Prolog

324 100 78
                                    

Hai teman-teman🥰

Maaf ya kalo cerita ini masih banyak kekurangan. Seperti typo yang bersebaran dan EYD yang masih sangat berantakan. Maklum baru belajar heheh😅

Jika ada kesamaan latar atau nama tokoh, mohon dimaklumi. Ini murni dari ide aku.

Bukan aku tidak ingin lagi bersamamu, tetapi takdir lah yang memisahkan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan aku tidak ingin lagi bersamamu, tetapi takdir lah yang memisahkan kita.
Zera Lulisa Alexzandri.

Aku tau, takdir lah yang memisahkan kita berdua, tetapi kau harus tau, aku ingin menjadi tokoh utama atas keberhasilanmu,setelah kepergiandiriku.
Nathan Skyler Wijaya

Perpisahan adalah babak baru dalam buku kehidupan. Entah itu disengaja atau tidak, perpisahan mengajarkan kita tentang arti melepaskan, tentang bagaimana kita belajar menerima bahwa segala sesuatu memiliki waktunya sendiri. Meski menyakitkan, perpisahan seringkali membawa kita pada pemahaman baru tentang diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Seperti matahari terbenam, perpisahan bisa tampak suram, namun selalu ada janji fajar yang baru di baliknya.

Perpisahan, entah itu direncanakan atau tak terduga, adalah sebuah babak dalam perjalanan hidup yang membawa pelajaran berharga. Ini adalah momen ketika kita belajar untuk melepaskan, untuk menerima bahwa setiap pertemuan memiliki waktu untuk berakhir. Walaupun seringkali menyayat hati, perpisahan membuka pintu untuk introspeksi dan pemahaman diri yang lebih dalam. Seperti senja yang meredup, perpisahan mungkin tampak menghancurkan tetapi, selalu ada janji matahari terbit yang membawa harapan dan kebahagiaan baru.

"Kenapa akhir-akhir ini seperti menjauh dari aku?" Pertanyaan itu yang pertama kali keluar dan mampu memecahkan keheningan diantara mereka. Ia melirik sekilas, Zera dari arah samping dan kembali menatap hamparan sungai yang indah di depan.

Zera, yang mendapatkan pertanyaan seperti itu seketika bergeming untuk sesaat. Ia merasa seolah-olah waktu berhenti untuk sejenak, dan dunia menjadi sunyi. Lidahnya terasa kelu, detak jantungnya berdebar dengan kencang seakan-akan ingin memecah dinding dada. Berusaha menetralkan deru napas, menenangkan pikiran dan hati, sampai pada akhirnya dirinya menetapkan diri untuk menjawab.

"Lo tau sendiri orang tua gue...," lirihnya melemparkan batu kecil kedalam sungai. "Gue enggak mau lo kenapa-kenapa karena gue!" lanjutnya mendongak menatap, Nathan yang saat ini juga sedang menatap dirinya.

Nathan menggelengkan kepala merasa tak percaya dan tak terima atas pola pikir Zera, "Tapi caranya bukan begini Ze!"

"Maaf..., tuturnya dengan menundukkan kepala, "Tolong jangan ganggu gue lagi!"

"Kenapa jadi gue, lo sih Ze...." decaknya malas.

Nathan melirik sekilas ke arah, Zera. Gadis itu masih menundukkan kepalanya seperti enggan untuk berbicara dengan dirinya.

"Arrghhh!" teriak, Nathan dengan menjambak rambutnya frustasi.

"Aku enggak bisa, Ze enggak bisa," ucapnya dengan menggelengkan kepala. "Aku bakal tetap ada buat kamu seperti janji aku dulu sama kamu!" lanjutnya dengan suara lirih, menyembunyikan wajah diantara kedua lutut yang ia tekuk.


Akankah  Nathan mampu menempati janjinya?

Atau dirinya lah yang pertama kali mampu melupakan semua memori tentang mereka?

*****

paan tuh🙄 kasihan bangat mereka.

Melepaskan seseorang adalah salah satu bentuk cinta yang paling dalam dan tulus. Ketika kita mencintai seseorang dengan segenap hati, kita juga harus menyadari bahwa kebahagiaan mereka tidak hanya tergantung pada kita. Terus bersama memberikan kebahagiaan bagi diri kita tetapi melukai dan menyakitinya, jalan terbaik adalah merelakan dirinya pergi.

Kalo ada typo tolong kasih tau ya teman-teman

Jangan lupa tinggalin jejak kalian👀

Bay bay selamat membaca🤭

Votenya janlup🙀

Sejuta kejutan untuk Zera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang