Part Two

1 1 1
                                    

Di planet bumi ini. Ada manusia yang berdoa saat malam, semoga besok pagi aku di beri nafas kehidupan lagi.
Atau orang depresi yang berpikir pendek karena lelah, aku berharap aku tidak bernapas lagi.
Dan ada juga jenis orang yang merasa hampa, tidak berharap apapun, mengikuti alur, seperti air mengalir.
Saat itu mungkin itulah yang ku rasakan, saat menginstirahatkan diri di kasur pada malam hari, aku hanya mencoba untuk tidur. Berharap rasa kantuk menghampiriku.
Pikiran melayang kemana-mana, tetapi hati merasa hampa.

Ayo, datanglah kantuk, kumohon. ah aku berdoa saja.

***

Kala itu, sekitar ku remang-remang, mataku menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk. Melatih penglihatan dan otot-otot nya setelah kira-kira sepuluh jam tertutup.
Mengusap mata. Aku mendengar suara memanggil ku dari luar kamar. Membangunkan ku untuk bersiap-siap ke sekolah.

Kembali aktivitas beres-beres di mulai. Bangun dari kasur meraih handuk lalu mandi.
Pikiran ku lagi-lagi melayang-layang. Terkadang memikirkan hal yang seharusnya tak aku pikirkan, tetapi terkadang bisa kosong, sampai-sampai aktivitas ku terhenti, tetapi itu peristiwa langka, karena pikiran ku jarang membuat ku istirahat.

Selesai mandi, langsung menggunakan seragam, menggunakan semua atribut tanpa kurang satu pun, lalu makan, mengambil tas, dan pergi menuju tempat perhentian mobil yang akan menjadi angkutan ku menuju sekolah, di kota seberang.

Ritme monoton, setengah jam kemudian sampai di kota, berjalan sedikit ke pekarangan sekolah dan masuk ke kelas.
Beberapa orang beraktivitas di pekarangan sekolah. Ada yang berjalan sendiri, berdua, bahkan bergerombolan.
Beberapa memakai masker, beberapa tidak.
Salah satu yang tidak memakai masker  kala itu, adalah aku.
Ada beberapa teman sekelasku yang sudah sampai di kelas. Bercengkrama satu sama lain.

Dari beberapa yang ku dengar, samar-samar mereka berdiskusi tentang situasi terkini. Dunia mulai gempar dengan keberadaan Virus Covid-19 yang berasal dari negara Cina.
Panjang percapakan mereka, membahas apa yang mereka saksikan di televisi bahkan dari ponsel pintar mereka masing-masing.
Mereka juga memamerkan barang bawaan mereka, seperti kapas alkohol atau handsanitizer.

Aku tidak membawa satupun, baik masker atau handsanitizer.

Sebenarnya aku sudah tahu, bahwa guru kami menyuruh kami untuk membawa printilan-printilan itu, hanya saja aku yang tidak membawa karena, satu masker yang kupunya di rumah tidak seperti masker yang teman-teman ku miliki, masker ku terbuat dari kain, masker kain yang sudah ada sejak bencana Kabut Asap sebulan silam. Dua, aku tidak punya handsanitizer ataupun kapas alkohol di rumah, kalau membeli mungkin juga tidak bisa. Ibuku tidak akan mampu. Sepertinya harganya mahal, namanya saja sudah keren. Handsanitizer.

Kata guruku kemaren handsanitizer itu berguna untuk membersihkan tangan dari kuman-kuman ataupun virus-virus yang menempel pada tangan kita setelah bersentuhan satu sama lain atau sesudah menyentuh benda-benda lain nya. Tetapi belum menjadi sebuah keharusan.

Baiklah, aku tidak akan menyentuh apapun dan siapapun hari ini, sehingga aku tidak membutuhkan handsanitizer atau semacamnya itu.

Kala itu, aku hanya duduk di kursi ku, enggan bercengkrama dengan teman-teman sekelasku. Toh aku sepertinya tidak akan nyambung dengan topik mereka.
Aku sibuk dengan pikiran ku sendiri yang tak terkendali. Sebentar termenung dan menangkup dagu dengan tangan ku, wali kelas kami masuk.

Mengapa wali kelas yang masuk?

Pagi ini, seharusnya bukanlah mata pelajaran yang walikelas ku ajarkan akan kami pelajari. Tetapi aku dan teman-teman ku yang lain memilih untuk duduk, dan bersiap-siap.

Ketua kelas menyerukan kebiasaan sehari-hari sebelum pembelajaran di mulai, hormat pada guru yang mengajar, dan berdoa bersama.

Selesai berdoa, ibu guru mengambil alih perhatian kami sekelas dengan mulai berbicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jouska - Talking To My SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang