04. Luka dan pelukan hangatnya

99 48 27
                                    

Hai👋
Selamat membaca ya.

keindahan terletak dalam sederhana, temukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, hargailah momen-momen yang berarti, dan nikmatilah perjalanan hidupmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

keindahan terletak dalam sederhana, temukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, hargailah momen-momen yang berarti, dan nikmatilah perjalanan hidupmu.
Sinta Pradipta.

*****

Bukannya langsung pulang ke rumah seusai piket kelas, Zera malah memilih pergi ke suatu tempat, ia tidak perduli apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia terlambat pulang.

Dia sudah merindukan sosok wanita yang selalu ada untuk dirinya, sosok yang menjadi pelindung serta pengobat luku dan sakit yang selama ini, Zera rasakan.

Zera menendang standar motornya, menghentikan laju motor di depan sebuah rumah tua yang catnya sudah mengelupas. Rumah itu nampak sunyi, seperti tak berpenghuni tetapi, bagi Zera rumah itu tempat pelarian, tempat ia menemukan kasih sayang yang tak ia temukan di rumahnya sendiri.

Dirinya memarkirkan motor di halaman yang di tumbuhi rumput liar, melepaskan helmnya merapikan anak rambut yang berantakan. Ia menghirup udara segar, mencoba melupakan hiruk pikuk sekolah dan rumah yang selalu membuatnya merasa tertekan.

Zera melangkah gontai, mendekat ke pintu kayu yang sedikit terbuka. Tangannya terulur meraih gagang pintu kayu, mengusap debu yang menempel di permukaannya seperti jaring laba-laba, dengan hati-hati ia mendorong pintu kayu itu, suara berderit mengalun pelan menyambut kedatangannya.

"Nek, Zera datang."  Suaranya sedikit bergetar menahan buliran air mata, saat melihat punggung tua neneknya yang sedikit membungkuk di depan kompor tua.

Dengan rambut putih yang di cempol rapi, nenek menoleh. Senyum hangat terukir di wajah keriputnya. " Zera sayang ku, kamu datang. Nenek lagi bikin donat, mau bantu nenek?"

Zera mengangguk, mendekat ke arah meja, mengambil tempat yang berisikan adonan donat.
Ia membawa adonan menuju tempat penggorengan, memasukan adonan tersebut ke dalam wajan yang berisikan minyak panas secara perlahan.

"Ternyata kamu sudah tumbuh besar disertai dengan paras yang sangat cantik. Kamu juga tumbuh sebagai gadis pemberani Zera." Nenek memuji  sembari mengambil alih spatula yang baru saja, Zera pegang.

Sedangkan Zera, ia hanya mampu mengucapkan terima kasih dan memeluk wanita itu dari samping. Tanpa dirinya sadari, sebuah cairan bening lolos begitu saja dari matanya, ia memeluk erat tubuh wanita itu seakan-akan tidak pernah ingin melepaskannya.

"Zera, kamu kenapa? ayo kita ke depan." Indana berjalan terlebih dahulu ke depan setelah selesai menggoreng adonan terakhir.

Ruang tengah yang menyatu dengan ruang tamu terisikan dengan tawa mereka berdua, sesekali Zera mengambil alih buku yang Indana pegang untuk melihat gambar pada buku dongeng itu.

Sejuta kejutan untuk Zera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang