O1. Juan and Rea
"Gimana, bisa ngerjainnya?"
Pria itu, Anthonny Juan Narendra, yang kini tengah sibuk memperhatikan jawaban soal Matematika yang ditulis oleh gadis di sebelahnya.
Azzahra Rea Shakila yang kerap disapa Rea itu segera meletakkan kembali pena yang digenggamnya. Ia menyerah mengerjakan soal integral yang kemarin diberikan oleh guru Matematikanya.
Rea membalikan tubuhnya menghadap ke arah Juan. Gadis itu merapatkan kedua telapak tangannya seolah tengah memohon pada sang pria.
"Please, kasih contekannya aja, ya?" bujuk Rea memelas. Juan sontak menggeleng kecil. Ia melirik buku milik Rea lalu meraihnya. Telunjuk pria itu mengarah pada beberapa soal yang Rea kerjakan dan jawabannya benar.
Juan melirik Rea sekilas lalu memberikan pena milik Rea kembali, menaruhnya tepat di telapak tangan si gadis. Ia mengukir senyum tipis, tanda menyuruhnya untuk kembali mengerjakan soal tersebut.
"Kamu bisa kok, nomor yang lain juga bener jawabannya. Katanya mau masuk kedokteran?"
Rea memutar bola matanya sembari menghela napas dalam. Ia mengerucutkan bibirnya karena kecewa lalu kembali mengerjakan soal tersebut dengan Juan yang masih setia mengawasinya.
Pria itu menyangga dagu dengan tangannya sebagai tumpuan, memandangi Rea yang masih fokus mengerjakan soal. Ia mengukir senyum tipis. Tak lama lamunannya terbuyar ketika Rea menjetikkan jarinya tepat di wajahnya.
"Juan? Hey!"
Ekspresi Juan tak terkontrol karena terkejut. Ia segera mengomdisikan kembali raut wajahnya. Kekehan kecil Rea pun terdengar hingga Juan juga ikut terkekeh menyadari tingkahnya barusan.
Rea menyodorkan bukunya pada Juan dengan penuh percaya diri. "Aku sih yakin seribu persen, ya. Tapi gak tau deh kalo salah lagi, nyerah!" ujarnya dengan penuh ekspresi.
Juan mengecek jawaban milik Rea. Ia kembali mendongak menatap si gadis lalu memberinya acungan jempol.
"Mudah, kan? Kamu emang dasarnya males aja, padahal aslinya pinter kok," puji Juan yang membuat tingkat kepercayaan diri Rea melambung tinggi.
"—tapi masih pinteran aku."
Juan langsung meringis kesakitan ketika sebuah cubitan kecil melayang pada lengan kirinya yang tentunya berasal dari Rea. Juan hanya mengaduh sakit dengan Rea yang terkekeh sambil tetap mencubiti sang kekasih.
"Eh," sela Juan tiba-tiba. Rea segera menghentikan aktivitasnya, menatap sang lelaki dengan tatapan heran.
Juan melirik sejenak jam yang bertengger manis di lengannya. "Kamu udah salat zuhur? Udah jam satu lewat loh." ujarnya yang tentunya membuat Rea tertegun. Gadis itu susah payah menelan salivanya sendiri.
"Eh, azan zuhur jam segini kan, ya?" lanjut Juan.
"Astaghfirullah, lupa!" Rea menepuk pelan jidatnya. Dalam hatinya ia malu sekali karena bisa-bisanya lalai akan kewajibannya pada Tuhannya. Namun, dirinya malah asyik sendiri dengan aktivitasnya hingga lupa waktu. Terlebih ia malah diingatkan untuk beribadah oleh sang kekasih.
Juan menggelengkan kepalanya, ikut heran dengan tingkah kekasihnya itu. "Gimana sih kamu, Re." gumam Juan.
"Ya udah. Kita cari musholla atau masjid sekitar sini. Aku anterin, tapi aku nunggu di luar aja, gapapa kan?"
Rea mengukir senyum, tetapi bukan senyum bahagia yang biasa dirinya tunjukkan. Melainkan sebuah senyum pahit karena kesekian kalinya dirinya tersadar akan perbedaan mutlak yang membentengi mereka berdua.
udah mah beda keyakinan, beda negara, beda bahasa, ditambah beda perasaan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
satu tuju | yang jungwon [on hold]
Фанфикsegala lika-liku kisah percintaan remaja fase akhir antara juan dan rea. yang jungwon ft liz lokal au