Selepas kepergian Naga Fiha, kami berangkat pergi meninggalkan Pulau Fiha, begitu trem laut kembali datang menjemput kami.
Sejenak Aku dan Shifang menatap Pulau Fiha dari balik jendela. Kepergian Naga Fiha masih membekas di hati kami. Bahkan Shifang masih ragu untuk menyimpan kartu tempur yang diberikan Naga Fiha.
"Tidak ada gunanya menangisi kepergiannya. Toh, dia sendiri yang memilih melakukan hal itu untuk melindungi kita. Naga Fiha telah mempercayai kita," ucap Pemuda berambut merah.
Aku mengangguk setuju, "by the way. Siapa namamu? Kita belum berkenalan!" aku menjulurkan tangan sambil tersenyum. "Namaku Lieh Zhan, panggil saja Lieh."
"Dam Long, panggil saja Dam," balas pemuda itu tanpa menjabat tanganku.
Eh aku sedikit gugup melihat tingkah Dam. Bukannya takut, tapi heran karena baru kali ini ada orang yang ogah menerima jabatan tangan saat berkenalan, atau berjabat tangan saat berkenalan
"Dan aku Jibano, pasangannya," ucap Naga merah sambil melambaikan tangan. "Dam memang tipikal orang yang gak banyak bicara. Jadi aku minta maaf jika kamu agak kaget melihat sifatnya."
Aku mengangguk.
"Dia itu orangnya dingin banget, Lieh," sahut Yuni. "Aku sendiri saja butuh setengah hati untuk tahu namanya. The Boy is very... very cold."
Dam hanya bersedekap, poni merah yang menutupi sebelah matanya membuat bocah ini terlihat misterius.
"Apa kamu baru tahu soal dia, Yuni? Bukankah sejak kemarin kamu bersamanya?" tanya Shifang.
"Dia kebetulan aja tiba di sini bersamaku lusa kemarin," Yuni menyilangkan kedua tangan ke belakang kepala, sambil menyadarkan punggung. "Aku tidak tahu kok bisa bersamaan. Pokoknya dia tuh cool banget. Bayangin coba dalam sehari aku harus dengerin celotehan Filla dari pada omongan Jibano, apalagi Dam."
"Fifila. Kok namaku di sebut-sebut sih?" Filla yang sedang makan cokelat merasa tersinggung.
"Itu karena kamu tuh cerewet," ujar Zetaro.
"Terus bagaimana?" Shifang bertanya.
"Ya, pokoknya aku tuh kesel banget, hanya bisa diam, sesekali menggerutu. Apalagi saat berjalan mencari Naga Vulcano tadi. Dam seolah-olah gak bertindak, hanya melihat saja. Padahal sudah hampir dua jam kami berputar-putar mengelilingi Pulau Magma hanya untuk mencari Naga itu. Menyebalkan!"
Aku terkekeh mendengar curhatan Yuni. Suaranya yang melengking, membuat ucapannya seperti anak kecil.
"Kenapa kamu tertawa?" Yuni spontan menatapku heran.
Aku tersentak, "gak papa. Cuma lucu aja dengerin ceritamu."
Shifang sekilas menatapku penuh arti. Namun kembali menanyakan sesuatu pada Yuni.
"Kalau boleh tahu. Bagaimana kamu bisa ada di sini?"
Yuni tampak tertegun, "kalau itu. Aku bingung mau ceritain bagaimana? Soalnya aku lupa."
Aku dan Shifang menatap datar, sedangkan Yuni nyengir lebar.
"Bentar.... Coba kuingat-ingat dulu!" Yuni berpikir sambil memejamkan mata, membuat wajahnya semakin imut saja. "Nah aku ingat. Lusa kemarin Zhi Yuan datang ke kamarku memberi sebuah kotak. Katanya ini titipan untukku. Saat kubuka kotak itu, terdapat sebutir telur di dalamnya. Ku kira itu telur mainan, jadi ku biarkan saja. Toh, ada hal lebih penting yang harus kulakukan daripada memikirkan telur itu."
"Apa itu?" Aku penasaran.
"Ada deh. Urusan pribadi!"
"Terus bagaimana kamu bisa masuk ke dunia ini?" tanya Shifang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Naga Tempur
Fanfic(Cerita ini diadaptasi dari serial kartun Dragon Warrior) Tiga tahun paska penyegelan Naga Hitam. Dunia Naga Tempur kembali dirundung masalah. Kali ini generasi baru Prajurit Tempur yang akan mengatasi masalah itu dan membawa kembali kedamaian di Du...