🍁lima🍁

15 7 2
                                    

Otakku serasa membeku mendengar ucapan dari Bang Ziel.

"Tidak ada manusia di sini selain, Kamu..."

Itu tandanya suara-suara tadi, dan tenda-tenda itu.

"Mereka adalah jiwa-jiwa yang hilang selama pendakian, terperangkap di dimensi lain, sedikit saja kamu lengah, kamu bisa bergabung dengan mereka"

Bulu kuduk ini langsung meremang, angin siang itu berhembus sedikit kencang, Aku pun kembali merapatkan jaket memasukan kedua tangan ke dalam sakunya, sedikit menghangatkan meskipun jantung ini lagi-lagi berdetak tak karuan. Ternyata selain bertemu hewan buas, hal semacam ini pun bisa memacu adrenalin.

"Ayo, Jalan..." Ucap Bang Ziel.

Setengah berlari, Aku tidak ingin berjauhan dengan dirinya, meskipun Bang Ziel sering membuatku kesal, tapi dia selalu membuatku merasa aman di dekatnya. Rasa penasaran masih menyelimuti hati ini, Ujung mataku memicing ke arah dimana tenda-tenda itu berdiri, Dan benar saja ada beberapa makhluk menyerupai manusia tengah beraktivitas di sana, berjalan kesana kemari, Jelas mereka sangat berbeda karena semua wajahnya pucat pasi dengan kaki tidak menyentuh tanah.

"Astagfirullah..." 

Sedikit merapalkan doa, ternyata seperti itulah wujud menyeramkan makhluk halus.

"Wujud mereka gak seram, segitu masih biasa aja, ada yang lebih" Ujar Bang Ziel. Lagi -lagi dia bisa menebak isi kepalaku.

"Memangnya ada yang lebih seram?"

"Oh, Tentu. Yang lebih menyeramkan itu hantu berwujud manusia"  Bang Ziel tergelak dengan ucapannya sendiri yang menurutku tidak ada lucu-lucunya.

"Kamu takut dengan hantu?" Tanya Bang Ziel tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

"Tergantung...!"

Sepertinya Bang Ziel sedang menahan tawa, terlihat dari punggungnya yang sedikit bergetar.

"Gak usah takut, karena sebelum kamu sampai ke rumah, kamu pasti akan terus berdekatan dengan yang namanya hantu"

"Asal gak ngelukain aku sih oke -oke aja, Bang!"

"Sama seperti manusia, Makhluk halus juga ada yang baik dan jahat, beberapa diantaranya memang memiliki tugas untuk menyesatkan manusia, seperti kamu sekarang!"

"Maksud Abang, Aku tersesat gara-gara hantu?"

"Kurang lebih seperti itu"

Aku langsung berlari dan menghadang langkah Bang Arga " Iiih...Abang gak lucu deh"

Di detik selanjutnya, Bang Ziel hanya mengacak rambut di kepalaku sembari tersenyum "Ayo lanjut..." ajaknya kemudian, Aku langsung membuang nafas kasar.

Mendapat perlakuan demikian, hatiku kembali berdebar tak karuan, Setelah pulang sepertinya aku harus cepat memeriksakan diri ke spesialis kesehatan jantung, Karena akhir- akhir ini jantungku sering berdebar kencang tak beraturan, Pasalnya selain karena hewan buas dan hantu, Bang Ziel bisa menjadi salah satu pemicunya.

Semakin jauh, pendengaranku menangkap suara-suara aneh, langit sudah beranjak sore, Bang Ziel selalu mengingatkanku agar selalu waspada, Bulu kudukku tak berhenti meremang sesaat setelah memasuki area pohon pinus. Mungkin karena lelah, suara- suara aneh itu semakin terdengar jelas, dari rintihan seseorang meminta tolong, menangis, menjerit bahkan ada yang tertawa. Aku semakin berjalan cepat kadang setengah berlari untuk menyamakan langkah Bang Ziel, saat ini aku bukan berada di belakangnya melainkan di sampingnya. Melihat tingkahku Bang Ziel hanya tersenyum tipis.

"Kenapa?"

"Mmm... Abang memangnya gak denger?"

Bang Ziel seperti berpikir sebentar "Sepertinya tidak" Ucapnya di akhiri dengan gelak tawa. Namun sesaat kemudian, Langkah Bang Ziel tiba-tiba berhenti, raut wajahnya seketika berubah.

"Sepertinya mereka tidak suka dengan kehadiran kamu"

Bang Zie menatap sendu wajahku, tatapan yang sulit aku tebak. Entah mengapa, Aku merasa ada sesuatu yang tidak baik "Mereka siapa, Bang?"

"Cepat kita harus keluar dari hutan pinus ini sebelum malam tiba"

Lagi-lagi Bang Ziel menarik tanganku, Aku mengikuti langkahnya dengan mengeratkan genggaman tangan Bang Ziel. Semakin berlari aku merasa hanya berputar-putar disini saja, Bang Ziel pun sepertinya merasakan hal yang sama. Berbeda denganku yang sudah kepayahan, Bang Ziel tidak menampakan raut kelelahan.

"Sial..." Umpatnya kasar. 

Bang Ziel menghadap ke arahku " Kamu pasti bisa, Ayara" Ucapnya seraya memegang kedua pundakku. Ada tatapan kecemasan yang terlihat dari kedua matanya. Namun, dari mana Bang Ziel tahu namaku? berkenalan saja belum. Ah, itu semua tidak penting.

"Dengar, Aya. Kamu sudah tersesat. Jalan satu-satunya untuk kembali hanya ada pada diri kamu sendiri, Ingat manusia memiliki derajat paling tinggi dari makhluk lainnya, Saya gak meminta kamu untuk sombong kepada makhluk lain, tapi kamu harus berani, bukan menantang atau melawan mereka, tapi tunjukkan bahwa kamu berbeda, Dunia kamu bukan di sini, yang lebih penting, Kamu harus pulang, Berani kamu pasti berani"

Bang Ziel langsung melepaskan kedua tangannya.

"Abang gak bakal ninggalin aku kan?" Aku langsung mencekal lengannya.

Seperti biasa Bang Ziel tidak menjawab. Tangannya masih terasa dingin tapi saat ini entah mengapa hatiku seketika menghangat.

"Tidak usah takut, Yang harus kamu lawan saat ini bukan makhluk halus melainkan ketakutanmu sendiri" Ucapnya sembari beranjak pergi. 

"Abang gak bakal ninggalin aku sendiri kan?"

Bang Ziel kembali terdiam sejenak lalu tersenyum ke arahku. Kenapa senyuman itu membuatku sedikit gamang. Ada apa sebenarnya. Langit sore sudah beranjak gelap, burung - burung gagak tidak berhenti bersuara saling bersahutan. Bang Ziel duduk di akar pohon yang sangat besar, Aku pun mendekat dan duduk di sebelahnya. Larut dalam pikiran masing-masing, hingga aku tidak sadar sejak kapan ada api unggun menyala di hadapanku.

"Ingat hanya kamu seorang diri disini, siapapun mereka yang mengajak kamu pergi jangan pernah kamu turuti, yakinkan diri sendiri bahwa kamu mampu melewati ini sendiri, Berdoalah sekuat keinginanmu untuk kembali pulang"

Sesak rasanya saat mendengar ucapan terakhir dari Bang Ziel, Lagi-lagi Bang Ziel menghilang entah kemana, berbeda dari malam sebelumnya, mata ini sulit untuk terpejam. Hanya ada cahaya api unggun sebagai penyinaran. Sengaja aku dekatkan tubuh ini ke arah api unggun, tapi sayangnya kencangnya angin malam tidak mengurangi rasa dingin sedikitpun. Tubuhku seketika menggigil hebat.

" Abang...kamu dimana?" Lirihku.

Bug.

Suara benda terjatuh membuat aku terkejut, sepertinya suara itu dari arah samping. Kemudian, Suara-suara aneh pun mulai bermunculan, sengaja aku menutup kedua telinga tidak ingin mendengarkan suara-suara aneh itu. Api unggun pun seperti hendak padam karena ada tiupan angin menerpa dari arah sumber  suara tadi. Dada ini bergemuruh hebat, tiba-tiba bulu kuduk ini berdiri, Aku merasakan ada sesuatu yang sedang mengawasiku dari arah kegelapan.



Jasad Yang Terpendam Jiwa Yang Ingin PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang