5. Penjelasan 1

113 13 2
                                    

"Izinin saya buat jelasin semuanya," pinta Rekza. Dengan amat sangat memohon.

"Apanya yang harus di perjelas?" tanya Cila.

"Kesalahpahaman kita," jawab Rekza tegas. Dia ingin meluruskan semuanya sekarang.

Cila membuang wajahnya, terdiam sejenak. Seraya menimang-nimang tawaran itu.

"Saya mohon, setelah kamu tau kebenarannya, terserah. Saya ga akan ganggu kamu lagi, kalo memang itu yang buat kamu nyaman," ujar Rekza.

Mendengar itu, tiba-tiba hati Cila merasa iba. Lagipula, dia tak bisa membenci Rekza hanya karena gosip yang tak tentu kebenarannya.

"Jelasin," titah Cila.

Tentu Rekza senang bukan main, saat yang di tunggu-tunggu akhirnya berhasil dia dapatkan.

"Waktu polisi berhenti nyari korban hilang empat tahun lalu, gue masih ada di sisi bangunan itu Cil, selang beberapa jam. Ada orang yang nolong gue buat keluar dari sana," ujarnya. Memulai cerita sembari menatap wajah sendu perempuan pujaannya.

Cila sempat terkejut saat Rekza mengubah bahasa bicaranya, namun senyuman darinya mampu membuat Cila paham tanpa di jelaskan.

"Dia bawa gue ke bangunan tua yang ga tau itu dimana, dan ada Salma juga di sana,"

Cila menelan ludahnya kasar, dia tak ingin mendengar hal yang selama ini dia takutkan. Apalagi langsung dari bibir itu.

"Jangan bilang lo ngelakuin-"

Rekza langsung menggelengkan kepalanya. "Ga ada dan ga akan pernah terjadi, gue sama sekali ga nyentuh dia Cil, sejengkal pun."

"Dan kalo lo denger anak yang ada di Salma sekarang itu anak gue, salah besar."

Seolah tau, Rekza langsung menjawab pertanyaan yang muncul di pikiran Cila sejak awal bertemu dengan nya.

"Karena setelah kejadian itu, gue ga tau Salma kemana. Sampai di bandara kemarin, dia ada dan nyamperin gue. Tiba-tiba aja dia minta tanggung jawab, gue sama sekali ga ngerti, kenapa dia minta itu ke gue," jelas Rekza. Dia pun bingung kenapa tiba-tiba Salma meminta pertanggungjawaban darinya sekarang.

"Dia ga mungkin minta tanggung jawab sama orang yang ga terlibat apapun, apalagi Salma wanita baik-baik." balas Cila. Tidak semudah itu dia percaya dengan dongeng Rekza.

Karena kebohongan bisa saja terjadi untuk kedua kalinya.

Rekza menggelengkan kepala nya, dia tak habis pikir dengan Cila. Sebegitu tidak percayanya gadis itu padanya?

"Kalo lo ga percaya, gue siap buat tes DNA!" tegas Rekza.

"Ga perlu, gue bakal percaya kalo Salma langsung yang nyeritain semuanya," sargah Cila.

Rekza menyunggingkan senyum tipisnya, "Gue ga nyangka, serendah itu kepercayaan lo ke gue, padahal lo lebih lama kenal gue, Cil. Dan Salma, cuma orang baru yang bahkan lo ga kenal sama sekali."

Cila menghela nafas panjang, melangkah kan kakinya ke depan. "Gue masih percaya kalo manusia itu labil dan bisa berubah kapan aja."

"Menurut lo, Salma ga labil? Dia bahkan manusia manipulatif yang sembunyi di balik topeng iba, biar semua orang percaya kalo dia korban," Balas Rekza.

"Seengaknya gue ga pernah di bohongin bertahun-tahun sama dia," Sindirnya. Yang Rekza paham maksudnya.

Suatu saat, lo bakal tau alesan gue ngelakuin semuanya Cil-Rekza membantin tanpa berani bersuara.

"Kalo itu yang lo mau, gue bakal turutin. Untuk kali ini, gue pastiin ga bakal ada kata ingkar. Dan tolong, tunggu gue nepatin janji itu," putus Rekza. Dia tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, sebelum pergi dia tak lupa mengucapkan salam.

Tak bisa di pungkiri, hati Cila senang berjuta-juta kali lipat, sudah lama rasanya dia tak merasakan berdebat dengan laki-laki itu.

Anehnya, setelah dia pergi. Cila merasa bersalah karena bersikukuh dengan permintaan nya, padahal sebenarnya dia sudah percaya dengan penjelasan Rekza. Namun, dia ingin tau dari sudut pandang yang berbeda.

Salah jika dia hanya menyimpulkan dari satu sisi saja, walaupun nantinya Salma akan berkata jujur atau tidak, setidaknya dia bisa memilih alasan mana yang lebih logis dan masuk akal.

🍎🍎🍎

"Salma, mau sampe kapan kamu kayak gini terus?" tanya seorang wanita paruh baya di samping nya.

Salma yang tengah duduk di teras seraya menimang bayi nya pun menoleh, "Sampe Rekza mau menikahi Salma, Bu," jawabnya.

Nida berjalan ke arah anaknya, mengusap lengan itu pelan, "Ibu juga mau punya menantu kayak nak Rekza. Cuma, ibu ga mau kalo kamu pake cara kotor buat dapetin dia, laki-laki itu terlalu baik untuk di fitnah, nak."

"Dia pasti punya impian nya sendiri, apalagi ibu denger. Dia mau meminang seorang gadis yang sudah lama dia tunggu," sambung Nida. Dan seketika membuat Salma naik pitam.

"Ibu, tau darimana?" tanya nya. Masih dengan nada baik hati.

"Kemarin, waktu dia kesini," jawabnya. "Ibu ga tega Sal, kalo dia harus mempertanggung jawabkan apa yang ga dia perbuat," sambung Nida.

Salma menatap tajam ke depan, dia tidak peduli perempuan yang akan Rekza pinang, yang terpenting, dia harus mendapatkan Rekza.

"Salma tetep bakal viralin anak ini ke medsos, kalo mas Rekza, ga mau nikah sama Salma," ujarnya kekeh.

"Salma, kamu sadar nak. Jangan gini, kamu harus minta pertanggungjawaban dari orang yang memang benar-benar ayah dari anak kamu," nasehat Nida. Yang sama sekali tak di dengarkan olehnya.

"Ayah dari anak ini mas Rekza, bu." Kekehnya.

Nida tak tau lagi harus bagaimana, anaknya sudah tak bisa dia kontrol.

"Salma ga akan segan buat hancurin karir dia, karena apa yang Salma dapet saat ini, ga sebanding sama apa yang orang lain dapet." ujarnya penuh dendam.

"Astaghfirullahalazim, kamu gaboleh gitu, nak. Sadar, untuk apa kamu jauh-jauh menimba ilmu. Kalo akhirnya kayak, gini?" ucap Nida. Seraya memeluknya erat.

Salma meremas ujung bajunya, matanya sudah menampung air yang sewaktu-waktu dapat terjun bebas.

"Salma nyesel bu, kenapa harus Salma yang dapetin hal ini? Kenapa jalan orang lain mulus, Salma ngga?" keluhnya. Bahkan suara tangisan nya kian mengeras dan terdengar sangat memilukan.

"Allah punya rencana terbaik untuk setiap hambanya. Kamu harus inget, kalo takdir ga pernah salah hadir. Di antara orang lain yang menurut kamu hebat, Allah percaya kamu lebih hebat dari mereka. Makannya Allah kasih ujian ini ke kamu," ujar Nida. Mencoba menenangkan putri kecilnya yang tengah rapuh tersebut.

Salma mengangguk, membuat ibunya tersenyum tipis, "Dan rencana terbaik saat ini, menikah dengan mas Rekza. Iya kan, bu?"

Seketika itu pula, senyuman Nida pudar tanpa di minta. Dia harus berbuat apalagi untuk menyadarkan anaknya.

Hatinya pilu, sungguh. Dia tidak pernah menyangka bahwa kepergian anaknya untuk menimba ilmu, justru membawa hal sebaliknya.











Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke temen kalian ya!!!

Happy reading💗💗💗💗

Krisan nya sangat di buka lebar, silahkan dm aku. Kalian bisa luapin apa yang ga suka dan menurut kalian kurang di cerita aku ini🤗

berita baru, spjapp up setiap jum'at















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Idrak Janji Selepas MagribTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang