Bab 6: Ketemu Sonya

21 6 0
                                    

Haloo, makasih udah ngikutin cerita Sama Kamu Sekali Lagi. Bab ini agak panjang ya. Selamat membaca!

.

.

Tulusnya cintaku, tak pernah terbalas olehmu.

Kau biarkan hati ini membeku.

Kandas cintaku...

.

.

Nanti 32 yang berada di tubuh versi mudanya sudah menjalankan tujuannya hari ini. Sore hari, sesampainya di rumah, ia langsung keluar dari tubuh pinjaman.

Nanti 18 bernapas lega. Ia kira tubuhnya akan dikuasai selamanya oleh yang lebih tua. Ini waktu yang pas untuk meluapkan kemarahan. "Kamu jahat banget ih sama Senja! Setengah badannya jadi basah!"

"Bodo amat! Itu nggak seberapa sama sakit hati yang gue rasain gara-gara dia!"

Nanti 18 merasa miris dengan amukan si tua. Dia bilang tidak benci, tapi tanpa pikir panjang bikin gara-gara sama Senja. Ternyata benar adanya yang film-film itu katakan, cinta dan benci itu perbedaannya hanya sehelai benang tipis. Suaranya pun melembut. "Kamu sadar kan tadi? Habis disiram air Senja malah ketawa, harusnya kan marah. Senja itu baik banget!" Ia kesengsem, tapi menggerutu kembali. "Tapi nggak tahu deh selanjutnya, kamu jangan bikin gara-gara dong sama dia. Kesabaran orang juga ada batasnya. Kalau kamu kayak gitu lagi, aku nggak sudi kamu ngontrol tubuh aku—"

Nanti 32 berdecak kesal sambil menerobos tubuh mudanya, selang lima detik keluar lagi. "Lihat, kan? Gue kapan aja bisa keluar-masuk tubuh lo."

"Ish, curang," Nanti 18 mendumel mengetahui fakta menyebalkan ini. "Pokoknya aku nggak mau Senja jadi benci sama kita!"

"Ya, biarin aja. Toh Senja nggak akan milih kita. Berapa kali gue harus bilang Senja nggak cinta sama kita? Move on dong!"

Nanti 18 terdiam. Dirinya yang lebih tua ini memang berbeda, lebih galak, susah dibilangin, dan pesimis juga. Dan ia tetap pada pendiriannya untuk mencintai Senja dengan tulus karena yakin cinta akan mengalahkan hati yang keras sekalipun. "Aku bakal lebih perhatian sama Senja, biar dia cepet nyadar kalau aku suka banget sama dia."

"Lo tuh ya!"

Nanti 18 menjulurkan lidahnya. "Lagian, kamu kenapa sih marah-marah terus? Aku sampai bingung kamu ini beneran aku atau bukan. Kamu bahkan berani ngelawan Ayah, hal yang nggak mungkin aku lakukan."

Nanti 32 berusaha mengingat dari mana keberaniannya itu datang. Setelah kuliah, ia mengarungi asam garam kehidupan selama 14 tahun. Dipertemukan banyak orang, dan diperlakukan bermacam-macam sesuai dengan karakternya. "Nanti lo juga nyadar kalau diem aja itu nggak akan pernah nuntasin masalah."

"Masa sih aku bakal seberani itu?"

Nanti 32 berkacak pinggang. Ia tidak ingin versi mudanya ini menjalani hidup lebih berat. "Makanya percaya kata-kata gue. Gue juga pengin lo hidup dengan persiapan. Dan nggak perlu ngejar cinta yang udah jelas-jelas bukan buat lo."

Nanti versi muda merasa ini adalah dunianya, ia yang seharusnya punya kontrol di sini. Lagi pula harapannya sama Senja masih tinggi. Kehadiran dirinya versi dewasa ini membuat matanya terbuka untuk lebih keras berdekatan dengan Senja. Namun, tentu saja ia tidak mengungkapkan ini. Kalau iya, mungkin Nanti 32 akan nyerocos terus sampai membuat telinganya berdengung.

Kemudian ponsel Nanti 18 berdering. Ia melirik ke layar dan tersenyum nama yang difavoritkannya muncul. "Kebetulan nih yang lagi diomongin." Diterimanya panggilan itu. "Halo, Senja!" Ekspresinya terkejut bercampur senang. "Hah? Kamu ada di depan? Tunggu ya!" Ia mengakhiri panggilan, lalu ngacir ke teras tanpa mengajak yang paling tua.

Sama Kamu Sekali LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang