Fakultas Hukum yang semulanya terlihat tenang seketika berubah menjadi sangat ramai dengan suara teriakan dari orang-orang yang ada di luar kelasnya.
Hal ini biasa terjadi ketika ada seorang pentolan kampus yang berjalan melewati mereka semua.
"Ada apaan sih berisik banget?" ucap Raya.
"Udah biasa Ray. Lo harus harap maklum aja sih. Biasanya kalau ada suara teriakan kayak gitu ada anak pentolan kampus yang lewat," jelas Lita.
"Apaan banget. Perkara lewat doang udah berasa liat artis papan atas yang lewat," ucap Raya.
"Maklum aja. Di sini anak pentolan kampus itu ibaratnya udah kayak artis. Apa aja yang di buat mereka selalu jadi bahan pembicaraan," ucap Lita.
"Ada-ada aja," ucap Raya menggelengkan kepalanya.
Kericuhan yang awalnya hanya terdengar di luar kelas Raya kini mendadak terdengar hingga ke dalam kelas.
"Apa la---" Raya menolehkan kepalanya ke arah pintu kelas. "Eh?" ucap Raya.
Raya tertegun saat melihat seorang pria berwajah dingin tengah berdiri tepat di depannya saat ini. Pantas saja kelasnya mendadak ramai seketika.
Kedatangan pria ini benar-benar sangat di sambut antusias oleh semua mahasiswi yang ada di sana. Terlebih lagi namanya memang sangat di kenal di kampus tersebut.
"Kak Natha? Ada apa?" tanya Raya.
Natha meletakkan sebuah kotak tempat makan di atas meja Raya. "Punya lo?" tanya Natha.
"Eh kok lo tau Kak? Padahal gue nggak kasih nama di situ," ucap Raya.
"Nggak usah kasih gue apa pun lagi termasuk makanan," ucap Natha.
"Kok gitu? Kan niat gue baik sih Kak," ucap Raya.
"Gue nggak kekurangan makan," ucap Natha.
"Cobain dulu baru bilang nggak usah," ucap Raya.
Raya membuka tempat makanan tersebut yang berisikan kue dengan berbagai macam bentuk unik.
"Nggak perlu," ucap Natha.
"Cobain dulu nih," ucap Raya menyodorkan salah satu kue pada Natha.
Refleks Natha menjauhkan wajahnya saat Raya menyodorkan tangannya yang tengah memegang sepotong kue.
"Enak tau Kak. Di jamin aman deh. Nggak ada sianidanya juga," ucap Raya.
"Makan sendiri," ucap Natha.
Pria itu langsung berbalik dan hendak pergi dari ruangan tersebut. Namun yang terjadi setelahnya adalah Raya dengan cepat menarik tangan Natha dan memutar balik tubuh pria itu hingga kini berhadapan dengan dirinya.
Sontak hal itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut bukan main. Termasuk Lita yang sejak tadi hanya menjadi penonton setia.
Raya yang hanya setinggi dada Natha harus mendongakkan kepalanya untuk menatap pria tersebut. Natha sempat tertegun saat matanya dengan mata gadis tersebut beradu pandang.
Rasanya seperti ada sengatan listrik di sekujur tubuhnya. Bahkan untuk menjauhkan dirinya dari gadis tersebut saja dia tidak bisa. Seakan ada magnet yang menahan pergerakannya.
"Buka mulut lo Kak," pinta Raya.
Natha yang enggan membuka mulutnya hanya bisa terdiam. Ingin melepaskan diri dari gadis itu saja rasanya dia tidak bisa.
"Bener-bener deh lo ya Kak?" ucap Raya.
Karna tak mendapat respon, Raya langsung menyumpal kue di tangannya itu ke dalam mulut Natha secara paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHA: AFTER SHE GO || ON GOING
Narrativa generaleSEQUEL OF NATHAUREL [diharapkan untuk membaca cerita pertama agar mengerti dengan alur cerita yang ini] Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan Natha setelah 2 tahun kepergian Aurell, pacar kesayangannya. Di tengah perjalanan dalam kehidupan baruny...