Bab 5: Dua Jiwa, Satu Tubuh

16 6 0
                                    

I have loved you since we were 18

Long before we both thought the same thing.

To be loved and to be in love.

.

.

Nanti 18 membawa si yang lebih tua ke balkon kamar. Malam sudah menjelang, ini waktu yang tepat untuk membuka isi hati. Lebih ingin dekat dan mencari tahu semenyeramkan apa masa depan nanti. Sudah tahu akan meninggal di umur 32 tahun, dan berhasil meraih cita-citanya, tapi gagal di percintaan, membuat Nanti 18 tidak patah semangat. Justru malah tambah penasaran untuk meraih hal-hal yang tidak mampu diraih.

"Jadi, kamu ini hantu, roh, atau apa sih?"

Kedua bahu Nanti 32 terangkat. "Mana gue tahu."

Nanti 18 ingin tahu lebih banyak. "Pas kamu meninggal, reaksi Senja gimana?"

"Nggak tahu juga. Kayaknya sih nggak peduli. Dia udah bahagia sama Sonya, ngapain juga mikirin gue?"

Nanti 18 mencoba topik lain. Rasanya tidak adil membahas Senja terus. Suaranya sengaja direndahkan. "Pas kamu pergi, Ayah dan Ibu gimana?"

Ekspresi Nanti 32 berubah lebih tenang. "Ibu sendirian. Ayah kan meninggal gara-gara covid."

"Covid itu apa?"

"Virus influenza yang bakal menewaskan jutaan orang." Nanti 32 menarik napas panjang mengingat memori naas itu. "Gue tahu gue jahat. Seneng banget virus itu bikin Ayah pergi selamanya karena gue jadi bisa quality time sama Ibu. Pas virusnya udah agak mereda, gue ajak Ibu ke mana-mana, mulai dari Manado, Raja Ampat, sampai beribadah di Tanah Suci. Eh, awal tahun 2022 gue kena tuberkulosis, entah dari mana." Ia melirik Nanti 18 yang masih memperhatikan dengan saksama.

"Syukurlah kamu dan Ibu akur-akur aja." Namun, Nanti 18 masih penasaran dengan hubungannya sama Senja. "Kalau sama Senja gimana? Setelah dia nikah, kalian masih suka ngumpul bareng?"

"Ya, nggak lah. Walaupun beberapa kali ketemu di ajang penghargaan perfilman, kita nggak deket kayak dulu. Dan gue selalu nolak satu proyek film sama dia. Jadi kayak nggak saling kenal aja."

"Kok gitu?" Nanti 18 mengeluarkan protes.

"Karena biar mental gue lebih sehat ." Nanti 32 ingin alasannya enggan berinteraksi sama Senja diterima. "Asal lo tahu ya, gue sampai ngebuang kesempatan lanjut kuliah ke luar negeri habis lulus gara-gara breakdown berbulan-bulan. Ya, penyebab tambahannya karena punya ayah yang kayak gitu. Lo nggak boleh ngeremehin dampak patah hati, dia bener-bener bisa bikin hidup lo jadi nggak jelas."

Nanti 18 menatap dirinya iba. Kalau dibayangkan, memang begitu menyakitkan ditinggal oleh Senja ketika lagi sayang-sayangnya.

Kata orang patah hati adalah hal sepele yang bisa dilalui. Namun, kenyataannya setiap orang menghadapi patah hati dengan cara yang berbeda. Setiap kali mereka mengaku hancur, selalu dihibur dengan kata-kata seperti ini.

Move on dong, laki-laki/perempuan di dunia ini bukan dia doang.

Lo pasti bisa dapetin lebih baik dari dia.

Cari pacar baru sih. Dia nggak se-worth it itu.

Namun, nyatanya tidak segampang itu menetralkan hati. Butuh waktu untuk mencabut paku kepedihannya perlahan. Ketika berhasil dilepaskan pun lukanya akan membekas. Setelah itu, kita hidup dengan lukanya, sekaligus mencari-cari, pelajaran apa yang bisa diambil.

Sama Kamu Sekali LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang