- 3

161 13 6
                                    

“Kuda?” Lamunan Sean membuyar mendengar suara yang berbicara kepadanya. Ia menatap laki-laki yang entah berapa lama sudah berdiri di depannya.

“Kuda?” bingung Sean.

Beberapa detik kemudian, dirinya mengangguk. Dia hampir lupa panggilannya saat ini adalah kuda. Kuda sendiri sebutan lain dari kurir, kurir narkoba tertentunya.

Sean benar-benar tidak main-main dengan apa yang dia ucapkan. Dirinya sekarang menjadi kurir narkoba berjenis obat-obatan, yaitu Inex. Inex sendiri bisa dibilang lebih mahal dari jenis sabu-sabu, dan sudah pasti uang yang didapatkan Sean terbilang cukup banyak. Walaupun Sean hanya mendapat  30% dari hasil penjualannya semalaman, itu sudah cukup untuk bagi Sean.

“Kuda baru?” tanya si pembeli itu kepada Sean.

Sean mengangguk, “Ini malem pertama” jawabnya kemudian.

Sean mengambil uang yang diberikan, dan memberi obat tersebut. Begitulah transaksi yang diajarkan oleh atasannya alias si bandar.

Tak banyak yang terjadi, hanya saling memberi dan menerima, lalu pergi dari sana seperti tak pernah bertemu sebelumnya.

Sean beranjak dari sana, kembali berjalan menuju lokasi selanjutnya. Ia berjalan kaki atau menaiki angkutan umum karena belum memiliki kendaraan, namun dirinya tidak keberatan akan hal tersebut. Toh, ia ada rencana untuk menyewa kosan dan membeli kendaraan juga uang tabungan sudah cukup.

Beberapa hari kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa hari kemudian.

Uang yang dikumpulkan Sean dari hasil penjualan semakin banyak dan terus bertambah. Ada rasa puas tersendiri walaupun yang dihasilkannya dari penjualan obat-obatan terlarang.

Semakin hari, Sean semakin terkenal dikalangan pecandu, selain harga jual yang murah, mereka juga sangat senang dengan Sean yang sangat ramah.

Sean sendiri sebenarnya terpaksa melakukannya, bersikap ramah dan menjual rumah adalah strateginya untuk menarik banyak pembeli.

Sudah hampir seminggu dirinya menjadi kurir, dan selama itu juga Sean berhasil mengumpulkan setidaknya lebih dari tiga puluh juta.

Harga obat-obatan yang Sean jual di bandroli harga perbutir 500 ribu, dan Sean dalam semalam bisa menjual 20-50 butir.

Sean pun sudah menyewa kosan dan membeli kendaraan motor.

“Tau gini, kenapa gak dari dulu aja gue jadi kurir” ucapnya dalam hati.

Sean turun dari motornya di depan apotik, badannya seakan remuk karena terus menerus mengendarai motor, bahkan jam tidurnya sudah berantakan karena harus mengantarkan obat-obatan kepada si pembeli.

“Boleh minta rekomendasi obat untuk pegal-pegal sama tulang nyeri?” tanya Sean saat sudah berada di depan apoteker.

“Ibuprofen bagus” timbrung seseorang yang berada disampingnya.

SEAN ARSHAKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang