Hari ini Bangchan kembali berkumpul bersama teman-temannya, di bengkel seperti biasa. Terlihat Bangchan tengah berkutat dengan laptopnya, dan Changbin tengah menulis sesuatu yang bisa diprediksikan ia tengah membuat lirik untuk musik-musiknya, sedangkan Yongbok sibuk dengan tugas-tugasnya. Kali ini Han yang tidak datang, karena pria itu harus lembur di tempat kerjanya.
Yongbok menarik nafas lelah, yang kemudian menyita perhatian Bangchan. "Jika ada yang kurang kamu pahami, kamu bisa tanya padaku, Yongbok."
Yongbok memejamkan matanya sembari menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, berniat mengistirahatkan mata juga otaknya sejenak. Sebenarnya tugas-tugas itu bukan pekerjaan rumah, itu hanya latihan soal dari tempat kursusnya. Namun karena ibunya memintanya untuk menyelesaikan hari ini juga, jadi Yongbok jenuh dan sedikit kewalahan, karena kebetulan latihannya juga tidak sedikit.
"Guys," panggil Bangchan yang tidak dipedulikan. "Kalian dengar aku?" lanjutnya.
Baik Changbin maupun Yongbok hanya berdehem ria, tanpa berniat mengalihkan perhatiannya dari aktivitas masing-masing.
"Papa memintaku untuk merenovasi tempat ini, aku harap kalian bisa membantuku," ucap Bangchan berusaha menarik perhatian teman-temannya.
Yongbok adalah orang pertama yang tertarik dengan pembicaraan Bangchan. "Kamu sudah memikirkannya? Itu artinya kita butuh furniture baru untuk membuat tempat ini jadi lebih cantik."
Bangchan mengangguk membenarkan. "Aku belum memikirkan bagaimana membagi tempat ini, karena itu bukan keahlianku. Tapi aku kepikiran untuk memberi tempat ini nama baru, dan aku juga baru mendapatkan ide untuk spot berkumpul kita dihiasi dengan dinding bergrafiti. Bukankah itu terdengar keren?"
"Tapi diantara kita berempat tidak ada yang bisa membuat grafiti, itu butuh keahlian khusus," timpal Changbin.
"It's oke, kita bisa cari orang dengan perlahan. Setidaknya kita harus mulai membersihkannya, mengganti apa yang perlu diganti, dan membuang apa yang perlu dibuang. Selebihnya kita bisa kerjakan secara bertahap."
"Maaf aku tidak bisa janji untuk selalu membantu. Kalian tahu bukan aku sedang digempur dengan banyak kursus? Tapi jika aku ada waktu luang, pasti aku akan membantu," tutur Yongbok.
"Tidak apa, kami mengerti. Han juga mungkin tidak akan sering membantu. Jadi hanya kamu harapanku, Bin," ucap Bangchan sembari meremas bahu Changbin dengan drama. Sedangkan Changbin yang masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri hanya menghempas tangan Bangchan.
"Baiklah. Kalau begitu kita bisa mulai saat weekend besok, aku akan berusaha meminta cuti satu hari pada ibuku," ucap Yongbok.
"Baiklah, Terimakasih." Bangchan hanya tersenyum karena tidak ada yang peduli dengan ucapannya, kemudian perhatiannya teralihkan pada Yongbok. "Bagaimana? Sudah selesai? Sini, biar aku periksa."
❍❍❍
Pukul dua belas malam, Bangchan baru saja pulang dari bengkel. Ia baru saja ganti baju karena sebelumnya ia habis mandi, dengan alasan gerah. Dan kini ia tengah duduk di meja belajarnya tanpa melakukan apapun.
"Aku belum mengantuk, lalu apa yang akan aku lakukan?" gumam Bangchan pada dirinya sendiri.
Pria itu meraih laptopnya berniat melihat daftar film yang belum ia tonton. Ya, dia akan menonton film untuk mengisi kebosanannya. Setelah intro film terdengar, Bangchan segera membuka laci mejanya, yang merupakan tempat ia menyimpan berbagai macam makanan ringan. Namun sekarang laci itu terlihat kosong dan hanya ada satu bungkus tersisa.
"Pasti Yujin," geramnya. Setelah itu Bangchan menutup laptopnya, dan pergi ke kamar Yujin untuk meminta pertanggung jawaban.
Pintu kamar Yujin tidak dikunci, hal itu membuat Bangchan menjadi leluasa untuk masuk ke dalamnya. Terlihat Yujin memejamkan matanya diatas kasur dengan ponsel menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Area || Stray Kids
FanfictionKami hanya kumpulan anak remaja yang dipaksa kuat oleh keadaan. Namun sekuat-kuatnya kami, kami juga punya titik lelah. Bohong jika kami tidak iri ketika melihat remaja lain bisa menghabiskan masa mudanya tanpa tuntutan, bersama dengan keluarga, jug...