Hari minggu adalah hari yang tepat untuk bersantai, menghabiskan waktu dengan diri sendiri, ataupun bersama keluarga. Sama halnya dengan seorang remaja berumur 18th yang kini tengah menuruni anak tangga untuk menghampiri keluarganya.
"Hai Chan," sapa seorang wanita berumur 40th keatas yang tengah mengaduk-aduk sesuatu didalam penggorengannya.
"Oh, hai Ma." Bangchan duduk pada salah satu bangku di meja makan sembari memperhatikan ibunya yang sedang memasak. Sedangkan pikirannya berkelana tak tahu kemana.
Ibu Bangchan yang bernama Kim Sangeun tersebut, menyadari bahwa putranya tengah memikirkan sesuatu. Itu terlihat dari tatapan mata Bangchan yang kosong. Sangeun adalah ibu yang baik dan menyayangi putra-putranya, ia sangat sensitif jika berhubungan dengan putranya. Sangeun juga berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berada digaris terdepan untuk melindungi putranya, tak peduli apapun resikonya.
"Hey, mikirin apa?" tegur Sangeun sembari meletakkan beberapa piring yang telah berisi lauk ke atas meja. Bangchan tersadar dan hanya tersenyum sembari menggeleng.
"Kamu yakin?"
Bangchan tersenyum sembari mengangguk, untuk meyakinkan sang ibu agar tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya. "Chan hanya merindukan Daddy."
Sangeun menatap Bangchan iba. Namun Bangchan tak suka tatapan itu, tak hanya dari Sangeun tapi dia juga membenci tatapan kasihan dari orang lain, itu sangat menyinggungnya.
"Oh ayolah Ma, Mama tahu aku tidak suka itu."
Sangeun tersenyum mendengar kalimat itu. Bangchan selalu meminta ibu atau ayahnya bersikap biasa dan tidak menunjukkan perhatian berlebihan, apapun yang terjadi. Terlebih tatapan-tatapan kasihan yang sering mereka perlihatkan untuk Bangchan. Bahkan Bangchan pernah beberapa kali marah, tapi itu semua hanya karna ia tak suka dikasihani.
Sangeun mengusap bahu Bangchan. "Pergilah, bangunkan adikmu. Mama akan membangunkan Papa." Bangchan hanya mengangguk lalu pergi ke lantai dua untuk membangunkan adiknya.
Bangchan berhenti pada sebuah kamar yang pintunya masih tertutup rapat. Dengan perlahan Bangchan mengetuk pintu tersebut. Beberapa detik tak ada jawaban. Bangchan memilih untuk mencoba membuka pintunya, yang ternyata tidak di kunci.
Bangchan masuk ke dalam kamar bernuansa biru langit. Bangchan menarik gorden yang berwarna senada, agar cahaya dapat masuk ke dalam ruangan. Terlihat Yujin masih tertidur dengan selimut menutupi tubuhnya dari kepala sampai kaki.
"Bangun Yujin," ucap Bangchan sembari mengguncang tubuh adiknya dibalik selimut. Namun tak ada pergerakan dari pria bernama Han Yujin tersebut.
Bangchan mengguncang tubuh Yujin untuk kedua kalinya. Namun Yujin hanya melenguh tak suka sembari mengganti posisinya kesamping.
Karena geram akhirnya Bangchan menarik selimut Yujin. "Hyeong~!" rengek Yujin sembari memicingkan matanya karena cahaya yang menerobos masuk melalui sela-sela matanya yang masih tertutup.
"Bangunlah bayi. Mama sudah menunggu."
Yujin mendudukkan dirinya sembari sedikit meregangkan lehernya. Sedangkan Bangchan duduk di kursi belajar Yujin, ia tak akan pergi sebelum memastikan Yujin benar-benar bangun dan pergi ke kamar mandinya untuk membersihkan diri.
Yujin melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul 7 pagi, sebelum akhirnya kembali pada Bangchan. "Asal kau tahu, aku baru tidur 4 jam. So Please, biarkan aku melanjutkannya dengan tenang."
Yujin kembali merebahkan tubuhnya. Dengan sigap Bangchan melempar salah satu buku Yujin, dan mendarat tepat di kepala Yujin.
"Hyeongg!!-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Area || Stray Kids
FanfictionKami hanya kumpulan anak remaja yang dipaksa kuat oleh keadaan. Namun sekuat-kuatnya kami, kami juga punya titik lelah. Bohong jika kami tidak iri ketika melihat remaja lain bisa menghabiskan masa mudanya tanpa tuntutan, bersama dengan keluarga, jug...