rumah tersebut.

"Perkenalkan, saya Nadera. Nama kamu siapa?" tanya Bu Nadera, dengan nada yang lembut dan penuh minat. Mala merasa sedikit gugup, tapi ia menjawab dengan sopan.

"Saya Basmalah, Tante," ujar Mala, dengan suara yang lembut dan hormat.

"Wow, nama yang cantik," ujar Nadera, dengan senyum yang lebar. Namun, wajahnya berubah menjadi murung, dan ia terlihat sedikit terganggu.

"Tante, kenapa?" tanya Mala, dengan nada yang penasaran dan sedikit khawatir.

"Ah, gpp kok. Kamu tinggal di sini aja ya. Kamar kamu di atas," ujar Nadera, dengan nada yang sedikit terburu-buru.

KETULUSAN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang