3 : Pertaruhan

21 5 4
                                        

Gerbong enam.

Aiden kembali berkumpul bersama dua punggawa kereta arwah. Saat ini Brian sedang berbaring pasrah menjadi kursi Isabella.

"Mana wanita itu?" tanya Brian.

Aiden hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut sambil mengambil botol minum di balik bar, lalu menuangkannya ke sloki kecil.

"Kau meninggalkan penumpang itu bersama Felix, Aiden?!" tanya Brian meninggikan nadanya. "Kau gila, Aiden!"

Pria paruh baya itu menuangkan lagi minuman tersebut pada dua sloki berukuran sama, kemudian menggesernya ke arah Isabella.

"Mau bertaruh untuk nasib wanita itu?" tanya Aiden.

Isabella tersenyum, lalu berpindah duduk ke kursi di depan bar. Ia mengambil salah satu sloki yang diberikan oleh Aiden. "Aku bertaruh untuk Felix."

Aiden melirik ke arah Brian. "Bagaimana dengamu?"

Brian bangkit, lalu ikut duduk di tengah-tengah mereka sambil menghela napas. Ia ambil satu sloki yang tersisa. "Aku juga bertaruh untuk bocah Sadjiwa itu."

Aiden tersenyum dan mengajak kedua rekannya untuk bersulang. "Aku bertaruh, wanita itu mampu bertahan."

Gerbong empat.

Pemuda bernama lengkap Felix Sadjiwa itu duduk berhadapan dengan Sarah dibatasi papan catur yang muncul tiba-tiba. Mereka saling memandang, seolah sedang membaca ekspresi satu sama lain. Bidak-bidak catur bergerak dengan sendirinya, berbaris pada posisi normal. Felix memainkan sisi putih, sementara Sarah sisi hitam.

"Kita mulai." Felix memulai langkah pertama. Ia berusaha menguasai area tengah.

Sarah duduk penuh konsentrasi, ia segera melakukan langkah pertamanya untuk mempertahankan area tengah yang diincar oleh Felix.

Felix masih terlihat tenang dengan ekspresi dinginnya, ia memandang papan catur dengan tajam. Fase awal pertandingan dimulai, setiap gerakan penuh dengan strategi dan jebakan yang mematikan. Sarah mengejar setiap langkah Felix dengan hati-hati, sementara Felix tetap tenang dan memainkan tempo permainan dengan pelan seolah ingin membunuh musuhnya secara perlahan.

Permainan itu berlangsung dengan intensitas yang tinggi. Sarah mulai mengatur strategi, menggertak Felix dengan langkah-langkahnya yang berani. Felix, bagaimanapun, tetap tidak terpengaruh, dan mulai mempercepat ritmenya. Mereka berdua terus bermain dengan tempo cepat yang bertahap.

Tiba-tiba, di tengah pertandingan, Sarah memandang ke arah Felix. "Hey, Tuan masinis. Punya ikat rambut?"

Felix menunjuk ke arah genggaman tangan kiri Sarah. "Dalam gengamanmu."

Sarah membuka genggaman tangannya, ia agak terkejut melihat sebuah ikat rambut di telapak tangannya. "Terimakasih." Wanita itu langsung mengikat rambutnya, kemudian melanjutkan permainan.

Begitu rambutnya terkuncir, aura di sekitarnya berubah. Kini wanita itu tampak lebih fokus dan terlihat berbahaya. Ia menatap papan catur dengan tajam sambil memproyeksikan langkah-langkah berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Pada satu titik, ia membuat satu langkah yang mengejutkan. Wanita itu menyerang dengan satu langkah mematikan, lalu menghelas napas. Rambutnya yang terkuncir menggembung, menandakan tingkat konsentrasi dan fokus yang luar biasa.

Felix melihat langkah terakhir Sarah dan menyadari bahwa ia tak punya pilihan. Dengan perasaan hati yang berat, ia pun menghela napas lalu menatap wanita di hadapannya. "Sesuai janji, aku akan mengantarmu pulang."

Sarah tersenyum sambil merapikan rambutnya yang terkuncir. "Oke, terimakasih ...." Jika dipikir-pikir, ia belum tahu siapa nama pemuda di hadapannya.

"Felix Sadjiwa," ucap Felix ketika menyadari bahwa mereka belum berkenalan secara langsung. "Panggil aja Felix."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kereta ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang